Kamis, 30 November 2023

Sembilan Rekomendasi Hasil Muktamar Sufi Internasional 2023 di Pekalongan

World Sufi Assembly Conference 2023 atau Muktamar Sufi Internasional yang berlangsung pada 29 hingga 31 Agustus 2023 resmi ditutup. 

Konferensi sufi internasional ke-4 yang menghadirkan lebih dari 70 tokoh dari berbagai belahan dunia ini menghasilkan 9 rekomendasi penting mulai dari bidang tasawuf sampai bidang pendidikan, ekonomi, dan pembangunan. 

“Para ulama dan peneliti yang hadir telah menyampaikan paparan dan rekomendasi dalam 4 tema dan 8 sesi, yakni bidang pendidikan Sufi dan dampaknya pada penyucian jiwa sejumlah 10 paparan,” kata Habib Ali Hasan Al-Bahr dan Syech Riadh Baso dalam pembacaan rekomendasi hasil Muktamar di Sahid Convention Center, Pekalongan, Jawa Tengah, pada Kamis (31/8/2023). 

“Ekonomi dan pembangunan berkelanjutan sebanyak 5 paparan. Media dan pembentukan opini publik dan Universitas Al-Ihsan sejumlah 10 paparan, dan peran utama tasawuf dalam membangun manusia dan peradaban sebanyak 10 paparan,” ujar Habib Ali pada muktamar yang dihadiri para cendikiawan, syekh tarekat, akademisi, ekonom, pakar media, serta partisipasi luas tarekat sufi dan tokoh agama dari dalam dan luar negeri ini.

Berikut paparan-paparan 9 rekomendasi muktamar yang mengangkat tema Karya Sufi Kontemporer di Dunia yang Dinamis dikutip dari laman Jatman. Rekomendasi ini mencakup aspek pendidikan, perilaku, investasi, pembangunan, pertanian dan kemandirian:

1. Para peserta muktamar menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Yang Mulia Presiden Republik Indonesia yang telah mensponsori konferensi ini dan kepada Habib Lutfi bin Ali bin Yahya Ketua Umum Majelis Sufi Dunia atas penyelenggaraan forum ini dan atas keberhasilannya dalam memilih tema muktamar ini, serta untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Pekalongan pada khususnya atas sambutan hangat dan keramahtamahan mereka, tidak lupa ucapan terima kasih ditujukan kepada semua orang yang telah berusaha untuk menyukseskan kegiatan konferensi yang efektif ini. 

2. Muktamar ini menyerukan pengintegrasian, pengaturan, dan institusionalisasi upaya-upaya tarekat Sufi, serta membentuk divisi yang bertugas membuat perencanaan, kajian, strategi-strategi kerja sufi kontemporer, memverifikasi asal-usul tarekat dan mendokumentasikannya. 

3. Muktamar ini mengajak tarekat-tarekat Sufi untuk mengembangkan metodologi investasi di bidang pertanian, proyek pembangunan berkelanjutan dan program energi terbarukan untuk mencapai swasembada ekonomi, serta menyerukan kesadaran untuk mengurangi polusi yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. 

4. Muktamar menyeru tarekat-tarekat Sufi untuk berkontribusi secara efektif pada pembentukan pasar ekonomi bersama dan bekerjasama secara terbuka dengan kamar dagang, dan sektor industri dan pertanian, serta melakukan koordinasi yang baik di antara mereka, yang mengarah pada upaya saling melengkapi dan kemajuan ekonomi. 

5. Muktamar menyeru tarekat-tarekat Sufi agar berkontribusi dalam bidang pendidikan dan pengajaran (sekolah dan universitas) untuk menambahkan sentuhan keimanan bernafaskan sufistik dan untuk menempuh segala hal yang dapat membantu generasi dalam mendapatkan pengetahuan agama dari sumber murni Islam dengan empat dimensinya (Islam, Iman, Ihsan, Fiqih Realitas dan Perubahan) untuk menghadapi perilaku dan penyimpangan yang dihadapi anak-anak muda akibat pengaruh media dan media sosial. Baca Juga Penjelasan Imam Al-Ghazali tentang Tasawuf dan Sufi 

6. Para peserta muktamar menyerukan untuk mempertahankan pelaksanaan muktamar ini setiap tahun di negara yang menjadi kantor pusat Majelis Sufi Dunia dan mengajak berkontribusi secara kolektif untuk mendukung majelis, menyelenggarakan muktamar turunan (serupa) di berbagai wilayah Islam lainnya, berkontribusi dan berpartisipasi dalam muktamar Sufi yang diadakan oleh pihak lain. 

7. Peserta muktamar menyeru pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan norma-norma keluarga dan masyarakat, dan menentang segala bentuk propaganda global berupa hal-hal yang bertentangan dengan fitrah yang suci dan mengubah ciptaan Tuhan, seperti LGBT, penyimpangan seksual, dan sejenisnya. 

8. Muktamar memutuskan untuk mendirikan kantor-kantor cabang di setiap benua, berdasarkan kebutuhan yang bertugas memperkenalkan Majelis Sufi Dunia, mengembangkan investasi di bidang ekonomi, dakwah, pendidikan dan media, serta membentuk portofolio investasi untuk mendukung proyek-proyek majelis. Konferensi juga memutuskan untuk membentuk komite khusus yang bertugas menindaklanjuti segala sesuatu yang berkaitan dengan pendirian Universitas Al-Ihsan, serta mencari sumber pendanaan untuk tujuan ini. Selain itu, juga membentuk komite yang bertugas; mempelajari pendirian lembaga media yang dapat dipergunakan untuk memproduksi publikasi media dan menyebarluaskan nilai-nilai tasawuf, mendirikan stasiun TV satelit, dan mencari sumber dana untuk terlaksananya tujuan ini. 

9. Muktamar menyerukan saudara-saudara kita di Sudan, Nigeria, Libya, Yaman, Suriah dan negara-negara lain yang menderita kerusuhan internal untuk mengedepankan dialog dan kepentingan nasional, menghindari chaos, penggunaan senjata, bentuk-bentuk kekerasan dan (politik) pecah belah, serta memberikan kesempatan kepada bijak bestari dan cendekiawan untuk menyelesaikan masalah yang dipersengketakan melalui dialog. 

Konferensi juga menyeru tarekat-tarekat sufi untuk mengerahkan seluruh daya dan upayanya guna memperbaiki hubungan dan menyebarkan koeksistensi damai di antara komponen masyarakat. 

Terakhir, tentunya terus-menerus berupaya untuk memberikan solusi bagi problematika besar dunia Islam di Yerusalem dan Palestina.
(Sumber: nu.or.id//editor:muhammadfaizin)

Jumat, 17 November 2023

Qohwah (Kopi) Minuman para Sufi

Kopi merupakan minuman yang sangat nikmat disajikan di segala kondisi. Kopi juga memiliki cita rasa yang khas yang sangat melekat di lidah penikmatnya. Kopi juga terbukti mengandung unsur kimia yang bisa menolak rasa kantuk dan ini sangat berfaedah sekali bagi orang yang ingin bergadang atau memiliki aktifitas malam hari.

Namun taukah Anda bahwa kopi adalah minuman para sufi? Dan taukah Anda bahwa para Ulama yang berkomentar tentang kopi? 

Di antara ulama yang saya temukan komentarnya dalam kajian saya seperti yang dikutip oleh Al Allamah Abdul Qodir Bin Muhammad Al Jaziry Dalam kitabnya Umdatus Shofwah fi Hukmil Qohwah, banyak ulama yang berfatwa mengenai hukum kebolehan meminum kopi seperti Syidi Syeh Zakariya Al anshori, Syidi Syeh Abdurrohman Bin Ziyad , Syidi Syeh Zarruq Al Maliki Al Maghribi, Syidi Syeh Abu Bakr bin Salim Attarimi, dan Syidi Syeh Abdulloh Al Haddad. 

Nama-nama yang telah disebut di atas merupakan tokoh tokoh besar sufi. Tidak hanya berfatwa bahkan banyak juga ulama yang telah mengarang kitab yang isinya membahas Khusus mengenai hukum kopi dan faidah Meminum kopi, diantaranya Sayyid Al Allamah Abdurrohman bin Muhammad Al Aidrus dalam Risalah Inusi as-Shofwah bi Anfusi al-Qohwah, juga Al Imam Al Faqih Syeh Bamakhromah mengarang syair tentang kopi yang Syairnya di komentari oleh banyak ulama. 

Lalu dari Indonesia juga ada Al-Allamah Syeh Ikhsan Jampes Kediri dalam kitabnya Irsyadul Ikhwan fi Syurbil Qohwah wa Addukhon, juga Syeh abdul Qodir Bin Syekh dalam kitab Shofwatu As Shofwah fi Bayan hukmil Qohwah. Juga dijelaskan dalam kitab Tarikh Ibnu Toyyib mengenai keutamaan Kopi dan banyak lagi ulama yang menjelaskan tentang kopi. 

