Kamis, 23 Maret 2023

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa

Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al imsaak (الإمساك) yaitu menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Hukum puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Ta’ala:

يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصّيَام كما كُتب على الذين من قبلكم لعلّكم تتّقون

“wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 183).

Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بُني الإِسلام على خمس: شهادة أن لا إِله إِلا الله وأنّ محمّداً رسول الله، وإقام الصلاة، وإِيتاء الزكاة، والحجّ، وصوم رمضان

“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari – Muslim).
Keutamaan puasaPuasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Umamah Al Bahili:

عليك بالصيام فإنه لا مثل له

“hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada tandingannya” (HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)
Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya.

قال الله عز وجل: كل عمل ابن آدم له إلا الصوم، فإنه لي وأنا أجزي به

“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas pahalanya” (HR. Bukhari – Muslim).
Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah dan sabar terhadap takdir Allah atas rasa lapar dan kesulitan yang ia rasakan selama puasa.

Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat.

الصيام والقرآن يشفعان للعبد

“Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari kiamat” (HR. Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al Haitsami mengatakan: “semua perawinya dijadikan hujjah dalam Ash Shahih“).

Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan pahala yang besar.
Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al Ahzab: 35).

Puasa adalah perisai dari api neraka.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الصيام جُنة

“puasa adalah perisai” (HR. Bukhari – Muslim)
Puasa adalah sebab masuk ke dalam surga
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

في الجنة ثمانية أبواب، فيها باب يسمى الريان، لا يدخله إلا الصائمون

“di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari).

Hikmah disyariatkannya puasa:

Puasa adalah wasilah untuk mengokohkan ketaqwaan kepada Allah
Puasa membuat orang merasakan nikmat dari Allah Ta’ala
Mendidik manusia dalam mengendalikan keinginan dan sabar dalam menahan diri
Puasa menahan laju godaan setan
Puasa menimbulkan rasa iba dan sayang kepada kaum miskin
Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang tidak baik dan membuat badan sehat

Rukun puasa::

Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
Menepati rentang waktu puasa
Awal dan akhir bulan Ramadhan (bulan puasa)

Wajib menentukan awal bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf di antara mereka.

Para ulama mensyaratkan minimal satu orang yang melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal Ramadhan.

Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Ramadhan sendirian, ulama khilaf. Jumhur ulama mengatakan ia wajib berpuasa sendirian berdasarkan ru’yah-nya. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Al Utsaimin. Sebagian ulama berpendapat ia wajib berpuasa bersama jama’ah kaum Muslimin. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Baz.

Rukyah hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri yang lain (ittifaqul mathali’), ataukah setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing-masing di negerinya (ikhtilaful mathali’)? Para ulama khilaf dalam masalah ini. Jumhur ulama berpendapat rukyah hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri yang lain. Adapun Syafi’iyyah dan pendapat sebagian salaf, setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing-masing. Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ash Shanani dan juga Ibnu Utsaimin.

Wajib menentukan akhir bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf di antara mereka.

Jumhur ulama mensyaratkan minimal dua orang yang melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal Syawal.

Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Syawal sendirian, maka ia wajib berbuka bersama jama’ah kaum Muslimin.
Jika hilal Syawal terlihat pada siang hari, maka kaum Muslimin ketika itu juga berbuka dan shalat Id, jika terjadi sebelum zawal (bergesernya mata hari dari garis tegak lurus).
Rentang waktu puasa

Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar yang kedua. Allah Ta’ala berfirman:

فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar” (QS. Al Baqarah: 187).

