Tampilkan postingan dengan label HORIZON. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HORIZON. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 September 2024

Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

*بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ*
*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه*
*اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيِّدِنَا مُحمَّـــدْ ﷺ*


Di dalam kitab “An-Ni’matul Kubra ‘alal ‘Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam” halaman 5-7, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (909-974 H. / 1503-1566 M.), cetakan “Maktabah al-Haqiqat” Istambul Turki, diterangkan tentang keutamaan-keutamaan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

1. Sayyidina Abu Bakar RA. berkata:

ﻣﻦ ﺃﻧﻔﻖ ﺩﺭﻫﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﺭﻓﻴﻘﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ

Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga.

2. Berkata Sayyidina Umar RA.

ﻣﻦ ﻋﻈﻢ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﻴﺎ ﺍﻹﺳﻼﻡ

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.”

3. Berkata Sayyidina Utsman RA.:

ﻣﻦ ﺃﻧﻔﻖ ﺩﺭﻫﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﺷﻬﺪ ﻏﺰﻭﺓ ﺑﺪﺭ ﻭﺣﻨﻴﻦ

“Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain.”

4. Sayyidina Ali RA. berkata:

ﻣﻦ ﻋﻈﻢ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻛﺎﻥ ﺳﺒﺒﺎ ﻟﻘﺮﺍﺀﺗﻪ ﻻ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺇﻻ ﺑﺎﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﻳﺪﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﺴﺎﺏ

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan maulid Nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.”

5. Imam Hasan Bashri RA. berkata:

ﻭﺩﺩﺕ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻟﻲ ﻣﺜﻞ ﺟﺒﻞ ﺃﺣﺪ ﺫﻫﺒﺎ ﻓﺄﻧﻔﻘﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ

“Aku senang sekali seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk kepentingan memperingati maulid Nabi SAW.”

6. Imam Junaed al-Baghdadi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya, berkata:

ﻣﻦ ﺣﻀﺮ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻋﻈﻢ ﻗﺪﺭﻩ ﻓﻘﺪ ﻓﺎﺯ ﺑﺎﻹﻳﻤﺎﻥ

“Barangsiapa menghadiri peringatan Maulid Nabi SAW dan mengagungkan derajat beliau, maka sesungguhnya ia akan memperoleh kebahagian dengan penuh keimanan.”

7. Imam Ma’ruf al-Karkhi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya:

ﻣﻦ ﻫﻴﺄ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻷﺟﻞ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻭ ﺟﻤﻊ ﺍﺧﻮﺍﻧﺎ ﻭ ﺃﻭﻗﺪ ﺳﺮﺍﺟﺎ ﻭ ﻟﺒﺲ ﺟﺪﻳﺪﺍ ﻭ ﺗﺒﺨﺮ ﻭ ﺗﻌﻄﺮ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺣﺸﺮﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻣﻊ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺒﻴﻴﻦ ﻭ ﻛﺎﻥ ﻓﻰ ﺃﻋﻠﻰ ﻋﻠﻴﻴﻦ

“Barangsiapa menyediakan makanan untuk pembacaan Maulid Nabi SAW, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang harum-haruman dan memakai wangi-wangian karena mengagungkan kelahiran Nabi SAW, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para nabi dan dia akan ditempatkan di syurga yang paling atas (‘Illiyyin).”

8. Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:

: ﻣﺎ ﻣﻦ ﺷﺨﺺ ﻗﺮﺃ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻣﻠﺢ ﺃﻭ ﺑﺮ ﺃﻭ ﺷﻴﺊ ﺃﺧﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺄﻛﻮﻻﺕ ﺍﻻ ﻇﻬﺮﺕ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺒﺮﻛﺔ ﻭ ﻓﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﺊ ﻭﺻﻞ ﺍﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺄﻛﻮﻝ ﻓﺎﻧﻪ ﻳﻀﻄﺮﺏ ﻭ ﻻ ﻳﺴﺘﻘﺮ ﺣﺘﻰ ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻷﻛﻠﻪ ﻭﺍﻥ ﻗﺮﺉ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﺀ ﻓﻤﻦ ﺷﺮﺏ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺩﺧﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﺃﻟﻒ ﻧﻮﺭ ﻭ ﺭﺣﻤﺔ ﻭ ﺧﺮﺝ ﻣﻨﻪ ﺃﻟﻒ ﻏﻞ ﻭ ﻋﻠﺔ ﻭ ﻻ ﻳﻤﻮﺕ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻳﻮﻡ ﺗﻤﻮﺕ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ . ﻭ ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺩﺭﺍﻫﻢ ﻣﺴﻜﻮﻛﺔ ﻓﻀﺔ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﻭ ﺫﻫﺒﺎ ﻭ ﺧﻠﻂ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺪﺭﺍﻫﻢ ﺑﻐﻴﺮﻫﺎ ﻭ ﻗﻌﺖ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﺒﺮﻛﺔ ﻭ ﻻ ﻳﻔﺘﻘﺮ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ ﻭ ﻻ ﺗﻔﺮﻍ ﻳﺪﻩ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ

“Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saw. ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan tampak keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah akan mengampuni orang yang memakannya.

Dan sekirannya dibacakan maulid Nabi saw. ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki dan penyakit dan tidak akan mati hati tersebut pada hari dimatikannya hati-hati itu.

Dan barangsiapa yang membaca maulid Nabi saw. pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkahan dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan kosong tangannya dengan keberkahan Nabi saw.”

9. Imam Syafi’i, semoga Allah merahmatinya, berkata:

ﻣﻦ ﺟﻤﻊ ﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﺧﻮﺍﻧﺎ ﻭﻫﻴﺄ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻭﺃﺧﻠﻰ ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻭﻋﻤﻞ ﺇﺣﺴﺎﻧﺎ ﻭﺻﺎﺭ ﺳﺒﺒﺎ ﻟﻘﺮﺍﺀﺗﻪ ﺑﻌﺜﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻣﻊ ﺍﻟﺼﺎﺩﻗﻴﻦ ﻭﺍﻟﺸﻬﺪﺍﺀ ﻭﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺟﻨﺎﺕ ﺍﻟﻨﻌﻴﻢ

“Barangsiapa mengumpulkan saudara-saudaranya untuk mengadakan Maulid Nabi, kemudian menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan untuk mereka, dan dia menjadi sebab atas dibacakannya Maulid Nabi SAW, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama golongan shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan shalihin (orang-orang yang shaleh) dan dia akan dimasukkan ke dalam surga-surga Na’im.”

10. Imam Sirri Saqathi, semoga Allah membersihkan sir (bathin)-nya:

ﻣﻦ ﻗﺼﺪ ﻣﻮﺿﻌﺎ ﻳﻘﺮﺃ ﻓﻴﻪ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺪ ﻗﺼﺪ ﺭﻭﺿﺔ ﻣﻦ ﺭﻳﺎﺽ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻷﻧﻪ ﻣﺎ ﻗﺼﺪ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﻮﺿﻊ ﺍﻻ ﻟﻤﺤﺒﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ . ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ : ﻣﻦ ﺃﺣﺒﻨﻲ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻲ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ

“Barangsiapa pergi ke suatu tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi saw, maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari taman-taman syurga, karena tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan karena cintanya kepada Nabi saw. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.”

11. Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:

ﻣﺎﻣﻦ ﺑﻴﺖ ﺃﻭ ﻣﺴﺠﺪ ﺃﻭ ﻣﺤﻠﺔ ﻗﺮﺉ ﻓﻴﻪ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻻ ﺣﻔﺖ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺤﻠﺔ ﻭﺻﻠﺖ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻭﻋﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﻟﺮﺿﻮﺍﻥ .
ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﻄﻮﻓﻮﻥ ﺑﺎﻟﻨﻮﺭ ﻳﻌﻨﻰ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻭ ﻣﻴﻜﺎﺋﻴﻞ ﻭ ﺍﺳﺮﺍﻓﻴﻞ ﻭ ﻋﺰﺭﺍﺋﻴﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻓﺎﻧﻬﻢ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﺳﺒﺒﺎ ﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ . ﻭ ﻗﺎﻝ ﺃﻳﻀﺎ : ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﻗﺮﺃ ﻓﻰ ﺑﻴﺘﻪ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺍﻻ ﺭﻓﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻘﺤﻂ ﻭﺍﻟﻮﺑﺎﺀ ﻭﺍﻟﺤﺮﻕ ﻭﺍﻟﻐﺮﻕ ﻭﺍﻷﻓﺎﺕ ﻭﺍﻟﺒﻠﻴﺎﺕ ﻭﺍﻟﺒﻐﺾ ﻭﺍﻟﺤﺴﺪ ﻭﻋﻴﻦ ﺍﻟﺴﻮﺀ ﻭﺍﻟﻠﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻓﺎﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﻫﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻮﺍﺏ ﻣﻨﻜﺮ ﻭﻧﻜﻴﺮ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻓﻰ ﻣﻘﻌﺪ ﺻﺪﻕ ﻋﻨﺪ ﻣﻠﻴﻚ ﻣﻘﺘﺪﺭ . ﻓﻤﻦ ﺃﺭﺍﺩ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻜﻔﻴﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺪﺭ . ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻨﺪﻩ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻮ ﻣﻸﺕ ﻟﻪ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻰ ﻣﺪﺣﻪ ﻟﻢ ﻳﺤﺮﻙ ﻗﻠﺒﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺤﺒﺔ ﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .

“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”

Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. 

Kemudian apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.

*اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيِّدِنَا مُحمَّـــدْ ﷺ*

Jumat, 02 Agustus 2024

Peristiwa Bersejarah Bulan Muharram

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang suci, yakni suci dari perbuatan yang haram. Sederhananya tidak melakukan perbuatan dosa yang disengaja ataupun tidak. Apalagi, kalau dilihat dari historisnya masyarakat Arab tidak akan berperang di bulan Muharram.

Allah juga menjelaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”(Q.S.At-taubah (9): 36).
Kita bisa melihat sejarahnya dari beberapa hadits.

Peristiwa Bersejarah di Bulan Muharram

Imam Ahmad mengatakan bahwa Nabi SAW berkhotbah dalam haji wada’nya, yakni beliau bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci); tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Zulqai’dah, Zulhijjah, dan Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Sya’ban.”

Lalu Nabi SAW bertanya, “Ingatlah, hari apakah sekarang?” Kami para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW diam sehingga kami menduga bahwa beliau akan memberinya nama bukan dengan nama biasanya. Lalu beliau bersabda.”Bukankah hari ini adalah Hari Raya Kurban?” Kami menjawab, “Memang benar.”

Kemudian beliau SAW bertanya, “Bulan apakah sekarang?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau SAW diam sehingga kami menduga bahwa beliau akan memberinya nama bukan dengan nama biasanya. Lalu beliau SAW bersabda, “Bukankah sekarang ini bulan Zulhijjah?” Kami menjawab, “Memang benar.”

Kemudian beliau SAW bertanya, “Negeri apakah ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau SAW diam sehingga kami menduga bahwa beliau akan memberinya nama bukan dengan nama biasanya. Lalu beliau SAW bersabda, “Bukankah negeri ini?” Kami menjawab, “Memang benar.”

Setelah itu Nabi SAW bersabda: “Maka sesungguhnya darah dan harta benda kalian —menurut seingat (perawi) beliau mengatakan pula ‘dan kehormatan kalian’— diharamkan atas kalian seperti keharaman (kesucian) hari kalian sekarang, dalam bulan kalian, dan di negeri kalian ini. Dan kelak kalian akan menghadap kepada Tuhan kalian, maka Dia akan menanyai kalian tentang amal perbuatan kalian.”

Nabi juga mengatakan, “Ingatlah, janganlah kalian berbalik menjadi sesat sesudah (sepeninggal)ku, sebagian dari kalian memukul (memancung) leher sebagian yang lain. Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan? Ingatlah, hendaklah orang yang hadir (sekarang) di antara kalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir, karena barangkali orang yang menerimanya dari si penyampai lebih memahaminya daripada sebagian orang yang mendengarnya secara langsung.”

Ibnu Jarir mengatakan dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW melakukan khotbahnya dalam haji wada’ di Mina pada pertengahan hari-hari Tasyriq. Antara lain beliau SAW bersabda: Hai manusia, sesungguhnya zaman itu berputar, keadaan zaman pada hari ini sama dengan keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Dan sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan-bulan haram (suci); yang pertama ialah Rajab Mudar yang jatuh di antara bulan Jumada dan Sya’ban, lalu Zulqai’dah, Zulhijjah, dan Muharram.

Nama-nama Bulan Hijriyah dan Artinya

Hal ini merupakan taqrir (pengakuan) dari Rasulullah SAW dan sebagai pengukuhan terhadap urusan itu sesuai dengan apa yang telah dijadikan oleh Allah SWT sejak semua, tanpa mendahulukan dan menangguh-nangguhkan dan mengganti. Seperti yang disabdakan Nabi sehubungan dengan keharaman (kesucian) kota Mekah, yaitu: “Sesungguhnya kota ini disucikan oleh Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi, maka kota ini tetap suci karena disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai hari kiamat.”

Menurut As-Sakhawi, dinamakan demikian untuk mengukuhkan keharamannya. Mengingat orang-orang Arab di masa lalu berpandangan labil terhadapnya, terkadang dalam satu tahun mereka menghalalkannya, sedangkan di tahun yang lain mengharamkannya. Kata muharram dijamakkan menjadi muharramat, maharim, dan maharim.