Pasti kita penasaran kenapa para ulama bahkan para sufi mengistimewakan kopi? 

Coba kita lihat komentar Al Imam Ibnu Hajar Al Haitami ; ثم اعلم ايها القلب المكروب أن هذه القهوه قد جعلها اهل الصفاء مجلبة للأسرار مذهبة للأكدار وقد اختلف في حلها اولا وحاصل ما رجحه ابن حجر في شرح العباب بعد ان ذكر أنها حدثت في اول قرن العاشر . ان للوسائل حكم المقاصد ،فمهما طبخت للخير كانت منه وبالعكس فافهم الأصل 

"Lalu ketahuilah duhai hati yang gelisah bahwa kopi ini telah dijadikan oleh Ahli shofwah (orang orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan, penghapus kesusahan. Para ulama berbeda pendapat akan kehalalannya, namun alhasil yang diunggulkan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Syarhul Ubab setelah penjelasan bahwa asal usul kopi di awal abad kesepuluh hijriyah memandang dari Qoidah 'bagi perantara menjadi hukum tujuannya' maka selama kopi ini dimasak untuk kebaikan maka mendapat kebaikannya begitu juga sebaliknya, maka fahami asalnya.

"Begitu juga hasil penelitian saya juga selama di Yaman Khususnya yang saya lihat sendiri di daerah Mukalla, Tarim, Sihr dan Seiyun ketika saya menghadiri Majlis-Majlis Ilmu, ba'da tarawih ataupun Majlis Sholawat dan Hadroh saya mendapati semuanya menghidangkan kopi sambil membaca Qosidah. 

Memang jelas sekali bahwa Ulama Sufi ketika menikmati kopi tiada lain adalah agar supaya bisa menolak rasa ngantuk jika akan beribadah dan menjadikan tubuh bersemangat untuk berdzikir kepada Allah SWT. ad Dalam Diwan Syekh Bamakhromah beliau berkata ; "Dalam gelas kerinduan itu membuat orang yang meminumnya berada dalam tingkatan para perindu dan memakaikannya pakaian ahli pecinta dalam kedekatan kepada Allah. 

Bahkan jika seandainya diminum oleh seorang Yahudi maka niscaya hatinya akan mendapatkan tarikan hidayah dan inayah Tuhan." Dan Al Habib Abdurrohman Shofi Assegaf mengatakan; "...bahwa kopi yang disiapkan oleh para Sufi ini Esensinya untuk menarik Hati kepada Allah SWT maka pahamilah isyarah dan bedakan antara setiap argumentasi" . Imam Ahmad Assubki juga berkata ; قال احمد بن علي السبكى ; واما منافعها يعني القهوه تقريبا ... فالنشاط للعبادة والأشغال المهمة وهضم الطعام وتحليل الرياح والقولنج والبلغم كثيرا 

"Kopi manfaatnya yaitu kira-kira untuk membuat semangat ibadah dan pekerjaan penting juga menghancurkan makanan, agar tidak masuk angin dan menghilangkan dahak yang banyak." Ada juga yang menganggap kopi (qohwah) mirip dengan nama khomer, maka ulama memberikan jawaban dalam kitab inasus Shofwah sebagai berikut. 

"Penamaan qohwah bagi sebagian orang dianggap menyerupai nama khomer, tentu tuduhan ini tidak mendasar karena tidak harus kesamaan nama juga menunjukkan sama maknanya, bahkan para sholihin dan shadat membuktikan bahwa kopi digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.

"Dalam Tarikh Ibnu Toyyib dikatakan: يا قهوة تذهب هم الفتى # انت لحاوى العلم نعم المراد شراب اهل الله فيه الشفا # لطالب الحكمة بين العباد حرمها الله على جاهل # يقول بحرمتها بالعناد 

"Kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, senikmat-nikmatnya keinginan bagi engkau yang sedang mencari ilmu. Kopi adalah minuman orang yang dekat pada Allah didalamnya ada kesembuhan bagi pencari hikmah diantara manusia. Kopi diharamkan bagi orang bodoh dan mengatakan keharamannya dengan keras kepala." 

Kesimpulannya, kopi merupakan minuman para sufi yang digunakan untuk taqarrub, mendektkan diri kepada Allah SWT yang mana memiliki banyak faidah baik secara rohani ataupun medis. 

Tarim, 21 Dzulqo'dah 1436 H
(Sumber: qohwah minuman para sufi/nu.or/Moh Nasirul Haq/Mahasiswa Imam Shafie College Mukalla Yaman)

Kamis, 16 November 2023

Kota Pekalongan Jadi Tuan Rumah Perhelatan Sufi Dunia

Presiden Joko Widodo dan para ulama sufi dari 60 negara menghadiri Multaqo Sufi Al-Alamy atau Muktamar Sufi Internasional di Kota Pekalongan pada 29–31 Agustus 2023.

Kehadiran Presiden Jokowi beserta puluhan ulama sufi dari berbagai negara di Pekalongan untuk memenuhi undangan Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya selaku Pimpinan atau Ketua World Sufi Assembly (WSA), sekaligus Rais Aam Idarah Aliyah Jam'iyyah Ahluth Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (JATMAN).

Multaqo Sufi Al Alamy tahun 2023 merupakan penyelenggaraan yang ke dua kalinya. Pertama kali Multaqo Sufi Al Alamy digelar pada tahun 2019 silam. Salah satu hasilnya adalah menetapkan Habib Luthfi bin Yahya sebagai Ketua Forum Sufi Dunia, atau yang kini berubah nama menjadi Majelis Sufi Dunia atau World Sufi Assembly.

Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid mendampingi Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dan Tim Jatman menghadap ke Istana Negara bertemu dengan Presiden Jokowi. "Menjadi sebuah kehormatan, Kota Pekalongan menjadi tempat penyelenggaraan Multaqo Sufi Al-Alamy atau Muktamar Sufi Internasional," tutur Wali Kota Aaf saat dikonfirmasi di Kota Pekalongan, Kamis (10/8/2023).

Menurut Aaf alhamdulillah perhelatan sufi dunia telah berjalan dengan lancar, sukses dan membawa keberkahan. "Sebelumnya memang kami sowan ke RI satu sekaligus mengundang Pak Jokowi untuk hadir. Pengalaman ini tentu menjadi sangat luar biasa untuk Kota Pekalongan," tutup Aaf.

Senin, 13 November 2023

Apakah Semua Umat Manusia Ditanya Malaikat di Alam Kubur?

Munkar dan Nakir adalah dua malaikat yang diutus oleh Allah untuk menguji keimanan setiap individu di dalam kubur. Pertanyaan pertama yang mereka ajukan mencakup keyakinan seseorang terhadap Allah, Nabi, dan agama.

Pertanyaan Munkar dan Nakir tidak hanya sekadar menilai pengetahuan, tetapi juga menguji kedalaman keyakinan dan amal perbuatan yang dilakukan selama hidup.

Lantas, apakah seluruh umat manusia ditanyai oleh Munkar dan Nakir di Alam Kubur? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini!

Apakah Seluruh Umat Manusia Ditanyai oleh Munkar dan Nakir di Alam Kubur?
Ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai apakah seluruh umat manusia ditanyai oleh Munkar dan Nakir di alam kubur.

Ada yang berpendapat pertanyaan tersebut hanya ditujukan untuk umat Islam saja, ada pula yang berpendapat sejatinya semua manusia ditanyai termasuk orang kafir. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan berikut.

Pendapat Bahwa Hanya Umat Islam yang Ditanyai di Alam Kubur

Menurut Abu Abdullah At-Tirmidzi dikutip dari buku Perjalanan Ruh, "Pertanyaan pada mayit hanya berlaku pada umat ini saja. Sebab umat-umat sebelum kita setiap kali mereka mengabaikan rasul-rasul yang datang membawa risalah kepada mereka, mereka pun segera diazab setelah rasul-rasul mereka diungsikan terlebih dahulu."

Di samping itu, menurut Abu Umar Bin Abdil Bar dalam kitabnya At-Tamhid, "Berbagai atsar menunjukkan bahwa ujian atau pertanyaan di dalam kubur hanya ditujukan kepada orang mukmin atau munafik, yaitu orang-orang terkait dengan ahli kitab dan Islam yang mengucapkan syahadat.

Adapun orang kafir yang membangkang dan menentang, tidak termasuk mereka yang mendapat pertanyaan tentang siapa Tuhannya, apa agamanya, dan siapa nabinya.

Pertanyaan semacam ini hanya ditujukan kepada orang Islam. Allah meneguhkan orang-orang beriman dan orang-orang ingkar akan gemetar."

Penjelasan tersebut menyiratkan bahwa pertanyaan oleh Munkar dan Nakir hanya akan ditanyakan kepada umat muslim saja.

Pendapat bahwa Orang Kafir dan Munafik juga Ditanyai di Alam Kubur

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, ada pula pendapat ulama yang mengatakan bahwa semua umat manusia ditanyai oleh Munkar dan Nakir.