Yang dimaksud dengan khaythul abyadh di sini adalah fajar shadiq atau fajar kedua karena berwarna putih dan melintang di ufuk seperti benang. Adapun fajar kadzib atau fajar pertama itu bentuknya seperti dzanabus sirhan (ekor serigala). Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الفجر فجران: فأما الفجر الذي يكون كذنب السرحان فلا يحل الصلاة ولا يحرم الطعام، وأما الفجر الذي يذهب مستطيلا في الأفق فإنه يحل الصلاة و يحرم الطعام

“Fajar itu ada dua: pertama, fajar yang bentuknya seperti ekor serigala, maka ini tidak menghalalkan shalat (shubuh) dan tidak mengharamkan makan. Kedua, fajar yang memanjang di ufuk, ia menghalalkan shalat (shubuh) dan mengharamkan makan (mulai puasa)” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’).

Puasa berakhir ketika terbenam matahari. Allah Ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ

“lalu sempurnakanlah puasa hingga malam” (QS. Al Baqarah: 187).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا أقبل الليل من هاهنا وأدبر النهار من هاهنا، وغربت الشمس، فقد أفطر الصائم

“jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam matahari, maka orang yang berpuasa boleh berbuka” (HR. Bukhari – Muslim).

Syarat sah puasa:

Islam
Baligh
Berakal
Muqim (tidak sedang safar)
Suci dari haid dan nifas
Mampu berpuasa
Niat

Sunnah-sunnah ketika puasa:

Sunnah-sunnah terkait berbuka puasaDisunnahkan menyegerakan berbuka
Berbuka puasa dengan beberapa butir ruthab (kurma segar), jika tidak ada maka denganbeberapa butir tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air putih
Berdoa ketika berbuka dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

/dzahabazh zhomaa-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
“telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan, dan telah diraih pahala, insya Allah” (HR. Abu Daud, An Nasa-i, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

Sunnah-sunnah terkait makan sahur:

Makan sahur hukumnya sunnah muakkadah. Dianggap sudah makan sahur jika makan atau minum di waktu sahar, walaupun hanya sedikit. Dan di dalam makanan sahur itu terdapat keberkahan.

Disunnahkan mengakhirkan makan sahur mendekati waktu terbitnya fajar, pada waktu yang tidak dikhawatirkan datangnya waktu fajar ketika masih makan sahur.
Disunnahkan makan sahur dengan tamr (kurma kering).

Orang yang berpuasa wajib meninggalkan semua perbuatan yang diharamkan agama dan dianjurkan untuk memperbanyak melakukan ketaatan seperti: bersedekah, membaca Al Qur’an, shalat sunnah, berdzikir, membantu orang lain, i’tikaf, menuntut ilmu agama, dll
Membaca Al Qur’an adalah amalan yang lebih dianjurkan untuk diperbanyak di bulan Ramadhan. Bahkan sebagian salaf tidak mengajarkan ilmu di bulan Ramadhan agar bisa fokus memperbanyak membaca Al Qur’an dan mentadabburinya.

Orang-orang yang dibolehkan tidak berpuasa:

Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika berpuasa. Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang boleh meninggalkan puasa adalah yang jika berpuasa itu dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan serius pada kesehatannya. 

Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak ada pengaruhnya sama sekali atau pengaruhnya kecil, seperti pilek, sakit kepala, maka ulama empat madzhab sepakat orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan tidak boleh meninggalkan puasa.

Terkait adanya kewajiban qadha atau tidak, orang sakit dibagi menjadi 2 macam: Orang yang sakitnya diperkirakan masih bisa sembuh, maka wajib meng-qadha ketika sudah mampu untuk menjalankan puasa. Ulama ijma akan hal ini.

Orang yang sakitnya diperkirakan tidak bisa sembuh, maka membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Diqiyaskan dengan keadaan orang yang sudah tua renta tidak mampu lagi berpuasa. Ini disepakati oleh madzhab fikih yang empat.
Musafir.Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik perjalanannya sulit dan berat jika dilakukan dengan berpuasa, maupun perjalanannya ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa.

Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di tempat tujuan safarnya lebih dari 4 hari, maka tidak boleh meninggalkan puasa sejak ia sampai di tempat tujuannya.
Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa, semisal menggunakan pesawat atau kendaraan yang sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah tidak berpuasa. Yang lebih kuat, dan ini adalah pendapat jumhur ulama, lebih utama tetap berpuasa.

Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti pilot, supir bus, supir truk, masinis, dan semacamnya, dibolehkan untuk tidak berpuasa selama bersafar, selama itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan menetap. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al Utsaimin.

Orang yang sudah tua rentaOrang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk berpuasa dibolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan. Ulama ijma akan hal ini.
Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan.

Wanita hamil dan menyusuiWanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik karena ia khawatir terhadap kesehatan dirinya maupun khawatir terhadap kesehatan si bayi.

Ulama berbeda pendapat mengenai apa kewajiban wanita hamil dan menyusui ketika meninggalkan puasa.Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup membayar fidyah tanpa qadha, ini dikuatkan oleh Syaikh Al Albani.

Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup meng-qadha tanpa fidyah, ini dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat Hanafiyah dan Malikiyah.

Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi mereka qadha dan fidyah jika meninggalkan puasa karena khawatir akan kesehatan si bayi.

Yang lebih rajih –insya Allah– adalah pendapat kedua, bagi mereka wajib qadha saja tanpa fidyah.

Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan tidak berpuasa, diantaranya: 
Orang yang pekerjaannya terasa berat. 
Orang yang demikian tetap wajib meniatkan diri berpuasa dan wajib berpuasa. Namun ketika tengah hari bekerja lalu terasa sangat berat hingga dikhawatirkan dapat membahayakan dirinya, boleh membatalkan puasa ketika itu, dan wajib meng-qadha-nya di luar Ramadhan.
Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga bisa membuatnya binasa. 
Orang yang demikian wajib berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain.
Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan makanan dan minuman secara paksa ke mulutnya. 
Orang yang demikian boleh berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain dan ia tidak berdosa karenanya.

Mujahid fi sabilillah yang sedang berperang di medan perang. Dibolehkan bagi mereka untuk meninggalkan berpuasa. Berdasarkan hadits:

إنكم قد دنوتم من عدوكم، والفطر أقوى لكم، فكانت رخصة

“Sesungguhnya musuh kalian telah mendekati kalian, maka berbuka itu lebih menguatkan kalian, dan hal itu merupakan rukhshah” (HR. Muslim).

Pembatal-pembatal puasa:

Makan dan minum dengan sengaja
Keluar mani dengan sengaja
Muntah dengan sengaja
Keluarnya darah haid dan nifas
Menjadi gila atau pingsan
Riddah (murtad)
Berniat untuk berbuka
Merokok
Jima (bersenggama) di tengah hari puasa. Selain membatalkan puasa dan wajib meng-qadha puasa, juga diwajibkan menunaikan kafarah membebaskan seorang budak, jika tidak ada maka puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin.
Hijamah (bekam) diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur ulama, hijamah tidak membatalkan puasa. Sedangkan pendapat Hanabilah bekam dapat membatalkan puasa. Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz dan Ibnu Al Utsaimin.

Masalah donor darah merupakan turunan dari masalah bekam. Maka donor darah tidak membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat jumhur ulama, dan bisa membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat Hanabilah.

Inhaler dan sejenisnya berupa aroma yang dimasukan melalui hidung, diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur ulama ia dapat membatalkan puasa, sedangkan sebagian ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengatakan tidak membatalkan. Pendapat kedua ini juga dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah.

Yang bukan merupakan pembatal puasa sehingga dibolehkan melakukannya:
Mengakhirkan mandi hingga terbit fajar, bagi orang yang junub atau wanita yang sudah bersih dari haid dan nifas. Puasanya tetap sah.
Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke hidung)
Mandi di tengah hari puasa atau mendinginkan diri dengan air
Menyicipi makanan ketika ada kebutuhan, selama tidak masuk ke kerongkongan
Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang mampu mengendalikan birahinya
Memakai parfum dan wangi-wangian
Menggunakan siwak atau sikat gigi
Menggunakan celak
Menggunakan tetes mata
Menggunakan tetes telinga
Makan dan minum 5 menit sebelum terbit fajar yang ditandai dengan adzan shubuh, yang biasanya disebut dengan waktu imsak. Karena batas awal rentang waktu puasa adalah ketika terbit fajar yang ditandai dengan adzan shubuh.