Maksudnya, itulah syariat yang lurus yang harus diikuti demi menger­jakan perintah Allah sehubungan dengan bulan bulan yang Haram yang dijadikan-Nya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan-Nya di dalam ketetapan Allah yang dahulu. Dalam firman selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu”. (At-Taubah: 36)

Yakni dalam bulan-bulan Haram itu janganlah kalian berbuat aniaya terhadap diri kalian sendiri, karena dalam bulan-bulan Haram itu sanksi berbuat dosa jauh lebih berat daripada dalam hari-hari lainnya.

Sumber: https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/08/30/filosofi-dan-sejarah-bulan-muharram/






Minggu, 09 Juni 2024

Memahami Qurban Secara Utuh

Setiap tanggal 10 Dzul Hijjah, semua umat Islam yang tidak melaksanakan haji merayakan hari raya Idul Adha. Pada hari itu, umat Islam sangat disunnahkan untuk berqurban dimana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh umat Islam di suatu daerah. Lalu apakah sebenarnya Qurban itu? Dibawah ini akan dijelaskan secara lengkap.

Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam Islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
Dalil Disyari’atkannya Kurban

Allah SWT telah mensyariatkan kurban dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1 — 3).

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syiar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan dari padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36).

Keutamaan Ibadah Kurban
Dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya Kurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan Kurban. Sesungguhnya hewan Kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah Kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) Kurban itu.” (HR Tirmidzi).
Hukum Berkurban

Ibadah kurban hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Bagi orang yang mampu melakukannya lalu ia meninggalkan hal itu, maka ia dihukumi makruh. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Nabi saw pernah berkurban dengan dua kambing kibasy yang sama-sama berwarna putih kehitam-hitaman dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih kurban tersebut, dan membacakan nama Allah serta bertakbir (waktu memotongnya).

Dari Ummu Salamah ra, Nabi saw bersabda, “Dan jika kalian telah melihat hilal (tanggal) masuknya bulan Dzul Hijjah, dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia membiarkan rambut dan kukunya.” HR Muslim

Arti sabda Nabi saw, ” ingin berkorban” adalah dalil bahwa ibadah kurban ini sunnah, bukan wajib.

Diriwayatkan dari Abu Bakar dan Umar ra bahwa mereka berdua belum pernah melakukan kurban untuk keluarga mereka berdua, lantaran keduanya takut jika perihal kurban itu dianggap wajib.

Hikmah Kurban
Ibadah kurban disyariatkan Allah untuk mengenang Sejarah Idul Adha sendiri yang dialami oleh Nabi Ibrahim as dan sebagai suatu upaya untuk memberikan kemudahan pada hari Id, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw, “Hari-hari itu tidak lain adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla.”

Syarat-syarat Qurban
Binatang yang Diperbolehkan untuk Kurban:

Binatang yang boleh untuk kurban adalah onta, sapi (kerbau) dan kambing. Untuk selain yang tiga jenis ini tidak diperbolehkan. Allah SWT berfirman, “supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.” (Al-Hajj: 34).

Dan dianggap memadai berkurban dengan domba yang berumur setengah tahun, kambing jawa yang berumur satu tahun, sapi yang berumur dua tahun, dan unta yang berumur lima tahun, baik itu jantan atau betina. Hal ini sesuai dengan hadis-hadis di bawah ini:

Dari Abu Hurairah ra berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Binatang kurban yang paling bagus adalah kambing yang jadza’ (powel/berumur satu tahun).” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Dari Uqbah bin Amir ra, aku berkata, wahai Rasulullah saw, aku mempunyai jadza’, Rasulullah saw menjawab, “Berkurbanlah dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari Jabir ra, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian mengurbankan binatang kecuali yang berumur satu tahun ke atas, jika itu menyulitkanmu, maka sembelihlah domba Jadza’.”
Berkorban dengan Kambing yang Dikebiri

Boleh-boleh saja berkurban dengan kambing yang dikebiri. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Rafi’, bahwa Rasulullah saw berkurban dengan dua ekor kambing kibasy yang keduanya berwarna putih bercampur hitam lagi dikebiri. Karena dagingnya lebih enak dan lebih lezat.

Binatang-Binatang yang Tidak Diperbolehkan untuk Kurban:

Syarat-syarat binatang yang untuk kurban adalah bintang yang bebas dari aib (cacat). Karena itu, tidak boleh berkurban dengan binatang yang aib seperti di bawah ini:
1. Yang penyakitnya terlihat dengan jelas.
2. Yang buta dan jelas terlihat kebutaannya
3. Yang sumsum tulangnya tidak ada, karena kurus sekali.
Rasulullah saw bersabda, “Ada empat penyakit pada binatang kurban yang dengannya kurban itu tidak mencukupi. Yaitu yang buta dengan kebutaan yang nampak sekali, dan yang sakit dan penyakitnya terlihat sekali, yang pincang sekali, dan yang kurus sekali.” (HR Tirmidzi seraya mengatakan hadis ini hasan sahih).
4. Yang cacat, yaitu yang telinga atau tanduknya sebagian besar hilang.

Selain binatang lima di atas, ada binatang-binatang lain yang tidak boleh untuk kurban, yaitu:
1. Hatma’ (ompong gigi depannya, seluruhnya).
2. Ashma’ (yang kulit tanduknya pecah).
3. Umya’ (buta).
4. Taula’ (yang mencari makan di perkebunan, tidak digembalakan).
5. Jarba’ (yang banyak penyakit kudisnya).

Juga tidak mengapa berkurban dengan binatang yang tak bersuara, yang buntutnya terputus, yang bunting, dan yang tidak ada sebagian telinga atau sebagian besar bokongnya tidak ada. Menurut yang tersahih dalam mazhab Syafi’i, bahwa yang bokong/pantatnya terputus tidak mencukupi, begitu juga yang puting susunya tidak ada, karena hilangnya sebagian organ yang dapat dimakan. Demikian juga yang ekornya terputus. Imam Syafi’i berkata, “Kami tidak memperoleh hadis tentang gigi sama sekali.“

Waktu Penyembelihan Hewan Kurban

Untuk kurban disyaratkan tidak disembelih sesudah terbit matahari pada hari ‘Iduladha. Sesudah itu boleh menyembelihnya di hari mana saja yang termasuk hari-hari Tasyrik, baik malam ataupun siang. Setelah tiga hari tersebut tidak ada lagi waktu penyembelihannya.

Dari al-Barra’ ra Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali kita lakukan pada hari ini (Iduladha) adalah kita salat, kemudian kita kembali dan memotong kurban. Barangsiapa melakukan hal itu, berarti ia mendapatkan sunnah kami. Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum itu, maka sembelihan itu tidak lain hanyalah daging yang ia persembahkan kepada keluarganya yang tidak termasuk ibadah kurban sama sekali.”

Abu Burdah berkata, “Pada hari Nahar, Rasulullah saw berkhotbah di hadapan kami, beliau bersabda: ‘Barangsiapa salat sesuai dengan salat kami dan menghadap ke kiblat kami, dan beribadah dengan cara ibadah kami, maka ia tidak menyembelih kirban sebelum ia salat’.”

Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menyembelih sebelum salat, maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya. Dan barangsiapa yang menyembelih setelah salat dan khotbah, sesungguhnya ia telah sempurnakan dan ia mendapat sunnah umat Islam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Bergabung dalam Berkurban

Dalam berkurban dibolehkan bergabung jika binatang korban itu berupa onta atau sapi (kerbau). Karena, sapi (kerbau) atau unta berlaku untuk tujuh orang jika mereka semua bermaksud berkurban dan bertaqarrub kepada Allah SWT.

Dari Jabir ra berkata, “Kami menyembelih kurban bersama Nabi saw di Hudaibiyyah seekor unta untuk tujuh orang, begitu juga sapi (kerbau).” (HR Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi)
Pembagian Daging Kurban

Disunahkan bagi orang yang berkurban memakan daging kurbannya, menghadiahkannya kepada para kerabat, dan menyerahkannya kepada orang-orang fakir. Rasulullah saw bersabda, “Makanlah dan berilah makan kepada (fakir-miskin) dan simpanlah.”

Dalam hal ini para ulama mengatakan, yang afdhal adalah memakan daging itu sepertiga, menyedekahkannya sepertiga dan menyimpannya sepertiga.

Daging kurban boleh diangkut (dipindahkan) sekalipun ke negara lain. Akan tetapi, tidak boleh dijual, begitu pula kulitnya. Dan, tidak boleh memberi kepada tukang potong daging sebagai upah. Tukang potong berhak menerimanya sebagai imbalan kerja. Orang yang berkurban boleh bersedekah dan boleh mengambil kurbannya untuk dimanfaatkan (dimakan).

Menurut Abu Hanifah, bahwa boleh menjual kulitnya dan uangnya disedekahkan atau dibelikan barang yang bermanfaat untuk rumah.
Orang yang Berkurban Menyembelihnya Sendiri

Orang yang berkorban yang pandai menyembelih disunahkan menyembelih sendiri binatang kurbannya. Ketika menyembelih disunahkan membaca, “Bismillahi Allahu Akbar, Allahumma haadza ‘an?” (Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, ya Allah kurban ini dari ?[sebutkan namanya]).

Karena, Rasulullah saw menyembelih seekor kambing kibasy dan membaca, “Bismillahi wallahu Akbar, Allahumma haadza ‘anni wa’an man lam yudhahhi min ummati” (Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar, Ya Allah sesungguhnya (kurban) ini dariku dan dari umatku yang belum berkurban).” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Jika orang yang berkurban tidak pandai menyembelih, hendaknya dia menghadiri dan menyaksikan penyembelihannya.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Fatimah, bangunlah. Dan saksikanlah kurbanmu. Karena, setetes darahnya akan memohon ampunan dari setiap dosa yang telah kau lakukan. Dan bacalah: ‘Sesungguhnya salatku, ibadahku–korbanku–hidupku, dan matiku untuk Allah Tuhan semesta Alam. Dan untuk itu aku diperintah. Dan aku adalah orang-orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah,’ Seorang sahabat lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah saw, apakah ini untukmu dan khusus keluargamu atau untuk kaum muslimin secara umum?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Bahkan untuk kaum muslimin umumnya’.”

(Oleh KH. Ishomuddin (Dosen FAI Univ Darul Ulum Jombang) http://jombang.nu.or.id/apa-dan-bagaimana-kurban).

Jumat, 31 Mei 2024

Tujuh Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Umat Islam akan kembali bertemu dengan bulan terakhir dalam perhitungan kalender Qamariah, yakni bulan Dzulhijjah. Bulan ini merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (al-asyhur al-hurum) yang disebut Al-Qur’an dalam surat at-Taubah ayat 36.

Tidak saja bulannya yang mulia, 10 hari pertama dalam bulan tersebut juga disebut sebagai hari-hari yang juga dimuliakan Allah swt. Pengajar di Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Ustadz Sunnatullah menulis bahwa hal tersebut di dalam Al-Qur’an surat al-Fajr ayat 2, “Demi malam yang sepuluh”.

Selain ditafsirkan sebagai 10 hari terakhir Ramadhan dan 10 hari pertama di bulan Muharram, ada juga ulama ahli tafsir yang menyebut bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Bahkan, Imam Ibnu Katsir menegaskan bahwa pendapat yang terakhir itulah yang sahih sebagaimana termaktub dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an al-Adhim atau yang dikenal dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir.

“Alasan pendapat ketiga (10 hari pertama Dzulhijjah) karena pada Dzulhijjah bertepatan dengan kesibukan umat Islam dalam menjalankan pilar Islam yang kelima, yaitu ibadah haji ke Baitullah,” tulis Ustadz Sunnatullah mengutip pandangan Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib, sebagaimana dikutip NU Online dari tulisannya berjudul Keutamaan 10 Hari Awal Dzulhijjah dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga disebut di dalam hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Bukhari sebagaimana dikutip Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadus Shalihin berikut.

“Tidak ada hari di mana amal kebaikan saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini. Rasulullah menghendaki 10 hari (awal Dzulhijjah). Lantas para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?’ Rasulullah shallalâhu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun (mati syahid)’.” (HR. Al-Bukhari).

Ustadz Sunnatullah menyampaikan bahwa melalui hadits tersebut, Rasulullah saw mendorong para sahabatnya untuk tidak menyia-nyiakan waktu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini tidak lain karena begitu agung, mulia, dan penuh manfaatnya hari-hari tersebut.

“Di antara hari tersebut terdapat hari Arafah dan hari penyembelihan kurban, sekaligus menjadi hari pelaksanaan ibadah haji. Semuanya tidak diragukan kemulian dan keagungannya. Umat Islam sepakat bahwa hari-hari tersebut merupakan hari yang sangat dimuliakan oleh Allah Ta’ala,” tulisnya.

Ada Tujuh Amalan Utama di Bulan Dzulhijjah

Pertama, berpuasa di sepuluh hari pertama. Hal ini dimaknai para ulama sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari, atas sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari berikut.

“Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada amal ibadah yang lebih utama selain yang dikerjakan pada sepuluh hari ini (maksudnya sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah)”. Para sahabat bertanya: “Apakah sekalipun jihad di jalan Allah?”. Rasulullah saw menjawab: “Sekalipun dari jihad. Kecuali seseorang yang keluar untuk berjihad dengan diri dan hartanya, lalu tidak ada sedikitpun yang pulang dari padanya.”

Kedua, puasa Tarwiyah, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Bahkan, menurut Imam al-Qarafi dalam kitabnya Adz-Dzakhirah, berpuasa pada tanggal tersebut setara dengan puasa setahun, bulan Haram, Sya’ban, dan sepuluh hari Dzulhijjah.

Ketiga, puasa Arafah, yaitu puasa di tanggal 9 Dzulhijjah. Diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah saw bersabda bahwa puasa di hari tersebut akan melebur dosa setahun yang lampau dan akan datang.