Dikutip dari buku Hakekat Ruh, di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari Anas bin Malik, Nabi bersabda, "Sesungguhnya, jika hamba diletakkan di liang lahat dan keluarganya sudah meninggalkannya, ia bisa mendengar suara sandal mereka."

Lalu, Al-Bukhari menambahkan, "Sedangkan orang munafik dan orang kafir maka ditanyakan kepadanya: 'Apa yang kamu katakan tentang orang ini?' Ia menjawab 'Aku tidak tahu. Aku mengatakan seperti yang dikatakan orang-orang.'

Maka dikatakan kepadanya: 'Kamu memang tidak tahu dan kamu tidak pernah membaca.' Lalu, ia dipukul dengan palu besi hingga ia menjerit kesakitan yang didengar oleh makhluk yang ada di sekitarnya, kecuali manusia dan jin'."

Selain itu, masih dikutip dari buku yang sama, Abu Sa'id Al-Khudri menghimpun dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Amir Al-Aqdi, berkata, "Kami diberitahu Ibad bin Rasyid, dari Dawud bin Abu Hindun, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa'id, ia berkata"

'Kami menghadiri jenazah bersama Rasulullah, lalu ia menyebutkan hadisnya hingga beliau bersabda: 'Jika ia orang kafir atau munafik maka malaikat bertanya kepadanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang ini?' Ia menjawab: 'Aku tidak tahu'."

Penjelasan tersebut berarti jelas sekali bahwa pertanyaan di alam kubur juga akan ditanyakan kepada orang kafir dan munafik tidak hanya umat muslim saja.

Pendapat yang Netral

Terdapat ulama yang mengambil posisi netral seperti Abu Umar bin Abdul-Barr dikutip dari buku Roh yang menyatakan bahwa dalam hadits Zaid bin Tsabit disebutkan dari Nabi Muhammad, beliau bersabda, "Sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya."

Ada golongan yang menganggap hadits di atas tidak menunjukkan kekhususan bagi umat ini semata, tanpa umat yang lain. Umat yang dimaksudkan bisa umat manusia tetapi juga bisa umat binatang.

Maka kata "diuji" menurut lafaz ini bisa berarti hanya ditujukan kepada umat ini secara khusus. Akan tetapi, masalah ini tidak bisa diputuskan begitu saja.

Para ulama yang mengambil posisi netral memilih untuk tidak terlalu mempermasalahkan mengenai hal ini dan mengembalikannya sebagai rahasia Allah. Hanya Allah SWT yang lebih tahu. Wallahualam.

Siapa yang Tidak Ditanya oleh Munkar dan Nakir?

Terdapat pendapat ulama yang menyatakan bahwa beberapa golongan manusia diberi kemudahan oleh Allah di alam kubur sehingga lolos dari pertanyaan Munkar dan Nakir.

Dilansir dari buku Islam Kafah Bukan Ajaran Penuh Amarah, menurut Syekh Ibrahim Al-Laqqani dalam Hidayatul Murid, terdapat tujuh orang yang tidak ditanya Munkar dan Nakir, yakni:

Orang yang beruzlah atau menyendiri di gua untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam jangka waktu tertentu.

Orang yang mati syahid di medan perang untuk mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT.

Orang yang mempercayai kebesaran Allah SWT baik zahir maupun batin.
Orang yang membaca surah Al-Mulk secara istiqomah setiap malam.
Orang yang meninggal sebab busung lapar.
Orang yang meninggal pada malam Jumat.
Orang yang meninggal sebab bencana alam.

Demikian penjelasan mengenai pertanyaan mengenai apakah seluruh umat manusia ditanyai oleh Munkar dan Nakir di alam kubur?

Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Jadi, kembali kepada keyakinan detikers masing-masing. Namun, yang pasti Allah yang lebih tahu. Hal yang paling penting adalah mempersiapkan diri dengan amal ibadah sebelum menghadapi kematian. Wallahu a'lam.
(Fida Afra/Detik Hikmah)

Jumat, 20 Oktober 2023

Tasawuf Rasa Abu Yazid Al-Busthami

Untuk memahami konsep "Al-Ittihad" dalam perjalanan rohani Abu Yazid al-Busthami, kita bisa meneliti konsep-konsep ketuhanannya yang terangkum dalam peristilahan (syatahat) yang sering disampaikannya. 

Misalnya, kata-kata Ana al-Haqq (Akulah Kebenaran). Ketika membawa rombongan haji ke tanah suci, para jamaah harus mengikuti dan menuruti apa yang dilakukan sang mursyid selaku pembimbingnya. Seketika itu, berucaplah Abu Yazid: "Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku". Bahkan, ada beberapa syatahat yang sulit dipahami orang-orang biasa, namun hanya dapat ditangkap oleh pemahaman orang yang kualitas kesufiannya sudah tinggi. 

Ketika Abu Yazid ditanya oleh salah seorang sahabatnya, ia hanya mengatakan: "Bukan aku yang mengucapkan, tetapi Tuhan berbicara melalui lidahku dalam keadaan fana." Jadi, kata-kata yang terucap itu dalam keadaan dirinya mengalami "ittihad" atau penyatuan diri dengan Sang Khalik. 

Tetapi, sebagian ahli fiqih tak bisa menerima pernyataan itu secara hukum syariat, karena diibaratkan orang yang sedang mengkhayal, mengigau atau mabuk. Di sisi lain, Abu Yazid sendiri mengaku dalam keadaan "fana" dan tenggelam dalam diri-Nya. Dalam hubungannya dengan Sang Khalik, Abu Yazid juga memakai istilah al-isyq (rindu berat), bahkan juga as-sakar (dimabuk cinta). 

Menurut Abu Yazid, karena Tuhan itu Maha Suci, maka unsur dari manusia yang dapat berjumpa dengan-Nya haruslah disucikan terlebih dahulu. Untuk itu, ia akan dapat bersatu hanya dalam keadaan suci, setelah menyucikan dirinya. "Ruh manusia harus suci. Karena yang dapat mendekati Yang Maha Suci adalah yang suci pula. Ruh yang memasuki tubuh yang bernafsu, bisa dibuat kotor oleh hawa nafsu. 

Karenanya, ruh harus disucikan dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat pada dirinya," demikian ujar Abu Yazid. Diskursus kesufian Menurut Abu Bakar Atjeh, ada tahapan-tahapan tersendiri untuk memuluskan rohani hingga mencapai derajat kesufian, di antaranya mempelajari pengetahuan dan pendalaman akan ilmu tasawuf, mencari mursyid atau bersahabat dengan teman-teman sependirian, rajin melakukan zikir dan wirid untuk mewujudkan hudlur (kehadiran), mengekang diri dari kecenderungan nafsu duniawi, serta konsisten untuk menjaga diri dari ketersestan. 

Adapun jalan yang ditempuh Abu Yazid adalah pelatihan dan riyadlah selama puluhan tahun hingga mencapai kefanaan dan penyatuan diri dengan Sang Khalik, bahkan merasa diri hancur-lebur (fana) untuk bersatu dengan-Nya. 

Dalam konteks kehilangan akan kesadaran diri, hingga melebur dalam kesadan-Nya, seorang analis sufi William James pernah menulis dalam bukunya The Varieties of Religion Experience sebagai berikut: "Pengalaman mistis Abu Yazid al-Bustami sulit diuraikan dengan kata-kata yang memadai untuk bisa mengisahkannya. 

Kualitas kesufian semacam itu harus dialami secara langsung, karena pengertian cinta dan rindu yang dialaminya sulit terjamah oleh cinta manusia biasa. Jadi, ada semacam perasaan yang sulit diungkap dengan kata-kata, kecuali oleh orang yang mendapatkan wawasan tentang kedalaman hakikat kebenaran. 

Hal tersebut sulit termaknai oleh kemampuan intelektual yang bersifat diskursus. William James memknai proses kefanaan Abu Yazid, dikondisikan oleh faktor kesengajaan dan penuh kesadaran. Datangnya situasi mistik bisa dikondisikan dengan pemusatan pikiran yang fokus dalam konsentrasi tinggi. 

Ia memerlukan gerakan tubuh atau bacaan-bacaan tertentu. Kemudian, saat kesadaran akan penyatuan dirinya muncul, sang mistikus merasa bahwa untuk sementara hasratnya menghilang, dan ia merasa dikuasai oleh Kekuatan Yang Maha Tinggi. Secara teoritis, sebenarnya Abu Yazid sendiri tak pernah menggunakan istilah "al-ittihad" melalui konsep sufistik yang dipraktikkannya. Ia hanya menjalani amalan yang disukainya dalam praktek kesufian, hingga kemudian membentuk ajaran yang dinamakan "al-ittihad". 