Yang dimakruhkan ketika puasa:

Terlalu dalam dan berlebihan dalam berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke hidung)
Puasa wishal, yaitu menyambung puasa selama dua hari tanpa diselingi makan atau minum sama sekali.
Menyicipi makanan tanpa ada kebutuhan, walaupun tidak masuk ke kerongkongan
Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang tidak mampu mengendalikan birahinya
Bermalas-malasan dan terlalu banyak tidur tanpa ada kebutuhan
Berlebihan dan menghabiskan waktu dalam perkara mubah yang tidak bermanfaat.

Beberapa kesalah-pahaman dalam ibadah puasa:

Niat puasa tidak perlu dilafalkan, karena niat adalah amalan hati. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal niat puasa. Menetapkan itikad di dalam hati bahwa esok hari akan berpuasa, ini sudah niat yang sah.

Berpuasa namun tidak melaksanakan shalat fardhu adalah kesalahan fatal. Diantara juga perilaku sebagian orang yang makan sahur untuk berpuasa namun tidak bangun shalat shubuh. Karena dinukil bahwa para sahabat berijma tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, sehingga tidak ada faedahnya jika ia berpuasa jika statusnya kafir. Sebagian ulama berpendapat orang yang meninggalkan shalat tidak sampai kafir namun termasuk dosa besar, yang juga bisa membatalkan pahala puasa.

Berbohong tidak membatalkan puasa, namun bisa jadi membatalkan atau mengurangi pahala puasa karena berbohong adalah perbuatan maksiat.

Sebagian orang menahan diri melakukan perbuatan maksiat hingga datang waktu berbuka puasa. Padahal perbuatan maksiat tidak hanya terlarang dilakukan ketika berpuasa, bahkan terlarang juga setelah berbuka puasa dan juga terlarang dilakukan di luar bulan Ramadhan. Namun jika dilakukan ketika berpuasa selain berdosa juga dapat membatalkan pahala puasa walaupun tidak membatalkan puasanya.

Hadits “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah” adalah hadits yang lemah. tidur adalah perkara mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah. Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.

Tidak ada hadits “berbukalah dengan yang manis“. Pernyataan yang tersebar di tengah masyarakat dengan bunyi demikian, bukanlah hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Tidak tepat mendahulukan berbuka dengan makanan manis ketika tidak ada kurma. Lebih salah lagi jika mendahulukan makanan manis padahal ada kurma. Yang sesuai sunnah Nabi adalah mendahulukan berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma maka dengan air minum. Adapun makanan manis sebagai tambahan saja, sehingga tetap didapatkan faidah makanan manis yaitu menguatkan fisik.

Wallahu ta’ala a’lam.
Sumber: https://muslim.or.id/28133-ringkasan-fikih-puasa-ramadhan.html

Sabtu, 18 Maret 2023

Beberapa Hikmah dan Keutamaan Bulan Ramadhan

Apa saja keutamaan Bulan Ramadhan itu? Ternyata, ada beberapa hal yang perlu  ketahui mengenai Ramadhan.

Keutamaan bulan ramadhan bagi seluruh umat Islam di dunia pada intinya adalah mempererat hubungan kita pada sang penguasa alam.

Bulan ramadhan atau biasa disebut sebagai bulan puasa merupakan bulan yang sangat ditunggu setiap tahunnya oleh seluruh umat Islam. Hukum puasa ramadhan adalah wajib.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 183:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

Karena selain bulan suci penuh dengan amalan juga merupakan bulan yang makin memperkuat tali silaturahmi. Oleh karena itu, perlu dipahami oleh umat Islam apa saja keutamaan yang bisa didapat dari bulan ramadhan ini.