Keempat, menghidupkan malam sepuluh hari pertama. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits, bahwa 10 hari pertama Dzulhijjah merupakan hari yang sangat disenangi Allah swt sehingga perlu diisi dengan banyak beribadah di siang dan malamnya.

Kelima, memperbanyak dzikir, (seperti melafalkan tahlil, tahmid, dan takbir). Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad berikut.

“Dari Ibnu Umar dari Nabi Muhammad saw bersabda: Sepuluh hari pertama dalam Dzulhijjah merupakan hari yang sangat diagungkan dan disenangi oleh Allah, karenanya perbanyak ucapan tahlil, takbir, tahmid.” (HR. Imam Ahmad).

Keenam, beramal shalih. Apapun amal baiknya, di 10 hari pertama Dzulhijjah, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad saw, sangat disukai Allah swt.

Ketujuh, menunaikan ibadah haji. Rukun Islam kelima ini, disebut Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathaiful Ma’arif, merupakan amalan paling utama dalam bulan Dzulhijjah.

Kamis, 27 Juli 2023

Seputar Puasa Tasu'a dan Asyura

In syaa Allah Kamis dan Jumat  tanggal 9 dan 10 Muharam yang bertepatan dengan tanggal 27 dan 28 Juli 2023, kita kaum muslimin disunahkan berpuasa Tasu'a dan Asyura.Uuntuk lebih mengetahui ilmunya mari kita simak delapan poin dibawah ini:

1. Asal kata nama Asyura

Asyura diambil dari kata Asyirah artinya tanggal kesepuluh, itulah sebabnya pelaksanaan puasanya tanggal 10 Muharam.

2. Sejarah puasa Asyura

Sejarah dan Perintah puasa Asyura bisa kita simak dari hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh beliau berkata:

“Tatkala Nabi Muhammad ﷺ datang ke kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura, lantas beliau bersabda kepada mereka, 'Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?'

Mereka menjawab, 'Hari ini adalah hari yang agung.
Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Fir’aun beserta pasukannya.

Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.’
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian.’ Maka Rasulullah ﷺ berpuasa dan memerintahkan berpuasa.” HR Bukhari dan Muslim.

3. Hukum puasa Asyura

Para ulama berpendapat bahwa puasa Asyura itu hukumnya wajib sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan pada tahun kedua hijriah. Maka, setelah diwajibkan puasa Ramadhan, puasa ini menjadi puasa sunah 'muakkad' yaitu puasa yang sangat dianjurkan, dan inilah pendapat kebanyakan ulama.

4. Puasa Asyura menghapus dosa setahun

Rasululloh bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.(HR. Muslim)

5. Nabi sangat bersemangat berpuasa Asyura

Ibnu Abbas berkata:

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ

Aku tidak pernah melihat Nabi benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, yakni hari ‘Asyura (HR. Bukhari)

6. Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan

Nabi bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharrom (HR. Muslim)

7. Banyak peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyura

Dari berbagai kitab para ulama setidaknya tercatat ada 20 peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyura, 10 Muharram:

1. Diciptakannya Nabi Adam ‘alaihissalam di surga.
2. Diterimanya taubat Nabi Adam ‘alaihissalam
3. Naik dan sejajarnya perahu Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan bukit Judi setelah banjir besar, serta turunnya ke muka bumi setelah banjir bandang.
4. Dikeluarkannya Nabi Yunus ‘alaihissalam dari perut ikan paus.
5. Diterimanya taubat umat Nabi Yunus ‘alaihissalam
6. Dilahirkannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
7. Selamatnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dari api yang membakarnya oleh Raja Namrud.
8. Dikeluarkannya Nabi Yusuf ‘alaihissalam dari sumur setelah diceburkan saudara-saudaranya.
9. Dipertemukannya Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan keluarganya kembali.
10. Disembuhkannya penglihatan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam
11. Dibukanya (dihilangkan) ‘madlorot’ yang mendera Nabi Ayyub ‘alaihissalam
12. Diampuninya Nabi Daud ‘alaihissalam
13. Terbelahnya laut merah untuk Nabi Musa ‘alaihissalam setelah dikejar Fir’aun.
14. Tenggelamnya Fir’aun di dasar laut merah saat mengejar Nabi Musa ‘alaihissalam
15. Dilahirkannya Nabi Isa ‘alaihissalam
16. Diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissalam ke langit.
17. Dibolak-balikannya tubuh ashabul Kahfi (para pemuda Bani Israil yang bersembunyi di dalam gua).
18. Diciptakannya ruh Nabi Muhammad ﷺ
19. Dikandungnya Nabi Muhammad ﷺ di rahim Ibunda Aminah radliyallahu 'anha
20. Wafatnya (syahid) cucu Nabi Muhammad ﷺ Sayyiduna Husein radliyallahu 'anh.

8. Untuk menyelisihi dan berbeda dari Yahudi maka baiknya selain Asyura tanggal 10, juga puasa tanggal 9-nya dulu yaitu puasa Tasu'a

Suatu hari sahabat mendapati bahwa hari Asyura ini bertepatan pula dengan hari agung milik kaum Nasrani dan Yahudi, maka sahabat hendak mengurungkan niat berpuasa di hari Asyura tersebut.

Mendengar keresahan sahabat, Rasulullah bersabda, sebagaimana dikutip dalam kitab ‘Riyadhus Sholihin : 701’ :

وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: «لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ». رواه مسلم.

“Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan”. (HR. Muslim)
______________
____________________
SEMOGA ALLAH SWT MEMBERI KITA HIDAYAH DAN KEKUATAN UNTUK BISA PUASA TASU'A DAN PUASA ASYURA. AAMIIN
_________________________________

(Saefudin Abdul Fattah, Pengasuh pondok pesantren Daarul Ihsaan, Pengurus MUI Kota Cimahi & Nara sumber fikih kontemporer di MQFM dan MQTV)

Sabtu, 30 Juli 2022

Memaknai Tahun Baru Islam 1 Muharram

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriah tahun ini jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022. Pada tahun baru ini pula terdapat ragam makna spesial bagi umat Muslim.

Bulan Muharram termasuk dalah satu dari empat bulan paling dimuliakan oleh Allah SWT atau disebut sebagai 'bulan haram' (al asyhurul harum) dalam Islam.

Hal ini bahkan tercantum dalam QS. At-Taubah ayat 36 yang artinya:

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."


Allah SWT memberikan empat bulan haram dari 12 bulan yang ada berupa keistimewaan dan kemuliaan. Perbuatan baik, seperti memperbanyak salat sunah, berzikir, bersedekah, dan lain sebagainya, yang dikerjakan pada empat bulan haram tersebut akan dilipatgandakan balasannya oleh Allah SWT.

Tahun baru Islam atau Hijriah memiliki makna tersendiri bagi umat Muslim. Bergantinya tahun baru Islam diperingati pada 1 Muharram, dan berbeda dengan penanggalan masehi.

Islam memang mengajarkan kepada kita bahwa sebagai umat Muslim, kita harus menyambut tahun baru memakai sistem penanggalan Hijriah dan memperingatinya dengan doa serta berzikir bersama.

