Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2009

Mengemban Amanah Jabatan

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-13) Jabatan adalah amanah. Ya, ungkapan ini sering kita dengar, hingga nyaris terdengar klise. Pada umumnya amanah diartikan secara sempit sebagai titipan barang atau ucapan. Padahal Amanah memiliki dimensi pengertian luas. Amanah sesungguhnya lebih identik dengan kejujuran. Sebuah amanah ada karena terlahir dari rahim tanggung jawab. Tanggungjawab untuk membebaskan manusia dari ketertekanan, kemiskinan dan kebodohan. Namun hakikat amanah di sisi Allah SWT lebih luas, berat dan dalam. Di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Anas bin Malik: Rasulullah besabda: Tiada iman bagi orang yang tiada amanah. Dan tiada agama bagi orang yang tidak menepati janji. Luar biasa, jika dikaitkan dengan jabatan. Karena, pejabat yang tidak dapat mengemban amanah sesungguhnya dia termasuk orang yang tidak beriman. Sementara bagi pejabat yang tidak mampu menepati janji..weleh...weleh...dapat dikatakan sebagai pejabat yang tidak pantas mendapat sandangan sebaga...

AMPUTASI

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-11) Amputasi kini menjadi sebuah kata yang lumayan populer di lingkungan internal kita. Secara etimologis asal kata a mputasi berasal dari Latin amputate yang berarti pancung. Secara medis atau dalam ilmu kedokteran kata ini diartikan sebagai pemotongan sebagian anggota tubuh. Dipotong atau dibuangnya bagian anggota tubuh itu karena dipandang sudah tidak berguna lagi. Karena sudah tidak berguna maka bagian organ tubuh itu harus dikubur dalam-dalam agar tidak menimbulkan bau atau menebarkan bibit penyakit. Amputasi ada yang disebabkan karena penyakit, misalnya diabetes, ada pula akibat musibah kecelakaan. Jadi amputasi disini lebih disebabkan karena kondisi fisik yang sebagian organnya tidak memungkinkan untuk digunakan kembali. Amputasi jenis ini terjadi dimanapun. Namun ada juga amputasi yang disebabkan faktor behaviour, misalnya perilaku kriminal. Amputasi jenis ini biasa terjadi di negara Timur Tengah atau di Arab Saudi. Istilah mereka menyebutnya s...

Mari Kita Berbenah

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-12) Berbagai pengakuan nasional dan internasional melalui berbagai achievement award yang diterima Telkom hingga saat ini sesungguhnya menunjukkan dan memberi isyarat penting bahwa bibit-bibit kekuatan kita masih tetap ada, tumbuh, bersemai dan masih menjalar ke seluruh lini jajaran TELKOM. Obsesi untuk mencapai sebuah role model korporasi di Indonesia, sebagaimana yang diharapkan pemerintah  selama ini sejatinya bisa menjadi kenyataan. Potensi itu harus diakui memang ada. Bahkan bukan sekadar pada tingkatan BUMN dan swasta nasional. Namun juga telah  menjadi modal kuat untuk merealisasikan visi untuk memimpin bisnis TIME di kawasan Asia Tenggara. Untuk itulah beberapa bidang garapan tugas yang selama ini masih tercecer tak ada salahnya untuk dibenahi kembali. Tak hanya terkait dengan masalah tata kelola perusahaan yang baik (GCG, good corporate governance) yang katanya sih dirasakan masih setengah-setengah. Namun masih ada sejumlah peker...

Transformasi Sepeda Jadul

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-10) Ada yang mengatakan transformasi itu berlangsung bagai mengayuh sepeda jadul (jaman dulu). Awalnya terasa amat berat dan sulit. Tapi begitu bergulir sepertinya semuanya menjadi gampang. Bahkan, dirasakan semakin menuju kondisi point of no return. Transformasi pun akan terus bergulir dan melaju tak kenal berhenti. Masalahnya, mengapa proses awal transformasi begitu terasa sulit bagai melindas kerikil tajam? Satu hal pasti, karena biasanya adanya status quo sistem dan paradigma lama yang sudah begitu mengkristal sehingga sulit dicairkan. Terutama secara psikologis keengganan melakukan perubahan bagi orang-orang yang berada dalam comfort zone (zona kenyamanan) yang umumnya memiliki sense of crisis yang rendah. Kalau sudah begini, biasanya penolakan dan resistensi dari orang-orang di dalam organisasi untuk berubah menjadi sangat tinggi. Apalagi pada masa-masa awal transformasi bergulir biasanya diikuti oleh adanya serba ketidakpastian dan ketidakjelasan di...