10 Keutamaan Bulan Ramadhan

Bulan ramadhan atau bulan puasa yang memiliki banyak stok pahala yang tersedia dengan banyaknya amalan yang akan kita lakukan, memberikan kita hikmah atau keutamaan bulan ramadhan tersebut dalam menjalaninya.

Jika kita ingin mengetahui lebih dalam lagi apa hikmah dan keutamaannya agar bisa makin tekun dalam menjalaninya, maka keutamaan tersebut antara lain sebagai berikut.

Dalil Keutamaan Puasa Bulan Ramadhan

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya pada masa lalu akan diampuni” (HR. Bukhari)

Bulan ramadhan tentunya menjadi kesempatan yang baik untuk kita memohon ampunan dan berlomba untuk mendapatkan pahala yang berlimpah. Hal ini juga disebutkan dalam oleh HR. Muslim sebagai berikut:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

Artinya: “Setiap amalan yang dilakukan anak Adam akan dilipat gandakan, tindakan yang baik akan dilipatgadakan pahalanya hingga 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: Dengan syarat berpuasa yang dilakukan karena Aku (Allah) maka Aku akan memberinya pahala. Karena mereka meninggalkan keinginannya demi Aku.” (HR. Muslim)

#1 Mendekatkan Diri Pada yang Maha Kuasa

Saat menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan, kita banyak melakukan amal ibadah yang harus dikerjakan pada bulan tersebut. Karena, memang bulan ramadhan merupakan bulan suci yang sudah dikhususkan untuk yang ingin memperbanyak pahala dan menghapus dosa.
Seperti melakukan puasa, salat tarawih, membayar zakat fitrah hingga pada akhirnya melakukan salat idul fitri. Bahkan, kita makin merasa kurang untuk beribadah dimana pada bulan biasanya kita disibukkan dengan dunia.

Tapi pada bulan ini kita jadi sering mengaji dan pergi ke masjid. Secara otomatis hubungan kita dengan yang maha Esa semakin intim dan dekat.

#2 Memperkuat Tali Silaturahmi

Selain bisa mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga makin mempererat tali silaturahmi dengan keluarga ataupun kerabat. Dengan adanya bulan ramadhan bisa makin saling memperkuat jalinan silaturahmi.

Agar hal ini dapat terlaksana, rajin-rajinlah menghubungi saudara atau kerabat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hubungan baik selama bulan suci ini. Tentunya, ketika Idul Fitri tiba, pasti jadi tidak canggung lagi kan?

#3 Amal Berlipat Ganda

Salah satu keistimewaan dari Ramadhan adalah pahala yang akan dilipatgandakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Tiap-tiap amalan bersifat sunnah yang kamu kerjakan pada bulan Ramadhan akan memperoleh ganjaran pahala layaknya menjalankan ibadah yang wajib.

Bahkan, amalan ibadah wajib yang dilaksanakan akan diberikan pahala berlipat-lipat ganda.
Mari kita manfaatkan kesempatan yang ada di bulan Ramadhan ini dengan beribadah sebanyak-banyaknya agar kita bisa memperoleh pahala yang besar.

#4 Melatih Kesabaran

Dalam menjalankan ibadah puasa ini memang benar-benar melatih kesabaran, karena kita diuji untuk menahan lapar, haus dan amarah. Sehingga, kesabaran kita makin terlatih dan membuat kita menjadi orang sabar.

#5 Menghargai yang Kurang Mampu

Puasa pada dasarnya adalah wujud kepedulian umat Islam pada orang-orang yang kurang mampu dan tidak bisa menikmati makan setiap hari. Dengan kita melakukan puasa, artinya kita merasakan apa yang mereka rasakan. Serta juga bisa saling membantu melalui pembayaran zakat.

#6 Menjaga Stamina Tubuh

Melakukan puasa bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi juga termasuk salah satu cara diet versi Islam. Oleh karena itu, puasa juga bisa menjaga daya tahan dan stamina tubuh kita.