Ada peristiwa penting yang terjadi sehingga muncul penanggalan hijriah, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Madinah ke Makkah.

Peristiwa tersebut merupakan momen yang sangat bersejarah bagi umat Muslim karena semenjak itu agama Islam berkembang pesat di sebagian besar daerah Jazirah Arab.

Penanggalan Hijriah yang diawali pada 1 Muharram digagas oleh sahabat nabi yaitu Ali bin Abi Thalib, sebagai tanda hijrah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Dalam menyambut dan memperingati tahun baru Islam, umat Muslim diharapkan memaknainya dengan membuka lembaran baru serta mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan.

Lantas, sebenarnya apa saja makna tahun baru Islam yang perlu kita pahami? Berikut makna tahun baru Islam bagi umat muslim:

1. Momentum Pergantian Tahun

Makna tahun baru 1 Muharram bagi umat Muslim yang pertama adalah sebuah momentum adanya pergantian tahun. Tentu ini menandakan akan perubahan tahun Hijriyah dari tahun sebelumnya ke tahun yang baru.

Momen pergantian tahun baru Islam bagi beberapa umat sering dirayakan dengan berbagai aktivitas berbeda, seperti sembari membaca Al-Qur'an dan berzikir muji nama Allah SWT.

2. Memperingati Nabi Muhammad SAW Hijrah

Tahun baru Islam memiliki arti hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah menuju ke Madinah dan menjadi peristiwa penting lahirnya Islam sebagai agama yang berjaya.

Dari hijrah tersebut, Islam mulai mengalami perkembangan yang pesat dan makin luas sampai ke Makkaah dan beberapa daerah di sekitarnya.

Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah bukan tanpa alasan, namun karena memperoleh wahyu dan juga sebuah respons untuk menanggapi masyarakat Arab yang tidak terlalu berkenan dengan ajaran Islam.

Dengan hijrahnya Nabi Muhammad tersebut, Islam mulai mengalami peningkatan dalam menunjukkan diri dan menjadi negara Islam [Daulah Islamiyah] terbentuk. Daulah Islamiyah di zaman Nabi Muhammad sangat menjunjung tinggi toleransi yang termaktub dalam Piagam Madinah.

3. Semangat Perjuangan Tanpa Putus Asa

Makna tahun baru Islam yang berikutnya dapat diartikan sebagai semangat perjuangan tanpa mengenal rasa putus asa serta optimisme yang tinggi, yakni semangat hijrah dari hal buruk menuju hal yang lebih baik.

Rasulullah SAW serta para sahabatnya melawan rasa sedih dan takut saat hijrah, di mana mereka harus meninggalkan tanah kelahiran, saudara dan harta benda yang mereka miliki.

4. Bukti Betapa Maha Adilnya Allah SWT

Tidak seperti tahun Masehi di mana permulaan hari atau pergantian hari terjadi di jam 00:01, tahun baru Islam dimulai saat matahari terbenam atau munculnya bulan.

Inilah yang menyebabkan Tahun Masehi dari Isa Al Masih dalam Islam dinamakan Tahun Syamsyiah (matahari), sementara untuk tahun Hijriah atau tahun Islam dinamakan tahun Qimariah (bulan).

Bukti dari Maha Adil Allah SWT akan terlihat pada daerah dekat ekuator atau khatulistiwa seperti Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara Arab yang merupakan negara dengan umat Islam terbesar, fluktuasi lamanya berpuasa untuk setiap tahun hampir tidak banyak memiliki perbedaan.

Hal ini tidak terjadi di beberapa belahan bumi lain di mana waktu berpuasa bisa lebih singkat atau lebih lama.

5. Momen Muhasabah atau Intropeksi Diri

Makna tahun baru Islam yang berikutnya adalah sebagai momen introspeksi diri atau muhasabah. Dengan memasuki tahun baru Islam atau Hijriah, kita akan memasuki 1 Muharram yang berarti sudah meninggalkan tahun yang sudah berlalu dan memasuki tahun yang baru.

Dalam menyambut tahun baru Islam, kita bisa merenungkan perbuatan kita di tahun-tahun sebelumnya dan merencanakan tujuan di tahun yang baru ini dengan resolusi-resolusi yang Anda tetapkan sendiri.

Tentunya resolusi ini merupakan resolusi yang baik dan harus diiringi oleh usaha yang tekun dan berdoa yang tanpa henti, berharap kepada Allah ta'ala.

6. Momen Menuju Kebaikan

Makna tahun baru Islam memiliki makna bahwa terjadinya perubahan pada sesuatu yang menuju kebaikan, memiliki manfaat untuk seluruh manusia dan untuk semua alam semesta dengan menggunakan semangat damai penuh kasih sayang.

Hal ini membuat tujuan Allah SWT menurunkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah : 218)

7. Pengingat akan Pentingnya Berakhlak Mulia

Makna tahun baru Islam yang selanjutnya adalah dapat menjadi pengingat dari pentingnya akhlak mulia. Tentu sering kita dengar bahwa berilmu saja tidak berguna jika Anda tidak berakhlak.

Akhlak mulia akan menjadi pendorong Anda untuk dapat terus berbuat baik dan menebar kebaikan kepada banyak orang, yang kemudian hasil kebaikan itu akan Andai tuai kembali di kemudian hari.

8. Menghindari Kultus Individu

Penentuan tahun baru Islam tidak didasari dengan kelahiran, namun pada peristiwa. Hal ini memperlihatkan Islam merupakan agama yang progresif, bergerak terus maju, tidak stagnan, dan bergerak dari satu peristiwa menuju ke peristiwa yang lainnya sesuai perkembangan zaman, kebutuhan tempat dan kebutuhan manusia yang hidup pada saat tersebut.
(Sumber: DalamIslam//dkmalmuhajirin/ankid/nas)

Senin, 28 Maret 2022

Kisah Salman Al-Farisi: Ahlul Bait yang Bergelar Luqmanul Hakim

Salman Al-Farisi adalah anak seorang bangsawan, bupati, di daerah kelahirannya, Persia. Ia sempat tertipu di tengah perjalanannya mencari kebenaran Illahi. Ia diperjualbelikan sebagai budak. Beliau terdampar di Madinah, menjadi budak orang Yahudi . 

Beliau masuk Islam dan Allah membebaskan dirinya. Sebagaimana lelaki normal lainnya, pria bertubuh tegap ini pun sempat jatuh cinta. Sayang, cintanya bertepuk sebelah tangan. Hati Salman kepincut perempuan Anshar. Yakni perempuan asli kelahiran Madinah. 

Di kalangan kaum Anshar, Salman sejatinya dianggap sebagai keluarga mereka. Demikian juga kaum Muhajirin . Pendatang dari Mekkah ini juga menganggap Salman bagian dari kaum mereka. Pada waktu perang Khandaq, saat Salman menelorkan ide cerdas membangun parit untuk menahan pasukan kafir Quraish, kaum Anshar mengklaim Salman sebagai kaum mereka. 