Jadi, sulit untuk ditemukan kalimat yang menjelaskan bahwa Abu Yazid adalah pelopor yang menunjukkan jalan "al-ittihad" secara teoritis. Adapun mengenai turunnya wahyu sebagai kalam ilahi, hal tersebut hanya dialami oleh para nabi dan rasul pilihan-Nya. Apabila sampai seseorang berkat karunia Allah pada tingkatan pewahyuan, inilah yang disebut "ittihad" sebagai wahyu Allah yang disampaikan melalui perantaraan hamba yang dicintai-Nya. 

Sedangkan yang diajarkan Abu Yazid kelak akan membentuk thariqoh atau jalan yang dilalui olehnya, untuk dapat mencapai kebenaran-Nya. Jadi, konsep "ittihad" itu dimunculkan oleh para sufi generasi sesudahnya, yang diilhami dari ucapan-ucapan alam bawah sadar (syatahat) yang dialami Abu Yazid sendiri. 

Rasa bertasawuf "Siapa yang tidak mengalaminya secara langsung, maka sulit baginya untuk mengerti," demikian ungkapan sebagian ahli tasawuf mengenai teori dan praktek mistisisme dalam dunia tasawuf. Karena biasanya sang guru (mursyid) hanya akan menunjukkan jalan dan tempatnya, adapun perkara pengalaman yang dirasakannya sulit terbahasakan, kecuali jika dijalani dan dirasakan langsung oleh para muridnya. 

Abdurrahman Siddiq Safat mengungkap jalan yang ditempuh Abu Yazid, konon ia sering merasakan adanya ikat pinggang yang melilit di tubuhnya, hingga ketika tiba saatnya berjumpa dengan Allah, maka ikat pinggang itu terputus dari lilitan tubuhnya. Oleh karena itu, menjelang akhir hayatnya Abu Yazid melaksanakan salat dengan ikat pinggang dan baju wol yang terbalik dikenakan dalam tubuhnya. 

Kemudian, ia bermunajat dan menyampaikan kata-kata terakhirnya: "Ya Allah, aku tidak membanggakan kesalehanku selama ini. Aku tidak membanggakan puasa, tahajud, bahkan seberapa kali aku mengkhatamkan Alquran sepanjang hidupku. Aku tak pernah mengatakan pengalaman spiritualku sebagai unik dan langka yang tak pernah dialami oleh orang lain. Aku tak mau membanggakan doa, munajat dan kedekatanku dengan-Mu. Saat ini, kukatakan pada-Mu bahwa aku malu dengan segala perbuatanku. Semua yang kulakukan itu semata-mata karena rahmat dan kasih sayang-Mu kepadaku sebagai hamba yang hina dina ini. Aku telah menapaki jalan berliku selama 70 tahun sehingga rambut memutih karena kebodohan dan kejahilanku. Di sepanjang padang pasir aku tertatih-tatih dengan ikat pinggang terlilit di tubuhku. Namun, baru saat inilah aku memahami apa yang disebut Islam dan kepasrahan diriku kepada-Mu. Baru sekarang inilah aku dapat mengucapkan syadahat di hadapan-Mu."

Di akhir hayatnya, Abu Yazid al-Busthami mulai menyadari bahwa Allah dapat melakukan dan memutuskan segala perkara tanpa memerlukan sebab apapun. Allah tidak menjadikan kekasih-Nya disebabkan ketaatan dan kepatuhannya. Juga Allah tidak menjauhi hamba lantaran kekufuran dan keingkarannya. Abu Yazid menyadari bahwa segala daya-upaya yang dilakukannya selama ini hanyalah noktah debu belaka. 

"Untuk setiap kelakuan dan kesombonganku selama ini," ujar Abu Yazid, "aku mohon dilimpahkan ampunan-Mu, ya Allah. Basuhlah debu keingkaran di dalam diriku, karena aku pun telah membasuh debu keangkuhan dan kesombongan, lantaran mengaku telah mematuhi segala perintah-Mu, ya Allah, Allah, Allah...." Setelah mengucap lafadz "Allah" tiga kali, Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya di tahun 261 Hijriyah. 

Makamnya terletak di tengah kota Bustam (Iran) dan menarik banyak pengunjung dari berbagai pelosok negeri. Pada prinsipnya, ia menyadari bahwa kehidupan Rasulullah sebagai pengemban risalah, adalah teladan bagi semua kalangan, baik tua maupun muda, kaya maupun miskin, bahkan dapat menjadi cermin bagi semua mazhab dan aliran keagamaan, baik yang konservatif, modern, hingga kaum sufistik sekalipun.

(Sumber:nu.or.id/penulis:Hafis Azhari/Penulis buku Pikiran Orang Indonesia dan Perasaan Orang Banten)

Rabu, 30 Agustus 2023

Dari Muktamar Sufi Dunia di Pekalongan

Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (Jatman) menggelar perhelatan World Sufi Assembly di Kota Pekalongan. Acara tersebut berlangsung mulai hari ini Selasa (29/8/2023) dan berakhir Kamis (31/8/2023).

Muktamar Sufi Internasional II itu secara resmi dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan akan ditutup Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin.

Sekretaris Jendral (Sekjend) Jatman KH Mashudi menjelaskan, acara sufi dunia atau World Sufi Assembly (WSA) Conference ini dihadiri 68 Masyayeikh dari luar negeri, 1.500 ulama dan habib dalam negeri, serta para tokoh masyarakat.

"Untuk pemondokan tamu kami libatkan banyak hotel di Kota Pekalongan dan siapkan rumah masyarakat yang tersebar di Kota dan Kabupaten Pekalongan," ujarnya.

Kiai Mashudi menerangkan, dalam acara tersebut juga akan dilakukan sejumlah kajian. Di antaranya mengkaji pendidikan sufi agar betul-betul meresap di hati masyarakat dunia. Juga kajian tentang ekonomi, sosial, hingga soal teknologi dan peradaban untuk dunia.

Selain kegiatan utamanya berupa muktamar, panitia juga telah menggelar kegiatan penunjang yakni kirab Merah Putih dan silaturahim Mursyid Tariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) pada Senin (28/8/2023).

"Acara dimulai tanggal 28 Agustus. Tanggal 28 Agustus ada rangkaian kirab merah putih serta bazar, tanggal 29 Agustus dibuka oleh RI 1 dan diikuti Masyayikh luar negeri, sampai 31 Agustus penutupan," katanya.

Untuk diketahui, acara Multaqo Sufi Al-Alamy ini yang kedua kalinya digelar di Kota Pekalongan. Adapun yang pertama digelar pada 2019, yang menetapkan Habib Luthfi bin Yahya sebagai Ketua Forum Sufi Dunia yang kini berubah nama menjadi Majelis Sufi Dunia atau World Sufi Assembly.

Sementara itu untuk pengamanan, disiapkan sebanyak 1.500 personil gabungan (TNI, Polri dan Banser). Apel kesiapan pengamanan telah dilakukan di Lapangan Mataram, Kota Pekalongan, pada Jumat lalu.

Dibuka Presiden RI

Muktamar Sufi Internasional 2023 resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rencananya, penutupan konferensi ini akan turut dihadiri oleh Wapres Ma'ruf Amin.

Muktamar Sufi Internasional tersebut digelar pada 29-31 Agustus 2023 di Sahid International Convention Center, Pekalongan, Jawa Tengah. Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto ditunjuk sebagai Ketua Umum Pusat Muktamar Sufi Internasional, sementara Habib Luthfi merupakan Panitia Pelaksananya.

Melalui pidato pembukanya, Jokowi mengapresiasi pelaksanaan Muktamar Sufi Internasional yang dinilai penting bagi Indonesia sebagai contoh Islam moderat sekaligus menjadi bukti bahwa Islam di Indonesia bukan lagi berada di pinggiran.

"Pelaksanaan muktamar ini sangat penting bagi Indonesia, akan membuat Indonesia semakin dikenal sebagai contoh Islam moderat, akan meningkatkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia, dan membuat Indonesia semakin diperhitungkan," tutur Jokowi, dikutip dari laman Setkab RI, Rabu (30/8/2023).

Menurut Jokowi, Islam di Indonesia mempunyai peran yang sangat strategis dengan berkontribusi untuk membangun peradaban dunia yang damai dan harmonis.

"Muktamar ini mengejawantahkan nilai-nilai luhur tasawuf, thariqah, mendekatkan tasawuf dan thariqah kepada negara masing-masing," ujarnya.

Jokowi juga mengingatkan tentang sikap moderat dan saling berinteraksi untuk bersatu dalam menghadapi keberagaman. Khususnya bagi Indonesia dengan 270 juta penduduk yang beragam etnis hingga agama.

"Alhamdulillah kita terus kokoh bersatu, alhamdulillah kita bisa menjaga stabilitas politik kita. Semua ini berkat karakter moderat bangsa Indonesia yang menjaga toleransi dan persatuan," ucapnya.

Meski demikian, Jokowi mengakui kerap ditemukan masih adanya kasus intoleransi. Untuk itu, menurutnya, tasawuf hingga Islam yang moderat memiliki peran penting dalam persatuan dan kesatuan.

