Kamis, 03 Mei 2012

Strategi berinteraksi dengan Media Massa

Tanggal 3 Mei, Hari Kebebasan Pers Dunia


Media di Indonesia, tidak tergoyahkan, setelah lebih dari tiga dasawarsa dalam kontrol pemerintahan Orde Baru. Namun kini telah mengalami masa-masa transisi dan reformasi. Agenda politik dan ekonomi banyak mempengaruh terbentuknya media baru. Akibatnya cukup serius, karena semakin menjamurnya penerbitan media cetak serta menjadi semakin berkurangnya wartawan yang memiliki keakhlian khusus dan profesional.

Di sisi lain berakibat pula pada persaingan bisnis media yang semakin ketat, yang mendorong terjadinya ketidakseimbangan kualitas media. Misalnya di satu sisi ada yang konsisten dengan idealismenya dengan menurunkan berita yang obyektif, kuat dan tajam. Namun di sisi lain semakin menjamurnya berita-berita yan sensasional. Tidak jarang pula yang berorientasi pada agenda politik dan ambisi pribadi. Jadi kondisi media massa saat ini, secara kualitas menimbulkan gap sangat tajam, antara : 
Profesionalisme dan Amatiran.

Sesungguhnya, kehadiran media massa bagi kita, tak hanya sekedar sebagai wahana terhadap tuntutan keadilan, transparansi dan tanggung jawab. Namun juga bagi perusahaan, tentu akan sangat bermanfaat sebagai salah satu ekspektasi agar lebih dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat, melalui pesan-pesan yang disampaikan. Namun perlu difahami, media pun mengharapkan pada kita untuk dapat berbagi pengetahuan (knowledge), kemudahan akses (Accessibible), kejujuran (Honesty), terpercaya (Reliable) dan terjalinnya kerjasama (Collaborative).

Dalam mengemas sebuah pesan, ada hal-hal penting yang patut menjadi bahan pertimbangan. Biasanya ada tiga pertanyaan sebelum komunikasi dilancarkan, yakni : Siapa audience anda? Apa peran anda dan cerita apa yang ingin anda sampaikan? Serta pesan-pesan apa yang ingin anda sampaikan?

Perlu mendapat perhatian saat berhubungan dengan media, bahwa :
  • Sebagai narasumber, kita mempresentasikan perusahaan dan merek dagang perusahaan, baik pada saat formal maupun informal;
  • Kata-kata, tindakan dan perbuatan kita akan mencerminkan persepsi perusahaan di mata mereka;
  • Informasi kini tersebar cepat berkat hadirnya teknologi Internet;
  • Berbicara dengan media bukan lah hal yang rutin atau sebuah keharusan;
  • Media selalu memperhatikan aspek paling penting dari pesan atau peristiwa;
  • Karena waktu yang dimiliki media terbatas, maka perlu mendapat perhatian terhadap message yang paling diutamakan (mengacu pada pesan utama (key message);
  • Tidak selalu harus memberikan alasan-alasan.
Kegiatan Wawancara

Media massa memiliki karakter tersendiri. Ia tidak mengharapkan berita biasa-biasa saja. Ada semboyan yang biasa dijadikan acuan media : Anjing menggigit manusia, bukan lah berita. Tapi kalau manusia menggigit anjing, itu baru berita. Jadi sebenarnya apa yang dicari media?

Media mencari berita terkini. Ia menyukai berita-berita yang berbau krisis, konflik atau kontroversi. Ia mengharapkan berita ekslusif, yang tidak bisa didapat dari sumber lain. Ia gemar mengutip opini atau statement, suka mengkonfirmasi atau penyangkal pesan. Ia pun peka untuk menerjemahkan bahasa tubuh dan bila perlu berupaya memancing kemarahan nara sumber. Bahkan kesalahan statemen sedikit saja, boleh jadi akan meledak menjadi judul berita.

Jadi mitos tentang media sama saja : Mengutip pernyataan salah, mencari cerita negatif, mengincar sesuatu yang tidak bisa dipercaya, dan topik berita yang aktual.

Jadi pertanyaan-pertanyaan dari seorang jurnalis atau wartawan, pada umumnya dimulai dari pertanyaan : Siapa, apa, kapan, dimana dan bagaimana.

Untuk mendapatkan konfirmasi atau penyangkalan, biasanya meluncurkan jawaban dan atau pertanyaan seperti : Ya, Tidak atau Berapa. Sedangkan untuk mengutip opini dari sumber berita, biasa dimulai dengan pertanyaan Mengapa.

Oleh karena itu sumber berita, sebelum berkomunikasi dengan media, biasa membuat suatu tulisan khusus dalam bentuk “Press Release”. Press Release ini sangat membantu untuk menjawab sebagian keingintahuan wartawan. Bagi media amatiran dengan Press Release pun sebenarnya sudah memadai. Tapi bagi wartawan profesional, Press Release saja tidak cukup. Ia butuh tambahan informasi atau konfirmasi tambahan, agar kualitas beritanya lebih spesial dan ekslusif.

Interaksi dengan media massa dapat dilakukan melalui pelbagai cara. Dapat dilakukan melalui interview terencana (Adhoc Single, Multiple Media Interview). Bisa melalui Press Event dalam bentuk panel Diskusi atau Press Conference. Atau bisa pula dilakukan secara formal dan informal individual.

Sebelum menghadapi wawancara dengan media diperlukan beberapa persiapan, sebagai berikut :
  • Perhatikan Story Angle atau sudut bidik berita, baik dalam bentuk topik maupun slant, serta siapa saja ayang akan diinterview;
  • Pengamatan terhadap Profile Wartawan, baik dari segi pengalaman, gaya, irama dan designasi;
  • Perhatikan pula profile publikasi medianya dilihat dari segi : Sirkulasi, pembaca, penerbitan, bahasa, type editorial dan deadline;
  • Persiapkan pesan yang akan disampaikan dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci serta dengan memformulasikan seluruh jawaban;
  • Berlatih lahmembalik pertanyaan negatif menjadi jawaban positif.
Memperlakukan Wartawan

Pada saat wawancara berlangsung, perlu dibangun suatu bentuk ikatan dengan media, dalam hal ini wartawan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah :
  • Tetaplah bersikap manusiawi;
  • Sebisa mungkin menghubungkan anekdot yang dapat memperkuat statemen yang telah dibangun;
  • Dengarkan dengan seksama pendapat wartawan;
  • Kirimkan kesan hangat, penuh perhatian dan sopan;
  • Namun tetap profesional dan natural, menjaga hubungan lebih komunikatif dan informal, serta menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dicerna;
  • Hindari jargon yang tidak familiar;
  • Mintakan klarifikasi apabila terdapat pertanyaan yang tidak jelas;
  • Serta akuilah kalau memang spesialisasi anda ada di area lain dan instruksikan kepada narasumber yang lebih relevan;
  • Gunakan tingkata energi yang sesuai terhadap subyek yang dibicarakan dan gaya interview;
  • Fokus kepada modulasi, volulume dan intonasi;
  • Gunakan strategi antusiasme menular.
Nah, siapa tahu Anda suatu saat berhadapan dengan Media atau Wartawan, uraian di atas dapat dijadikan sekadar panduan. (masnana60@gmail.com)


SEPULUH ARGUMENTASI BAHWA MALAM KE-27 ADALAH LAILATUL QODAR

Apakah bisa dipastikan tanggal 27 Ramadan adalah lailatul qodar? Untuk memastikan, barangkali lebih berhati-hati jangan. Tetapi bahwa mayori...