“Salman dari golongan kami,” ujar kaum Anshar. Pernyataan kaum Anshar ini direspon kaum Muhajirin. Mereka berdiri dan berkata, “Tidak. ia dari golongan kami!” Rasulullah SAW pun akhirnya memanggil mereka yang bersengketa itu, “Salman adalah golongan kami, Ahlul Bait. Dan memang selayaknyalah jika Salman mendapat kehormatan seperti itu,” ujar Rasulullah SAW. 

Ali bin Abi Thalib memberi gelar Salman dengan “Luqmanul Hakim”. Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: “Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering”. 

Dalam kalbu para sahabat umumnya, pribadi Salman telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Kedudukan Salman yang tinggi itu tidak serta merta menjadi magnet bagi perempuan. Dan itu yang tidak diketahui Salman. 

Cintanya Ditolak 

Pada suatu ketika, Salman Al Farisi bermaksud melamar gadis pujaan hatinya itu. Dia mengajak sahabatnya, Abu Darda, untuk menemaninya. Abu Darda merasa tersanjung dengan ajakan Salman itu. Ia pun memeluk Salman Al Farisi dan bersedia membantu. 

Setelah segala sesuatunya dianggap beres, keduanya pun mendatangi rumah sang gadis. Selama perjalanan, mereka tampak gembira. Setiba di tujuan, keduanya diterima dengan tangan terbuka oleh kedua orang tua wanita Anshar tersebut. Baca juga: Belajar Arti Cinta dan Persahabatan dari Salman Al Farisi Abu Darda menjadi juru bicara. 

Ia memperkenalkan dirinya dan juga Salman Al Farisi. Ia menceritakan mengenai Salman Al Farisi yang berasal dari Persia. Abu Darda juga menceritakan mengenai kedekatan Salman Al Farisi yang tak lain adalah sahabat Rasulullah SAW. Dan terakhir adalah maksudnya untuk mewakili sahabatnya itu untuk melamar. 

Mendengar maksud mereka melamar putrinya, membuat tuan rumah merasa sangat terhormat. Mereka senang akan kedatangan dua orang sahabat Rasulullah. Hanya saja, sang ayah tidak serta merta menerima lamaran itu. Sebagaimana diajarkan Rasulullah, sang ayah harus bertanya dulu bagaimana pendapat putrinya mengenai lamaran tersebut. Karena jawaban itu adalah hak dari putrinya secara penuh. Sang ayah pun lalu memberikan isyarat kepada istri dan juga putrinya yang berada di balik hijabnya. Ternyata sang putri telah mendengar percakapan sang ayah dengan Abu Darda. Gadis ini juga telah memberikan pendapatnya mengenai pria yang melamarnya. 

Berdebarlah jantung Salman Al Farisi saat menunggu jawaban dari balik tambatan hatinya. Abu Darda pun menatap gelisah pada wajah ayah si gadis. Dan tak begitu lama semua menjadi jelas ketika terdengar suara lemah lembut keibuan sang bunda yang mewakili putrinya untuk menjawab pinangan Salman Al Farisi. “Mohon maaf kami perlu berterus terang,” kalimat itu membuat Salman Al Farisi dan Abu Darda berdebar tak sabar. 

Perasaan tegang dan gelisah pun menyeruak dalam diri mereka berdua. “Karena kalian berdua yang datang dan mengharap ridha Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda juga memiliki keinginan yang sama seperti keinginan Salman Al Farisi,” katanya. Jelas, jawaban itu sangat mengagetkan. Gadis yang diidam-idamkan untuk menjadi istri Salman Al Farisi, justru kepincut dengan Abu Darda. 

Takdir Allah berkehendak lain. Cinta Salman bertepuk sebelah tangan. Tetapi itulah ketetapan Allah menjadi rahasia-Nya, yang tidak pernah diketahui oleh siapapun kecuali oleh Allah.  Salman Al Farisi tampak tegar. Salman adalah pria saleh, taat, dan juga seorang mulia dari kalangan sahabat Rasulullah. 

Dengan ketegaran hati yang luar biasa ia justru memekik: Allahu Akbar! Salman Al Farisi girang. Bahkan ia justru menawarkan bantuan untuk pernikahan keduanya. Salman ikhlas memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu, termasuk mahar, kepada Abu Darda. Ia juga akan menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu. Salman menerima kenyataan itu dengan lapang dada. Tentang Abu Darda Salman dan Abu Darda adalah karib. Mereka berdua dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW. 

Abu Darda memiliki kebiasaan luar biasa terhadap para sahabatnya. Beliau selalu mendoakan saudara-saudara dan sahabat-sahabatnya ketika ia sedang bersujud. Ia sebut nama-nama para sahabatnya satu persatu di saat berdoa. Ada yang menyebut nama asli Abu Darda adalah Uwaimir bin Malik al-Khazraji. Beliau termasuk sahabat yang akhir masuk Islam. Akan tetapi, beliau termasuk sahabat yang bagus keislamannya, seorang faqih, pandai dan bijaksana. 

Abu Darda RA memilih hidup zuhud. Tatkala suatu kali tamu-tamunya bertanya ke mana perginya kekayaannya selama ini, Abu Darda menjawab, “Kami mempunyai rumah di kampung sana. Setiap kali memperoleh harta, langsung kami kirim ke sana. Jalan ke rumah kami yang baru itu sulit dan mendaki sehingga kami sengaja meringankan beban kami supaya mudah dibawa.” 

Suatu ketika Salman RA mengunjungi Abu Darda RA. Dia melihat Ummu Darda memakai pakaian kerja dan tidak mengenakan pakaian yang bagus. “Wahai Ummu Darda, kenapa engkau berpakaian seperti itu?” Salman bertanya keheranan. “Saudaramu Abu Darda sedikit pun tidak perhatian terhadap istrinya. Di siang hari dia berpuasa dan di malam hari dia selalu salat malam,” jawab Ummu Darda. Lantas datanglah Abu Darda dan menghidangkan makanan kepadanya. “Makanlah (wahai saudaraku), sesungguhnya aku sedang berpuasa,” ujar Abu Darda kemudian. “Aku tidak akan makan hingga engkau makan,” sambut Salman.

Lantas Abu Darda pun ikut makan. Tatkala malam telah tiba, Abu Darda pergi untuk mengerjakan salat. Akan tetapi, Salman menegurnya dengan mengatakan, “tidurlah”. Maka Abu Darda pun menurut. Dia pun tidur. Tak lama kemudian dia bangun lagi dan hendak salat, dan Salman menyuruhnya tidur lagi. Ketika malam sudah lewat Salman membangunkan Abu Darda. Keduanya mengerjakan salat. Selesai shalat, Salman berkata kepada Abu Darda.