"Saya percaya amalan tasawuf punya peran penting yang selalu hadir dengan nilai-nilai humanisme yang universal dengan prinsip Islam wasathiyah, Islam yang moderat yang akan semakin memperkokoh toleransi, persatuan, dan kesatuan," tukasnya.

Ketua panitia Multaqo Sufi Al-Alamy atau Muktamar Sufi Internasional Prabowo Subianto menyebut pembukaan acara itu dihadiri dua tokoh yang masuk dalam daftar 500 muslim berpengaruh di dunia. Kedua tokoh tersebut adalah Presiden Jokowi dan anggota Wantimpres Habib Luthfi bin Yahya.

"Kita merasa sangat beruntung dalam ruangan ini ada dua tokoh yang masuk dalam daftar 500 muslim berpengaruh di dunia," kata Prabowo, dikutip dari detikJateng.

"Pertama adalah Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Haji Joko Widodo (Jokowi) dan yang kedua Maulana Habib Luthfi. Ya, dua putra Indonesia yang dihormati di seluruh dunia ini bukti konkret bagaimana ulama dan umaroh di Indonesia bersatu bergandengan tangan bahu-membahu membangun negeri tercinta," lanjut dia lagi.

Prabowo juga mengatakan, Muktamar Sufi Internasional ini dihadiri oleh 73 ulama dari 38 negara. Para sufi ulama mancanegara tersebut akan membahas empat bidang terkait pendidikan sufi dan pengaruhnya dalam penyucian jiwa, ekonomi dan pembangunan berkelanjutan, industri media dan opini publik, serta peran penting tasawuf dalam membangun manusia dan mengembangkan peradaban.

Muktamar Sufi Internasional 2023 yang digelar di Pekalongan, Jawa Tengah ini dibuka oleh Jokowi dengan memukul beduk di atas panggung sebagai tanda dimulainya acara. Pejabat yang mendampingi Jokowi turut bertepuk tangan.

Sejumlah pihak mendampingi Jokowi saat pemukulan beduk itu. Mereka adalah Habib Luthfi bin Yahya, Menteri Pertahanan RI sekaligus ketua panitia acara Prabowo Subianto, Mensesneg RI Pratikno hingga Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo.

Jumat, 25 Agustus 2023

Makna Kemerdekaan dalam Pandangan Sufi

Kemerdekaan dalam pandangan kaum sufi memiliki makna tersendiri. Makna kemerdekaan menurut mereka tergantung kepada tingkatan spiritualitas yang dilalui seorang hamba. 

Para penulis teori-teori tasawwuf ketika menjelaskan kebebasan dalam karya-karya mereka selalu dimulai dengan konsep hamba (al-abd) berikut dengan semua atribut kehambaan (al-ubudiyyah). Dalam penjelasan ini, yang tersisa dalam substansi dan identitas kesufian tidak lain hanyalah kehambaan atau dalam bahasa kaum sufi al-ubudiyyah.

Namun persoalan jadi lain ketika seorang hamba dalam perjalanan ruhaninya telah sampai kepada tingkat al-fana. Sampai di sini, pembahasan kaum sufi menjadi lain, tidak lagi soal kehambaan atau al-ubudiyyah tapi soal kebebasan atau al-hurriyyah. Lalu apa sebenarnya makna al-hurriyyah dalam pandangan kaum sufi?

Hakikat kebebasan, kata al-Qusyairi dalam ar-Risalah, terletak kepada kesempurnaan kebebasan (fi kamal al-hurriyyah). Secara lebih jauh lagi, al-Qusyairi mengutip pandangan al-Hallaj: al-Husain bin Mansur menjelaskan jika telah melewati tingkatan-tingkatan kehambaan (maqamat al-ubudiyyah) secara keseluruhan, seorang hamba akan terbebas dari beban kehambaan.

Karena dalam pandangan kaum sufi, setiap makna suatu kata itu selalu terbagi dua; makna untuk kalangan orang banyak atau kalangan awam dan makna untuk kalangan elite atau kalangan khassah, dan kadang dalam berbagai hal, ada makna lain yang ketiga, yakni makna untuk kalangan super elite (khasatul khassah), kebebasan pun selalui dimaknai menurut awam, khassah dan khassatul khassah.

Kebebasan untuk kalangan awam ialah kebebasan dari perbudakan nafsu dan syahwat (at-taharrur min ubudiyyat asy-syahawat). Kebebasan seperti ini hanya diperuntukan bagi para sufi pemula yang belum bisa dibedakan dari kalangan awam pada umumnya. Sedangkan kebebasan untuk kalangan khassah ialah kebebasan dari belenggu kehendak dan keinginan karena kehendak mereka sudah melebur atau fana dalam kehendak Yang Maha Benar (at-taharrur min riqqil muradat, lifanai iradatihim fi iradatil haqq).

Kebebasan jenis ini ialah kebebasan seorang sufi yang telah melewati semua tingkatan perjalanan spiritual dan telah mencapai tingkatan fana. Ketika sudah sampai ke tingkatan fana, sang sufi sudah terbebas dari belenggu-belenggu latihan spiritual, riyadah dan mujahadah.

Sedangkan jenis kebebasan yang ketiga, kebebasan yang dimiliki oleh kalangan khassatul khassah, kalangan super elite-nya para pendaki spritual menuju Allah, ialah kebebasan dari belenggu ibadah formal dan sunnah karena mereka telah terbius oleh manifestasi cahayanya cahaya (riqq ar-rusum wal atsar li inmihaqihim fi tajalli nur al-anwar).

Yang semakna dengan definisi kebebasan untuk kalangan khassatul khassah ini ialah sebagian kalangan sufi yang mengatakan: Sesungguhnya Allah telah menciptakan kamu dalam kebebasan maka jadilah seperti dalam keadaan pertama kali kamu tercipta. (inna Allah kholaqaka hurran fa kun kama kholaqoka). Arti dari klausa jadilah seperti dalam keadaan pertama kali kamu tercipta ialah jadilah hamba yang bebas dari beban ibadah (ghoir mukallaf).

Jadi makna kebebasan bagi kalangan khassatul khassah ialah terbebas dari rusum, yaitu ibadah formal (takalif syariyyah) yang menjadi objek kajian fikih. Sebagian kalangan sufi memberikan justifikasi terhadap kebebasan dari beban ibadah formal dengan menegaskan bahwa kalangan khasatul khassah itu qod tajahwaru, yang artinya bahwa jiwa-jiwa kalangan khassatul khassah telah menjadi suci sehingga mereka menjadi substansi murni.

Berangkat dari sini, riyadah dan mujahadah tidak perlu lagi bagi kalangan khassatul khassah karena kewajiban riyadhah dan mujahadah tujuannya ialah untuk menyucikan jiwa dan ketika jiwa sudah menjadi suci, untuk apalagi proses mujahadah. Untuk lebih memperjelas, kita coba kutipkan pandangan Ibnu al-Jauzy dalam kitabnya yang terkenal, Talbis Iblis, demikian:

“ومنهم من داوموا على الرياضة مدة، فرأوا أنهم قد تجهوروا فقالوا: لا نبالي الآن ما عملنا، وإنما الأوامر والنواهي للعوام، ولو تجهوروا لسقطت عنهم. قالوا: وحاصل النبوة ترجع إلى الحكمة والمصلحة. والمراد منها ضبط العوام ولسنا من العوام فندخل في حجر التكليف لأنا قد تجهورنا وعرفنا الحكمة.”

“Di kalangan kaum sufi, ada yang melakukan riyadhah sebentar lalu mengklaim bahwa mereka telah menjadi substansi (tajahwaru). Mereka mengatakan: kami tak peduli dengan amalan-amalan. Perintah dan larangan agama hanya untuk kalangan awam. Ketika sudah menjadi substansi murni, mereka mengklaim telah bebas dari beban agama. Lebih jauh lagi, bagi mereka ajaran kenabian hanya diberlakukan untuk hikmah dan kemaslahatan.

Maksud dari ajaran kenabian ialah untuk mendidik kalangan awam sementara mereka mengklaim: “kami bukan kalangan awam sehingga tidak bisa masuk ke dalam ritual ibadah karena kami telah menjadi substansi murni dan kami telah mengetahui hikmah”.

Sampai di sini, klaim tajahwur memiliki kaitan erat dengan terbebasnya mereka dari beban syariat. Tajahwur artinya proses ketika jiwa menjadi substansi murni setelah melewati tahapan-tahapan mujahadah dan riyadhah yang memakan waktu lama. Jadi makna kemerdekaan bagi kaum sufi yang sudah mencapai tingkatan khassatul khassah ialah kemerdekaan dan kebebasan dari beban syariat dan karena itu mereka terlepas dari kewajiban melakukan ibadah formal.

