Tidak saja bulannya yang mulia, 10 hari pertama dalam bulan tersebut juga disebut sebagai hari-hari yang juga dimuliakan Allah swt. Pengajar di Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Ustadz Sunnatullah menulis bahwa hal tersebut di dalam Al-Qur’an surat al-Fajr ayat 2, “Demi malam yang sepuluh”.
Selain ditafsirkan sebagai 10 hari terakhir Ramadhan dan 10 hari pertama di bulan Muharram, ada juga ulama ahli tafsir yang menyebut bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Bahkan, Imam Ibnu Katsir menegaskan bahwa pendapat yang terakhir itulah yang sahih sebagaimana termaktub dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an al-Adhim atau yang dikenal dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir.
“Alasan pendapat ketiga (10 hari pertama Dzulhijjah) karena pada Dzulhijjah bertepatan dengan kesibukan umat Islam dalam menjalankan pilar Islam yang kelima, yaitu ibadah haji ke Baitullah,” tulis Ustadz Sunnatullah mengutip pandangan Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib, sebagaimana dikutip NU Online dari tulisannya berjudul Keutamaan 10 Hari Awal Dzulhijjah dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga disebut di dalam hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Bukhari sebagaimana dikutip Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadus Shalihin berikut.
“Tidak ada hari di mana amal kebaikan saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini. Rasulullah menghendaki 10 hari (awal Dzulhijjah). Lantas para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?’ Rasulullah shallalâhu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun (mati syahid)’.” (HR. Al-Bukhari).
Ustadz Sunnatullah menyampaikan bahwa melalui hadits tersebut, Rasulullah saw mendorong para sahabatnya untuk tidak menyia-nyiakan waktu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini tidak lain karena begitu agung, mulia, dan penuh manfaatnya hari-hari tersebut.
“Di antara hari tersebut terdapat hari Arafah dan hari penyembelihan kurban, sekaligus menjadi hari pelaksanaan ibadah haji. Semuanya tidak diragukan kemulian dan keagungannya. Umat Islam sepakat bahwa hari-hari tersebut merupakan hari yang sangat dimuliakan oleh Allah Ta’ala,” tulisnya.
Ada Tujuh Amalan Utama di Bulan Dzulhijjah
Pertama, berpuasa di sepuluh hari pertama. Hal ini dimaknai para ulama sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari, atas sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari berikut.
“Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada amal ibadah yang lebih utama selain yang dikerjakan pada sepuluh hari ini (maksudnya sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah)”. Para sahabat bertanya: “Apakah sekalipun jihad di jalan Allah?”. Rasulullah saw menjawab: “Sekalipun dari jihad. Kecuali seseorang yang keluar untuk berjihad dengan diri dan hartanya, lalu tidak ada sedikitpun yang pulang dari padanya.”
Kedua, puasa Tarwiyah, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Bahkan, menurut Imam al-Qarafi dalam kitabnya Adz-Dzakhirah, berpuasa pada tanggal tersebut setara dengan puasa setahun, bulan Haram, Sya’ban, dan sepuluh hari Dzulhijjah.
Ketiga, puasa Arafah, yaitu puasa di tanggal 9 Dzulhijjah. Diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah saw bersabda bahwa puasa di hari tersebut akan melebur dosa setahun yang lampau dan akan datang.
Keempat, menghidupkan malam sepuluh hari pertama. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits, bahwa 10 hari pertama Dzulhijjah merupakan hari yang sangat disenangi Allah swt sehingga perlu diisi dengan banyak beribadah di siang dan malamnya.
Kelima, memperbanyak dzikir, (seperti melafalkan tahlil, tahmid, dan takbir). Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad berikut.
“Dari Ibnu Umar dari Nabi Muhammad saw bersabda: Sepuluh hari pertama dalam Dzulhijjah merupakan hari yang sangat diagungkan dan disenangi oleh Allah, karenanya perbanyak ucapan tahlil, takbir, tahmid.” (HR. Imam Ahmad).
Keenam, beramal shalih. Apapun amal baiknya, di 10 hari pertama Dzulhijjah, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad saw, sangat disukai Allah swt.
Ketujuh, menunaikan ibadah haji. Rukun Islam kelima ini, disebut Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathaiful Ma’arif, merupakan amalan paling utama dalam bulan Dzulhijjah.