Kamis, 13 Agustus 2009

Menjadi Orang Arif

Secangkir Anggur Merah (Edisi-7)

Seorang filsuf, Jean Paul Satre ditanya muridnya, 'Apa yang menjadi tujuan hidupmu wahai guruku?' Kalau kita yang ditanya biasanya menjawab: 'Ingin kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.' Namun tidak demikian dengan Satre. Ia menjawab, 'Aku ingin menjadi orang arif." Lalu ditanya lagi mengapa ingin menjadi orang arif? Dia menjawab, "Karena kearifan simbol manusia santun, penebar kebenaran dan rasa keadilan serta kasih sayang.'

Kita tak menyoal lebih detail filosofi Satre. Namun dikaitkan dengan kondisi perusahaan kita, tampaknya kita masih membutuhkan pemimpin-pemimpin arif. Pemimpin yang arif dalam menyikapi kondisi perusahaan saat ini. Pemimpin yang arif menjaga kesejahteraan akar rumput. Pemimpin yang tak kenal menyerah dalam berbenah. Terutama terhadap berbagai kebijakan yang dirasakan masih jomplang, melintir dan berbau kepentingan bagi sekelompok orang.

Salah seorang mantan Dirut, pernah mengeluh, Mengapa banyak peraturan kita yang bertabrakan. Bahkan telah berlangsung lama namun tidak pernah diperbarui. Mengapa peraturan di tempat kita bolak-balik buka tutup terus (tergantung selera pejabatnya coy.., red) . Mengapa lama sekali proses penerbitannya, dll?. Ironisnya keinginan untuk berbenah, setidaknya dari sisi aturan, nyatanya mendapat hambatan, kalau tak mau dibilang mendapat perlawanan dari berbagai faksi yang menjadi lawan atau musuhnya.

Ketika ketipak ketipung suara gendang kompetisi bertalu-talu, maka telah saatnya menyingsingkan lengan baju, melakukan pembenahan agar setiap permasalahan tidak tertunda, sementara problem lain semakin menyeruak ke permukaan. Agar setiap problem dapat diselesaikan dengan tepat sasaran dan dapat disolusi dengan penuh kearifan. Alangkah tidak bijak membiarkan berbagai persoalan  menggantung di awang-awang. Karena, demi Tuhan, persoalan bukanlah cita-cita yang harus di gantung di angkasa. Apalagi kalau harus terkubur membusuk tertutup isu lain yang kian berhamburan.

Dalam kondisi seperti ini tuntutan untuk senantiasa bekerja fokus dan menjaga keseimbangan antara visi, misi dan tujuan perlu senantiasa terpatri. Di sisi lain betapa pentingnya untuk senantiasa menyamakan persepsi, aga setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan team-work yang solid.  Sebab kegagalan untuk membenahi atas pelbagai persoalan yang ada, akan semakin mempersulit menjalankan roda perusahaan yang kini jalan terseok-seok ini.

Jangan sampai para petinggi pengemban amanah dan penggaris kebijakan saat ini, lebih suka tutup mata, bungkam mulut dan cocok telinga. Karena pada gilirannya dasi-dasi beliau yang mulia itu, akan semakin melilit dan menjerat banyak korban. Bahkan menjadi lupa pada tujuan utamanya untuk menjadi seorang petinggi pembawa berkah dan amanah sebagai pemberi kenyamanan, keamanan, kesejahteraan dan kesehatan. Serta, tentu saja, mestinya dapat menjadi seorang arif pembuka jalan guna membebaskan orang dari rasa sakit hati dan frustasi menuju pencahayaan dan kesejahteraan. (N425)

SEPULUH ARGUMENTASI BAHWA MALAM KE-27 ADALAH LAILATUL QODAR

Apakah bisa dipastikan tanggal 27 Ramadan adalah lailatul qodar? Untuk memastikan, barangkali lebih berhati-hati jangan. Tetapi bahwa mayori...