(BincangSyariah.com//Abdul Aziz/Dosen UNPAM, Lulusan S-2 Linguistik UGM yang pernah nyantri di Darus Sunnah International Institute for Hadith Sciences)

Kamis, 17 Agustus 2023

Memaknai Kemerdekaan Ala Sufi

Menjadi manusia merdeka merupakan salah satu cita-cita dari risalah Muhammad SAW. Ada berbagai gebrakan yang dilakukan oleh beliau untuk menggapai cita-cita tersebut.

Dimulai dari larangan penguburan bayi perempuan di tengah kalangan Arab yang meninggikan derajat laki-laki. Juga memberlakukan denda-denda memerdekakan budak di kalangan masyarakat yang masih kental perbudakan. 

Usaha-usaha itu tak ayal untuk mencapai posisi kesetaraan hak asasi manusia hingga tidak ada satu insan pun yang berada di bawah kuasa manusia lain.

Namun, menjadi merdeka secara fisik saja belum cukup bagi seorang muslim yang ingin mencapai derajat insan kamil. Mendapat hak makan, minum, berpendapat, berekspresi, memperoleh kekayaan, tidak dapat dikatakan merdeka jika dinilai dengan parameter tasawuf. Ada ukuran-ukuran yang menjadi tolak ukur agar seorang insan dikatakan merdeka secara jiwa dan ruhnya.

Ukuran jiwa merdeka ada ketika seseorang sudah terbebas dari jeratan nafsu buruk. Sebab jiwa yang masih lebih menuhankan nafsunya dari pada Allah pasti tidak bisa menggapai kemerdekaan dalam jiwanya. Allah sudah mengingatkan dengan firman-Nya:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Tahukah kamu (Muhammad), orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan dibiarkan sesat oleh Allah dengan pengetahuan-Nya, Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya, siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Apakah kamu (wahai manusia) tidak mengambil pelajaran?. (QS Al-Jatsiyah: 23)

Ayat tersebut dapat dimaknai sebagai pengingkaran Allah atas kelailain seorang manusia yang telah menjadikan hawa nafsunya sendiri sebagai panutan. Padahal ada Allah yang wajib dianut dan disembah sebagai Tuhan sesungguhnya. Alhasil, orang yang masih menuhankan hawa nafsunya akan disesatkan oleh Allah. Maksud dari pada penyesatan ini diuraikan oleh Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir-nya,

وَمَعْنَى أَضَلَّهُ اللَّهُ أَنَّهُ حَفَّهُمْ بِأَسْبَابِ الضَّلَالَةِ مِنْ عُقُولٍ مُكَابِرَةٍ وَنُفُوسٍ ضَعِيفَةٍ، اعْتَادَتِ اتِّبَاعَ مَا تَشْتَهِيهِ لَا تَسْتَطِيعُ حمل المصابرة والرضى بِمَا فِيهِ كَرَاهِيَةٌ لَهَا. فَصَارَتْ أَسْمَاعُهُمْ كَالْمَخْتُومِ عَلَيْهَا فِي عَدَمِ الِانْتِفَاعِ بِالْمَوَاعِظِ وَالْبَرَاهِينِ، وَقُلُوبُهُمْ كَالْمَخْتُومِ عَلَيْهَا فِي عَدَمِ نُفُوذِ النَّصَائِحِ وَدَلَائِلِ الْأَدِلَّةِ إِلَيْهَا، وَأَبْصَارُهُمْ كَالْمُغَطَّاةِ بِغِشَاوَاتٍ فَلَا تَنْتَفِعُ بِمُشَاهَدَةِ الْمَصْنُوعَاتِ الْإِلَهِيَّةِ الدَّالَّةِ عَلَى انْفِرَادِ اللَّهِ بِالْإِلَهِيَّةِ وَعَلَى أَنَّ بَعْدَ هَذَا الْعَالَمِ بَعْثًا وَجَزَاءً.

Makna penyesatan Allah kepada seorang hamba (pada ayat di atas) adalah Allah melibas mereka dengan sesuatu yang menyebabkan kesesatan, di antaranya kecongkakan akal dan lemahnya hati. Hingga menjadikan indra pendengar mereaka tuli terhadap nasihat dan bukti nyata, matinya hati dari pengaruh nasihat dan tanda jelas, pandangan mereka seakan buram tertutup kabut. Maka semua bukti ilahiyah Allah tidak cukup bermanfaat untuk menunjukkan keesaan-Nya.

Jadi, kemerdekaan ala kaum sufi adalah ketika hati seorang insan sudah hidup. Kondisi hati yang hidup pasti telah mengalami kematian nafsu, lebih-lebih nafsu angkoro (angkara murka). Hal itu dapat diistilahkan dengan mutu qabla an tamut (matilah kalian sebelum kalian mati), yakni keadaan mati rasa gejolak nafsu diri kita, sebelum mati secara adat kemanusiaan (tercabutnya ruh). 

Dengan cara memandikan nafsu kita menggunakan air taubat, sebelum kita benar-benar jenazah kita nanti dimandikan. Setelah itu, “kafanilah diri kalian sebelum dikafani”, makna tersiratnya yakni membalut diri ruhani dengan busana takwa. “Salatlah sebelum kalian disalati,” makna dari ungkapan itu adalah hendaknya kita harus dawam al-zikri (melanggengkan zikir). 

Terakhir, “kuburlah diri kalian sebelum dikubur”, fana’-kan dirimu ke dalam asma-asma, sifat-sifat, bahkan zat Allah, melalui proses kahlwat dan ‘uzlah. Atau dalam ajaran Syaikh Siti Jenar lumrah disebut Catur Wiworo Werit (empat jalan yang sempit). Syeikh Siti Jenar mengistilahkan catur wiworo werit (Empat Perjalanan yang Sempit) dalam menegaskan betapa empat jalan; syari’ah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifah, bukanlah jalan yang gampang (werit).

Setelah proses-proses itu sudah dilakukan, pasti lah nafsu kita mati hingga muncul hayah al-qalbi. Kondisi hayah al-qalbi akan memunculkan zuhud dan qanaah. Zuhud adalah syarat bagi siapa pun yang ingin dicintai oleh Allah. Kalau sudah menikmati zuhud pasti merasakan jaminan selamat dan aman di mana pun berada. Ada beberapa cara agar hati kita merasa zuhud, langkah pertama untuk meningkatkan zuhud adalah dengan cara menyepelekan dunia.

Sebagaimana Allah sudah meremahkan dunia dengan menanggap dunia tak hanya senilai satu sayap lalat. Salah satu contoh dari tindakan zuhud ketika menjadi istri, yakni harusnya seorang istri “meng-emaskan” Mas Hakiki dari pada mas duniawi. Mas hakiki yang dimaksud adalah “Mas” suami masing-masing. Jadi para istri diharuskan mengutamakan suaminya (Mas) dari pada perhiasannya (Emas).

Di samping menikmati kehidupan zuhud, juga harus merasa qanaah. Al-Ghazali mendefinisikan qanaah dalam Mizan al-‘Amal,

وَأَماَّ القَنَاعَةُ، فَحُسْنُ تَدْبِيْرِ المَعَاشِ مِنْ غَيْرِ خَبٍّ

Qanaah merupakan bentuk pengelolaan dana/kekayaan agar terhindar dari sesuatu yang sia-sia.

Dapat dipahami bahwa, teks tersebut mempersilahkan punya banyak harta, tapi harus berhati qanaah. Sebab wujud dari sifat qanaah ini membuat kita merasa terlalu cukup dengan pemberian Allah, yang membuat diri kita selalu ingin membagi-bagi harta kita. Kenikmatan sikap ini akan muncul ketika sudah tajrid al-qalbi, yakni kosongnya hati dari selain Allah.

Pada intinya, kemerdekaan ala sufi dapat diraih dengan berproses sebagaimana para ulama menjalankan kehidupannya. Kehidupan yang penuh dengan kezuhudan dan qanaah karena hati yang benar-benar hidup. Kehidupan yang diwarnai dengan pakerti asma-asma Ilahi. Kehidupan yang didasari dengan pribadi Muhammad SAW.

(Penulis: Yuniar Indra//Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng).

Kamis, 27 Juli 2023

Seputar Puasa Tasu'a dan Asyura

In syaa Allah Kamis dan Jumat  tanggal 9 dan 10 Muharam yang bertepatan dengan tanggal 27 dan 28 Juli 2023, kita kaum muslimin disunahkan berpuasa Tasu'a dan Asyura.Uuntuk lebih mengetahui ilmunya mari kita simak delapan poin dibawah ini:

1. Asal kata nama Asyura

Asyura diambil dari kata Asyirah artinya tanggal kesepuluh, itulah sebabnya pelaksanaan puasanya tanggal 10 Muharam.

2. Sejarah puasa Asyura

Sejarah dan Perintah puasa Asyura bisa kita simak dari hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh beliau berkata:

“Tatkala Nabi Muhammad ﷺ datang ke kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura, lantas beliau bersabda kepada mereka, 'Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?'