#7 Melembutkan Hati

Dengan berpuasa di bulan ramadhan, kita juga diwajibkan untuk menahan nafsu dan amarah. Jika kita bisa melakukan semua itu, maka kita sudah bisa melembutkan hati kita, Karena, ini juga merupakan salah satu keutamaan puasa.

#8 Merendah Diri

Berpuasa dengan tidak makan ataupun minum, membuat kita makin mengakui kelemahan kita. Dimana kita tidak bisa hidup tanpa makan dan minum, sehingga kita bisa lebih merendahkan diri di hadapan Yang Maha Esa.

#9 Berbagi Dengan Sesama

Salah satu cara untuk mengerjakan amal kebaikan di bulan Ramadhan adalah dengan bersedekah.

Allah SWT memberikan pintu luas bagi kita untuk beramal kebaikan dan setiap kali kita berbagi, harta kita sebenarnya tidak akan berkurang, justru akan bertambah.

Bersedekah juga merupakan investasi akhirat yang sangat bernilai.

#10 Bulan Pengampunan

Setiap manusia tak pernah luput dari kesalahan dan kemaksiatan. Segala dosa yang dilakukan manusia akan menjadi beban buruk di hari penghakiman kelak.

Namun, Allah yang maha pengampun selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin bertaubat, bahkan meskipun telah berulang kali berbuat dosa selama ajal belum menjemput.

Bulan Ramadhan merupakan momen yang tepat untuk segera bertaubat kepada Allah. Sebagaimana dalam sebuah hadits, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi orang yang berpuasa dengan keimanan dan mengharap pahala dari-Nya.

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu pula bagi mereka yang melaksanakan shalat malam dengan penuh keyakinan dan harapan pada Allah SWT.

Oleh karena itu, mari kita sungguh-sungguh bertaubat dan memohon ampun atas segala dosa yang telah kita perbuat selama ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membuka pintu taubat bagi kita dan menghapuskan dosa-dosa kita. Aamiin.

Jumat, 10 Maret 2023

Tujuh Persiapan Menyambut Ramadhan 1444 H

(sumber foto:istimewa/beritasatu.com)
Sebentar lagi, umat Islam menyambut bulan suci Ramadhan. Pada bulan ini, seluruh umat Islam akan melaksanakan ibadah puasa secara bersama-sama. 

Supaya dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan lancar dan hikmat, Anda perlu melakukan persiapan yang matang.

Salah satu persiapan yang tidak boleh dilupakan adalah membeli perlengkapan di rumah. Untuk kebutuhan ini, Anda bisa berbelanja  dengan memanfaatkan Promo Ramadhan supaya lebih hemat. Selain itu, apa saja yang perlu dilakukan dan dipersiapkan menjelang Ramadan? Simak ulasannya berikut ini.

1. Persiapan 
Fisik

Anda tentu ingin menjalankan ibadah Ramadan dengan baik dan lancar sampai selesai. Untuk mewujudkan hal itu, salah satu persiapan yang tidak boleh diabaikan adalah persiapan fisik. Tubuh yang fit akan membuat Anda lebih kuat dan maksimal dalam menjalankan puasa.

Ada beberapa persiapan fisik yang bisa dilakukan, di antaranya mengubah gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat contohnya sering begadang atau merokok. Anda juga perlu mengurangi makanan dan minuman yang tidak sehat, misalnya soft drink dan fast food.

CANDIL salah satu menu takjil  paling disukai (sumber foto: beritasatu.com)

Selain gaya hidup dan pola makan, cara lain untuk melakukan persiapan fisik adalah rajin mengonsumsi vitamin atau suplemen kesehatan yang disarankan. Anda bisa membelinya terlebih dahulu misalnya di media online. Tips lainnya adalah rutin berolahraga agar tubuh lebih siap menghadapi perubahan pola makan dan pola tidur.