Pemimpin tanpa kepala

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-9) Kini kita sedang hidup di alam perubahan yang penuh paradoks dan kontradiktif. Dalam kondisi ini ada semacam ketakutan yang mengancam. Ada pula kekhawatiran segala sesuatunya berkembang menjadi lebih parah. Namun ada pula sejumlah orang yang penuh harap, karena perubahan baginya adalah peluang emas hingga mampu menjadikannya sebagai pembangkit semangat. Mediokritas adalah manifestasi dari rasa lesu dan puas diri. Dia bercokol bersama kita terkadang dalam waktu sangat lama. Mediokritas bisa menjadikan kita kehilangan arah, tanpa daya dan frustasi. Bisa pula berupa motivasi berlebih hingga mencapai tahapan ambisius. Akibat mediokritas bisa menjadikan pemerintahan, bisnis dan industri runtuh porak poranda. Batasan benar dan salah bisa menjadi kabur sejalan dengan benturan antara standar moral dan pola sikap. Ini bisa terjadi dimana saja, di rumah, lingkungan masyarakat atau di tempat kerja sekalipun. Banyak yang menyatakan bahwa 'kecil itu i...

Nasib Jurnalis

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-8) Profesi menjadi seorang jurnalis memang tak mudah, unik sekaligus penuh resiko. Ketika tulisannya tepat sesuai ekspektasi si pelaku berita, ia dianggap biasa saja. Tak perlu disapa apalagi diberikan apresiasi. Namun tatkala ada sedikit kekeliruan dalam tulisan atau karena kritikan yang mengusik, ia pun harus menerima resiko dicaci maki. Lengkap dengan sumpah dendamnya. Dan bila perlu dihabisi. Data yang disampaikan AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dalam setahun terakhir terjadi 53 kasus kekerasan terhadap kaum jurnalis. Dari sejumlah itu 43 kasus diantaranya dituduh melakukan penghujatan dan pencemaran nama baik. Ironisnya lagi hanya sekitar 15% atau tujuh orang saja yang dapat diselesaikan melalui UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers. Menciptakan suasana demokratis memang tak mudah. Apalagi kalau masih ada yang gemar main gebuk lewat tangan-tangan besi kekuasaan. Demokrasi akan sulit tercipta jika masih ada yang suka main tongkat intimidasi. Dan akan sema...

Menjadi Orang Arif

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-7) Seorang filsuf, Jean Paul Satre ditanya muridnya, 'Apa yang menjadi tujuan hidupmu wahai guruku?' Kalau kita yang ditanya biasanya menjawab: 'Ingin kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.' Namun tidak demikian dengan Satre. Ia menjawab, 'Aku ingin menjadi orang arif." Lalu ditanya lagi mengapa ingin menjadi orang arif? Dia menjawab, "Karena kearifan simbol manusia santun, penebar kebenaran dan rasa keadilan serta kasih sayang.' Kita tak menyoal lebih detail filosofi Satre. Namun dikaitkan dengan kondisi perusahaan kita, tampaknya kita masih membutuhkan pemimpin-pemimpin arif. Pemimpin yang arif dalam menyikapi kondisi perusahaan saat ini. Pemimpin yang arif menjaga kesejahteraan akar rumput. Pemimpin yang tak kenal menyerah dalam berbenah. Terutama terhadap berbagai kebijakan yang dirasakan masih jomplang, melintir dan berbau kepentingan bagi sekelompok orang. Salah seorang mantan Dirut, pernah mengeluh, Mengapa...

Mari Kita Mainkan

Gambar
Secangkir Anggur Merah (Edisi-6) Terjadinya KKN di Indonesia, bukan lagi menjadi suatu masalah luar biasa. Kolusi atau persekongkolan antara pejabat dan mitra atau antara user dan vendor bisa terjadi. Barangkali karena terlalu mengagungkan semboyan win-win solution . Bahkan bisa pula akibat kurangnya pejabat pemeriksa dalam memainkan fungsi dan perannya. Boleh juga akibat lemahnya pola anut pimpinan di mata bawahannya. Sehingga ada kalanya ditemukan ketidakberesan di level operasional, diakibatkan oleh kegemaran pejabat atasannya berbuat distorsi atau berperilaku menyimpang. Sikap mental para pejabat pemeriksa pun masih dirasakan kurang kooperatif terhadap pemberantasan KKN. Sejak zaman pemerintahan otoriter, masalah ini kerap muncul ke permukaan. Budaya yang tumbuh dan telah melegenda di republik ini bagai lantunan paduan suara yang diawali dengan menyamakan nada sebaris kalimat: MARI KITA MAINKAN. Kalau kita cermati, akar permasalahan sesungguhnya kembali pada sikap mental pej...