Mereka menjawab, 'Hari ini adalah hari yang agung.
Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Fir’aun beserta pasukannya.

Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.’
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian.’ Maka Rasulullah ﷺ berpuasa dan memerintahkan berpuasa.” HR Bukhari dan Muslim.

3. Hukum puasa Asyura

Para ulama berpendapat bahwa puasa Asyura itu hukumnya wajib sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan pada tahun kedua hijriah. Maka, setelah diwajibkan puasa Ramadhan, puasa ini menjadi puasa sunah 'muakkad' yaitu puasa yang sangat dianjurkan, dan inilah pendapat kebanyakan ulama.

4. Puasa Asyura menghapus dosa setahun

Rasululloh bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.(HR. Muslim)

5. Nabi sangat bersemangat berpuasa Asyura

Ibnu Abbas berkata:

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ

Aku tidak pernah melihat Nabi benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, yakni hari ‘Asyura (HR. Bukhari)

6. Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan

Nabi bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharrom (HR. Muslim)

7. Banyak peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyura

Dari berbagai kitab para ulama setidaknya tercatat ada 20 peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyura, 10 Muharram:

1. Diciptakannya Nabi Adam ‘alaihissalam di surga.
2. Diterimanya taubat Nabi Adam ‘alaihissalam
3. Naik dan sejajarnya perahu Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan bukit Judi setelah banjir besar, serta turunnya ke muka bumi setelah banjir bandang.
4. Dikeluarkannya Nabi Yunus ‘alaihissalam dari perut ikan paus.
5. Diterimanya taubat umat Nabi Yunus ‘alaihissalam
6. Dilahirkannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
7. Selamatnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dari api yang membakarnya oleh Raja Namrud.
8. Dikeluarkannya Nabi Yusuf ‘alaihissalam dari sumur setelah diceburkan saudara-saudaranya.
9. Dipertemukannya Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan keluarganya kembali.
10. Disembuhkannya penglihatan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam
11. Dibukanya (dihilangkan) ‘madlorot’ yang mendera Nabi Ayyub ‘alaihissalam
12. Diampuninya Nabi Daud ‘alaihissalam
13. Terbelahnya laut merah untuk Nabi Musa ‘alaihissalam setelah dikejar Fir’aun.
14. Tenggelamnya Fir’aun di dasar laut merah saat mengejar Nabi Musa ‘alaihissalam
15. Dilahirkannya Nabi Isa ‘alaihissalam
16. Diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissalam ke langit.
17. Dibolak-balikannya tubuh ashabul Kahfi (para pemuda Bani Israil yang bersembunyi di dalam gua).
18. Diciptakannya ruh Nabi Muhammad ﷺ
19. Dikandungnya Nabi Muhammad ﷺ di rahim Ibunda Aminah radliyallahu 'anha
20. Wafatnya (syahid) cucu Nabi Muhammad ﷺ Sayyiduna Husein radliyallahu 'anh.

8. Untuk menyelisihi dan berbeda dari Yahudi maka baiknya selain Asyura tanggal 10, juga puasa tanggal 9-nya dulu yaitu puasa Tasu'a

Suatu hari sahabat mendapati bahwa hari Asyura ini bertepatan pula dengan hari agung milik kaum Nasrani dan Yahudi, maka sahabat hendak mengurungkan niat berpuasa di hari Asyura tersebut.

Mendengar keresahan sahabat, Rasulullah bersabda, sebagaimana dikutip dalam kitab ‘Riyadhus Sholihin : 701’ :

وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: «لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ». رواه مسلم.

“Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan”. (HR. Muslim)
______________
____________________
SEMOGA ALLAH SWT MEMBERI KITA HIDAYAH DAN KEKUATAN UNTUK BISA PUASA TASU'A DAN PUASA ASYURA. AAMIIN
_________________________________

(Saefudin Abdul Fattah, Pengasuh pondok pesantren Daarul Ihsaan, Pengurus MUI Kota Cimahi & Nara sumber fikih kontemporer di MQFM dan MQTV)

Rabu, 26 Juli 2023

Ontologi ALam Jabarut

Alam Jabarut dapat dikatakan puncak dari alam gaib mutlak. Alam Malakut dan Alam Jabarut sama-sama sebagai alam gaib mutlak, namun yang terakhir lebih sakral lagi karena hanya dihuni oleh roh suci.

Alam ini hanya bisa diakses oleh malaikat-malaikat utama Tuhan. Penghuni Alam Malakut pun menganggap Alam Jabarut sebagai alam gaib. Ini membuktikan bahwa sesama penghuni alam gaib mutlak tidak memiliki kapasitas yang sama di mata Allah Swt.

Alam malakut sendiri memiliki penghuni tetap yaitu para malaikat utama seperti Jibril, Mikail, Israfil, dan lain-lain. Alam Jabarut ini lebih dekat dengan "Maqam Puncak", yang biasa disebut Haramil Qudsiyyah.Dalam suatu pengelompokan, lapisan-lapisan alam dan maqamnya dapat di bedakan pada beberapa tingkatan, yaitu: Maqam Ahdah yang mencakup alam Lahut dan Martabat Dzat; Maqam Wahdah yang mencakup alam Jabarut dan Martabat Sifat; Maqam Wahidiyah mencakup Alam Wahidiyah dan martabat al-Asma';


Maqam Roh yang mencakup alam Malakut dan Martabat Af'al; Maqam Mitsal; dan Maqam Insan dan alam syahadah. Kalau alam Malakut merupakan tahap atau maqam ruhaniyah dan taman jiwa yang hakiki dan senantiasa mempertahankan kesucian dirinya, maka alam Jabarut sudah masuk dalam wilayah Lahut atau berada dalam hamparan Ma'rifatullah, dimana seluruh elemen dan yang banyak menjadi satu. Alam Jabarut sudah masuk di dalam Dunia Rahasia Ilahi. Namun masih tetap wilayah alam dalam arti alam gaib mutlak.

Alam Jabarut sebagai bagian dari alam gaib mutlak agak sulit menjelaskaan secara skematis karena memang sudah masuk wilayah antara alam dan Maqam Qudsiyah. Ia berada di antara wilayah aktual dan wilayah potensial yang lazim disebut dengan al-A'yan al-Tsabitah (akan dibahas dalam artikel mendatang).

Penghuni alam Jabarut adalah 'sesuatu yang bukan Tuhan dalam level Ahadiyyah, melainkan derivasinya dalam level Wahidiyat. Dalam buku-buku tasawuf, di alam Jabarut ini berlangsung apa yang disebut sebagai Nafakh al-Ruh (peniupan Ruh suci Allah) yang kemudian mampu manghidupkan jasad. Itulah sebabnya alam Jabarut biasa juga disebut dengan alam ruh.

Di alam Jabarut juga kita mengenal adanya realitas kesamaran antara "sesuatu" dengan "bukan sesuatu", antara "alam" dan "bukan alam", dan antara "sifat" dan "asma". Di dalam alam Jabarut ini terjadi proses suatu keberadaan dari keberadaan potensial ke keberadaan aktual.

Alam Jabarut adalah suatu alam yang tidak umum dijangkau oleh alam-alam sebelumnya, termasuk alam Malakut. Ini sebagai bukti bahwa bukan hanya alam syahadah yang mengalami tingkatan-tingkatan, sebagaimana telah dibahas dalam artikel terdahulu; akan tetapi alam gaib juga bertingkat-tingkat.

Sesama alam gaib tidak semuanya bisa mengakses alam Jabarut, berkenalan dengan para penghuninya, dan memahami seluk-beluk peristiwa kejadian yang terjadi di dalamnya.

Bangsa jin tidak bisa mengenal seluruh perilaku malaikat, meskipun sama-sama sebagai penghuni alam Malakut. Sesama malaikat pun tidak saling memahami rahasia satu sama lain. Para malaikat adalah makhluk profesional yang mengerjakan tugasnya masing-masing dan tidak saling mengganggu dan saling mengintervensi tugas satu sama lain sebagaimana diamanatkan Allah Swt. Di antara para malaikat ada malaikat utama dan keutamaannya dilihat dari perspektif manusia yang memilah fungsi-fungsi para malaikat. (Ontologi Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA)

Senin, 17 Juli 2023

Tanggal 1 Muharram dalam Perspektif Sejarah dan Falsafah

Catatan
: 1 Muharam 1445 Hijriyah jatuh pada hari Rabu, 19 Juli 2023. Apa makna dibalik dimulainya tahun baru Islam tersebut? Mari kita tinjau dari perspekstif sejarah dan falsafahnya. Selamat menyimak!!

 Awal munculnya kalender Islam

Asal usul Tahun baru Islam dimulai ketika seorang Gubernur Abu Musa Al-Asyari menuliskan surat yang diberikan kepada Khalifah Umar Bin Khatab RA. Kepada pemimpin tersebut, Ia mengaku bingung perihal surat yang tidak memiliki tahun. Hal inilah yang menyulitkannya saat penyimpanan dokumen atau pengarsipan. Kondisi inilah yang mendasari dibuatnya kalender Islam, yang mana saat itu Umat Muslim masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam tanpa angka tahun, hanya sebatas bulan dan tanggal.