2. Memperdalam Ilmu Agama

Persiapan yang tidak kalah penting adalah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu agama. Ketahui aturan apa saja yang perlu dilakukan atau sebaliknya tidak boleh dilakukan selama bulan Ramadan, khususnya tata cara ibadah puasa. Tujuannya supaya Anda bisa melaksanakan ibadah dengan baik dan memperoleh pahala besar.

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan diri, di antaranya rajin mengikuti forum-forum agama yang membahas tentang keutamaan berpuasa. Selain itu, Anda pun bisa membaca buku-buku dan artikel yang berisi pembahasan agama. Tidak ada salahnya juga untuk berdiskusi dengan orang lain yang lebih paham hukum agama.

3. Membeli Kebutuhan Dapur

Ramadan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sahur dan buka puasa. Kegiatan sahur sering kali menjadi tantangan bagi sebagian orang karena harus dilakukan lebih awal. Ada pula yang tidak bisa mempersiapkan sahur karena bahan makanan tidak lengkap.

Untuk menghindari hal ini, lakukan persiapan sejak awal. Beli stok bahan makanan yang cukup sesuai kebutuhan. Pastikan Anda membeli bahan yang mudah diolah dan dimasak supaya lebih praktis.

Selain untuk kebutuhan sahur, Anda pun perlu mempersiapkan kebutuhan untuk buka puasa. Supaya proses memasak lebih mudah dan cepat, Anda pun bisa menyiasatinya dengan membeli alat masak baru di Blibli seperti air fryer, chopper, atau oven listrik.

4. Bersih-Bersih Rumah

Rumah yang bersih tentu akan membuat hati lebih tenang dan siap untuk menjalankan ibadah. Lagipula, melakukan aktivitas bersih-bersih ketika sedang berpuasa tentu akan menguras energi. Karena tubuh terasa lemas, hasil bersih-bersih pun menjadi tidak optimal.

Untuk bersih-bersih rumah, jangan lupa untuk mempersiapkan peralatan kebersihan terlebih dahulu. Jika belum punya atau sudah tidak bisa digunakan, Anda bisa membelinya di Blibli dari sekarang.

Sebaiknya, ajaklah seluruh anggota keluarga untuk melakukan kegiatan ini. Bukan hanya agar hasilnya lebih maksimal, tetapi juga supaya anggota keluarga bisa saling membantu dan lebih akrab. Pilihlah waktu yang bisa dihadiri oleh semua anggota keluarga.

5. Persiapan Perlengkapan Ibadah

Perlengkapan ibadah tidak kalah penting untuk dipersiapkan. Supaya bisa menjalani kegiatan di bulan Ramadan dengan lebih bersemangat, Anda bisa membeli perlengkapan ibadah yang baru, mulai dari peci, mukena, sarung, hingga sajadah.

Untuk membeli perlengkapan ibadah, ada beberapa faktor yang bisa dipertimbangkan. Pertama, warna dan coraknya. Jika ingin perlengkapan ibadah tidak cepat kotor, pilihlah warna yang cenderung gelap.

Selain itu, faktor kenyamanan juga sangat penting. Baik dari segi material hingga ukuran, wajib Anda perhatikan lebih cermat. Faktor harga pun tidak boleh dilupakan. Nah, saat kesempatan promo, Anda bisa mendapatkan produk bagus dengan harga miring.

6. Berlatih Berbuat Baik

Persiapan lainnya adalah mulai membiasakan diri untuk berbuat baik kepada orang lain. Dengan demikian, ketika Ramadan tiba, Anda telah menjalankan kebiasaan yang positif sehingga bisa mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya.

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk berbuat baik. Mulailah dengan yang sederhana, seperti tidak pelit memberi pujian, menolong orang yang membutuhkan, mau mendengarkan, dan sebagainya.

Untuk berbuat baik, Anda tidak perlu harus memiliki uang atau materi. Dengan tindakan yang dilakukan sehari-hari, Anda pun sudah bisa memberikan manfaat kepada orang lain.

7. Meminimalkan Pemicu Godaan

Terakhir, persiapan yang juga harus dilakukan adalah berusaha mengurangi pemicu godaan yang bisa membatalkan puasa. Sebagai contoh, jika selama ini Anda sering menyimpan cemilan di kamar atau meja kerja, cobalah untuk menyingkirkannya sejenak. Meskipun hakikat berpuasa adalah menang terhadap godaan, tidak ada salahnya mengurangi faktor pemicunya.

Nah, inilah beberapa hal yang perlu Anda lakukan dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi bulan suci Ramadan. Semoga ibadahnya lancar dan diberkahi dengan kemudahan dan kesehatan. (Sumber: BeritaSatu.com)

Kamis, 09 Maret 2023

Kisah Sufi: Rapuhnya Pemisah Antara Kita dan Maut

Kisah sufi berikut ini dinukil dari buku berjudul "Tales of The Dervishes" karya Idries Shah yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi". 

Berikut kisahnya: Konon, ada seorang darwis yang mengadakan perjalanan lewat laut. Ketika para penumpang lain satu demi satu naik ke kapal, mereka melihatnya dan sebagaimana lazimnya mereka meminta nasihat padanya. 

Semua darwis akan mengatakan hal yang itu-itu saja kepada setiap orang yang meminta nasihat: darwis itu tampaknya hanya mengulangi salah satu rumusan yang menjadi sasaran perhatian darwis dari masa ke masa. 

Rumusan itu adalah: "Cobalah menyadari maut sampai kau tahu apa maut itu." Hanya sedikit penumpang yang secara serius tertarik pada peringatan tersebut.  Mendadak ada angin topan menderu. Awak kapal dan penumpang semuanya berlutut, memohon pada Tuhan agar menyelamatkan kapal itu. Mereka berteriak-teriak ketakutan, pasrah pada nasib, menangis mengharapkan pertolongan. 

Sementara itu, sang Darwis duduk tenang, merenung, tak bereaksi sama sekali terhadap kehebohan dan situasi di sekelilingnya. Akhirnya, kekacauan itu berhenti, laut dan langit tenang, dan para penumpang menjadi sadar betapa tenang darwis itu selama peristiwa badai itu berlangsung. 

Ada orang bertanya padanya: "Tidakkah Tuan menyadari bahwa selama prahara menakutkan tadi berlangsung hanya selembar papan kokoh yang memisahkan kita dari maut?" 

"Oh, ya, tentu," jawab sang darwis. "Saya tahu bahwa di laut selalu begitu. Tetapi, saya juga sadar bahwa, seperti yang sudah sering saya renungkan ketika berada di darat, dalam peristiwa biasa sehari-hari, pemisah antara kita dan maut bahkan lebih rapuh lagi." 

Menurut Idries Shah. Kisah ini karya Bayazid dari Bistam, suatu tempat di selatan Laut Kaspia. Ia salah seorang Sufi terbesar zaman lampau, dan wafat pada paruh akhir abad kesembilan. Kakeknya adalah seorang penganut Zoroastrian, dan ia mengenyam pendidikan esoterisnya di India. Karena gurunya, Abu- Ali dari Sind, tidak mengetahui sepenuhnya tata cara ritual Islam.

Beberapa ahli beranggapan bahwa Abu-Ali seorang penganut Hindu, dan bahwa Bayazid sebenarnya mempelajari metode mistik India. Tetapi, tak ada ahli yang berwenang, di antara para Sufi, yang membenarkan anggapan tersebut. Para pengikut Bayazid antara lain tarekat Bistamia.

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Sabtu, 04 Maret 2023 - 11:49 WIB oleh Miftah H. Yusufpati dengan judul "Kisah Sufi: Rapuhnya Pemisah Antara Kita dan Maut". 

Kota Pekalongan Jadi Tuan Rumah Perhelatan Sufi Dunia

Presiden Joko Widodo dan para ulama sufi dari 60 negara  menghadiri Multaqo Sufi Al-Alamy atau Muktamar Sufi Internasional di Kota Pekalonga...