Rasulullah SAW sendiri menggunakan kalendar ini sebagai penyempurnaan waktu. Misal saja, mengembalikan bulan menjadi 12 dan tidak memaju mundurkan bulan atau hari yang semestinya masyarakat jahiliyah ketika itu.

Tinjauan perpektif sejarah

Sejarah tahun baru Islam berawal dari kebimbangan umat Islam saat menentukan tahun. Pada zaman sebelum Nabi Muhammad SAW, orang-orang Arab tidak menggunakan tahun dalam menandai peristiwa apa pun. Tapi, hanya menggunakan hari dan bulan sehingga cukup membingungkan.

Sebagai contoh, pada waktu itu Nabi Muhammad lahir pada tahun Gajah. Hal ini menjadi bukti bahwa pada waktu itu kalangan masyarakat Arab tidak menggunakan angka dalam menentukan tahun. Berawal dari sini, para sahabat Rasulullah SAW pun berkumpul untuk menentukan kalender Islam. Salah satunya yang hadir adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Thalhan bin Ubaidillah.

Mereka mengusulkan kalender Islam berdasarkan hari kelahiran Nabi Muhammad, ada yang mengusulkan sejak Nabi Muhammad diangkat sebagai rasul. Namun, usul yang diterima adalah usulan dari Ali Bin Abi Thalib di mana beliau mengusulkan agar kalender Hijriah Islam dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Dari usul Ali Bin Abi Thalib inilah sejarah kalender Islam pertama kali dibuat dan sejarah tahun baru Islam muncul.

Total 12 bulan dalam sistem penanggalan Islam juga tercantum dalam Al Quran surat At Taubah ayat 36-37 :

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

"Inna 'iddatasy-syuhụri 'indallāhiṡnā 'asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa min-hā arba'atun ḥurum, żālikad-dīnul-qayyimu fa lā taẓlimụ fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatang kamā yuqātilụnakum kāffah, wa'lamū annallāha ma'al-muttaqīn."


Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."

Kenapa muncul kata Muharram ?

Salah satu bulan yang paling utama dalam kalender Islam adalah Muharram. Kata Muharam sendiri, berasal dari kata yang diharamkan atau dipantang dan dilarang. Ini bermakna pelarangan untuk melakukan peperangan atau pertumpahan darah, dan dianggap haram.

Secara etimologis Muharram berarti bulan yang diutamakan dan dimuliakan. Makna bahasa ini memang tidak terlepas dari realitas empirik dan simbolik yang melekat pada bulan itu, karena Muharam sarat dengan berbagai peristiwa sejarah baik kenabian maupun kerasulan. Muharam dengan demikian merupakan momentum sejarah yang sarat makna. Disebut demikian karena berbagai peristiwa penting dalam proses sejarah terakumulasi dalam bulan itu.

Awal mula penamaan Muharam dengan maknanya, didasari dengan kepercayaan jika bulan ini merupakan awal yang baru dalam setahun. Permulaan tersebut, di masa hijrah merupakan masa peperangan. Dalam sejarah pun disebutkan, jika bulan ini merupakan waktu yang sangat ditaati, bahkan ketika di Arab tak pernah terjadi peperangan.

Kenapa Muharram begitu istimewa?

Dalam Alqur'an Surah At-Taubah ayat 36, Allah mengabarkan 4 bulan agung (bulan-bulan haram) yang wajib dimuliakan yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Pada bulan-bulan ini umat Islam dilarang menganiaya diri sendiri dan sebaliknya dianjurkan memperbanyak amal saleh. Allah menjadikan empat bulan ini (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) sebagai bulan haram (asyhurul-hurum). Siapa yang beramal saleh pada bulan tersebut maka Allah akan melipatgandakan pahalanya. Sebaliknya siapa yang berbuat maksiat pada bulan-bulan itu maka dosanya berlipat pula.

Makna dan Keutamaan Bulan Muharram

Muharam adalah bulan yang spesial, dikarenakan bulan pembuka dalam kalender Hijriyah. Rasulullah SAW bahkan menyebut Muharam sebagai bulan Allah karena keutamaannya.

Momentum tahun baru hijriyah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah SAW dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah. Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW saat beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.

Makna awal tahun baru islam juga memiliki makna yang mendalam bagi setiap muslim karena Makna tersebut lahir dari menegaskan kembali pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan yang bersumber dari Al-Quran.

Momentum awal tahun baru Islam bagi kaum Muslimin agar terus mampu dalam berkreasi, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, menciptakan birokrasi yang modern, yang transparan, rapi dan bersih

Seharusnya Tahun Baru Islam dimaknai sebagai :Pengingat kembali pada peristiwa hijrah sehingga meningkatkan kepercayaan kaum muslim akan kebenaran ideology dan aqidah yang dianut. Tidak memperdulikan segala macam gangguan yang bertujuan menggoda iman. Saat itu Rasulullah saw. Sangat percaya akan kesuksesan hijrah, dakwah dan sampainya beliau di hadapan para sahabatnya di Madinah, meskipun beliau melalui ancaman dan kesulitan besar dalam perjalannya.

Mengenalkan kepada generasi muda akan moment kepahlawanan dari generasi muda sahabat dalam moment hijrah dan sejarah Islam. Perjuangan Rasul dan para sahabatnya selama melakukan perjalanan itulah menjadi makna tahun baru hendaknya diresapi betul agar perjalanan penuh dengan pengorbanan itu sendiri menjadi pelajaran hidup bagi umat manusia.

Menegaskan kembali pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan yang bersumber dari Al Quran. Hijrah dari suka minum minuman keras ke arah meninggalkan minum alkohol, hijrah dari suka main judi kearah meninggalkan judi, hijrah dari suka menggunakan narkoba ke arah meninggalkan narkoba. Intinya meninggalkan kebiasaan melanggar larangan -Nya menjadi taat melaksanakan perintah Allah SWT.

Tetapi, kenyataannya dalam kehidupan sekarang makna Tahun Baru Islam menjadi sesuatu pelajaran yang seolah tertinggal, tertutupi oleh meriahnya perayaan Tahun Baru Masehi yang memang sudah tradisi untuk dirayakan secara meriah oleh seluruh umat di dunia. Maka sudah sepantasnyalah seluruh umat muslim diseluruh penjuru dunia untuk memaknai Tahun Baru Islam untuk berbenah diri (muhasabah diri) sejauh mana bekal yang disiapkan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, selalu mencerminkan akhlak mulia, memiliki semangat baru untuk merancang dan menjalani kehidupan kearah yang lebih baik.

Salah satu makna penting implementasi cinta setidaknya di masa pandemi ini kita bisa mencintai diri dan keluarga serta masyarakat dengan menerapkan standar protokol kesehatan. Cintailah sesama dengan menggunakan masker, rajin cuci tangan dan menjaga jarak.

Amalan-amalan yang bisa dilakukan di Tahun Baru Islam 1443 H

Adapun beberapa amalan yang dapat dilakukan adalah :

1. Memperbanyak Puasa Sunnah
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:

"Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah pada bulan Allah yang bernama Muharram". (HR. Muslim)

2. Menghidupkan Puasa 'Asyura dan Tasu'a (9-10 Muharram)
Rasulullah SAW bersabda:

"Dan puasa di hari 'Asyura saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu." (HR Muslim)

Nabi juga berpesan dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu 'Abbas:

"Berpuasalah kalian pada hari 'Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari." (HR Ahmad, HR Al-Baihaqi)

Fadhillah melaksanakan puasa 'Asyura adalah menggugurkan dosa selama setahun lalu. Mengenai puasa Tasu'a (9 Muharram) dilakukan sehari sebelum puasa 'Asyura hukumnya pun sunnah. Dari Ibnu Abbas RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila (usia)-ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari kesembilan". (HR. Muslim)

3. Memperbanyak Sedekah

Selain menghidupkan puasa sunnah, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak sedekah. Sedekah pada bulan Muharram menurut Mazhab Maliki sangat dianjurkan. Sementara mahzab lainnya tidak memberikan penekanan khusus, namun tidak memberi larangan untuk mengamalkannya.

Sebagaimana keutamaan Muharram di mana Allah melipatgandakan pahala setiap amal saleh, maka memperbanyak sedekah termasuk menyantuni anak yatim merupakan amalan yang disukai Allah.

Allah berfirman yang artinya:

"Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (sodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 261)
(Dari berbagai sumber)

Sembilan Rekomendasi Hasil Muktamar Sufi Internasional 2023 di Pekalongan

World Sufi Assembly Conference 2023 atau Muktamar Sufi Internasional yang berlangsung pada 29 hingga 31 Agustus 2023 resmi ditutup.  Konfer...