 “Wahai Abu Darda, sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atas dirimu. Badanmu mempunyai hak atas dirimu dan keluargamu (istrimu) juga mempunyai hak atas dirimu. Maka, tunaikanlah hak mereka.” Selanjutnya Abu Darda mendatangi Rasulullâh SAW dan menceritakan kejadian tersebut kepadanya. Nabi SAW menjawab, “Salman benar".

(Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Senin, 28 Maret 2022 - 05:15 WIB oleh Miftah H. Yusufpati dengan judul "Kisah Salman Al-Farisi: Ahlul Bait yang Bergelar Luqmanul Hakim").


Senin, 17 Januari 2022

Sang Lentera Penerang: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

Ketika Istighfar Nabi Adam tidak didengar selama puluhan tahun, lalu Nabi Adam teringat dengan tulisan nama Muhammad di pintu Arasy, lalu Adam berdoa, "Ya ALLAH ampunilah aku dengan haq Muhammad," maka ALLAH pun mengampuni Adam dan Hawa. Dalam Injil Barnabas ditulis bahwa Adam mengukir nama Muhammad di kuku jempolnya dan selalu diciumnya jempol tersebut.

Kelak di akhirat umat Nabi Nuh membantah jika Nuh pernah memberi peringatan dan berdakwah kepada mereka, lalu nabi Nuh meminta tolong kepada nabi Muhammad untuk menjadi saksinya. Nabi Muhammad pun menjadi saksi dengan membaca kisah Nuh di kitab al-Quran.

Setelah Nabi Ibrahim mengetahui jika dari keturunan anaknya Ismail akan lahir Nabi Muhammad, maka Nabi Ibrahim memohon agar namanya kelak selalu diucapkan oleh umatnya Muhammad, dan ALLAH pun menjadikan nama Ibrahim disebut dalam bacaan tasyahud di setiap sholat.

Ketika Nabi Yusuf dijebloskan kedalam sumur dan ditinggalkan oleh saudara-saudaranya, Yusuf pun menangis dan merengek didalam sumur sendirian, lalu diperintahkan oleh malaikat Jibril agar Yusuf mengganti rengekannya dengan bershalawat kepada nabi Muhammad, dan esoknya Yusuf pun dikeluarkan dari sumur oleh rombongan kafilah yang lewat.

Nabi Musa mulanya menyangka jika umatnya adalah mayoritas, namun setelah diberitahukan jika umatnya Nabi Muhammad lebih utama dan mayoritas, maka nabi Musa menginginkan agar dijadikan umatnya nabi Muhammad, namun ALLAH menolaknya lalu menggantinya dengan nama Musa akan disebut lebih banyak di kitab Al-Quran.

Ketika Nabi Daud sedang bertasbih bersama burung-burung, Daud pun heran dan takjub mendengar suara dari seekor ulat di pohon yang sedang bershalawat untuk nabi Muhammad dan umatnya.

Impian Nabi Isa adalah ingin bisa membuka terompah (sandal) nabi Muhammad lalu membasuh kedua kakinya. Dan Isa bercerita kepada para sahabatnya, bahwa kelak di akhirat nabi Muhammad akan berbicara dengan ALLAH layaknya seorang teman.

Semoga sholawat dan salam dari Allah Subhanu Wata'ala Yang Maha Baik, Maka Kasih dan Penyayang, dari para malaikat yang dekat dengan-Nya, serta dari para nabi dan dari kaum shiddiqin, dari para syuhada dan dari kaum sholihin, juga dari semua yang bertasbih kepada-Mu, dilimpahkan kepada junjungan kami Muhammad bin Abdullah, penutup para nabi, pemimpin para rasul, imam kaum bertakwa, utusan Tuhan Pemelihara alam semesta, saksi yang memberikan kabar gembira, penyeru kepada-Mu dengan izin-Mu, sang lentera yang menerangi."

*آمـــــــــــين آمـــــــــــين*
*آمـــــــــــين يَآرَبْ العالمين*
.

Kamis, 18 November 2021

Memasuki Usia Senja, Apa yang harus Dipersiapkan? Seperti Apa Tahapannya?

Sumber foto: Annas Indonesia
Ketika memasuki usia senja diatas 50 tahunan, adalah masa-masa yang penuh was-was. Atau ketika memasuki masa pensiun misalnya, terkadang kita bingung. Apa yang harus diperbuat? Bagaimana cara mengisi waktu? Bagaimana kalau sakit? Siapa yang masih bisa diandalkan/
diharapkan? Dan berbagai pertanyaan lainnya. 

Jika kita tak memiliki persiapan, tak sedikit yang mengalami kejatuhan mental. Bahkan tak jarang yang harus berputus asa, untuk segera pamit pada dunia. Berangkat menuju akhirat. Wassalam.

Namun bagi yang saat ini masih eksis di masa senja, gak perlu khawatir. Berikut ini ada beberapa catatan atau sejenis petuah. Siapa tahu bisa dijadikan pegangan. Agar kita dalam menjalani masa tua lebih tegar dan percaya diri.

1. Jika Anda memiliki satu sarang (tempat tinggal/rumah) sendiri, harap jangan Anda tinggalkan sebelum ajal menjemput;
2. Jika masih memiliki pasangan hidup, baik-baiklah hidup bersama dengan seiring-seirama, saling mengisi dan menopang;
3. Jaga dan rawatlah baik-baik kesehatan sendiri dan pasangan kita;
4. Ciptakan kebahagiaan dengan menunjukkan sikap yang lebih baik, loyal dan bijak;
5. Mulai aktif berolahraga dan bergabung dengan komunitas dengan hobi yang sejenis;
6. Mulailah fokus pada aspek religi dan lebih taat menjalankan/mengamalkannya.

Ada beberapa tahapan yang perlu dijadikan pegangan ketika memasuki usia senja.

I. Tahap pertama : 
Jaminan/kepastian

1) Anak memiliki ekonomi yang baik, itu adalah miliknya, milik si anak, bukan milik kita. Anak berbakti pada orang tua, itu adalah kualitas yang baik pada dirinya, walau itu tak lepas dari hasil didikan kita;

2) Ketika kondisi masih bugar dan memungkinkan untuk tetap beraktivitas, maka:

a. Makanlah kalau memang suka dengan makanan tertentu;
b. Pakailah kalau memang suka dengan busana yang diinginkan;
c. Bermainlah sepuasnya, seperti menyalurkan hobi olga atau rekreasi;
d. Jangan lagi terlalu kejam/pelit pada diri sendiri (manjakan diri sendiri);
e. Hari-hari seperti itu tidak banyak lagi, jadi manfaatkanlah dengan baik;
f. Pastikan ada sedikit uang simpanan sendiri;
g. Pertahankan rumah yang dimiliki;
h. Siapkan segalanya (sebelum dan menjelang ajal) untuk diri sendiri;
i. Meski anak memiliki ekonomi yang baik, tapi itu miliknya. Ketika anak berbakti, itu adalah kualitas yang baik pada dirinya. Jangan menolak bantuannya, tapi tetap harus bergantung pada diri sendiri dengan mengatur kehidupan sendiri;
h. Porsi untuk pelaksanaan beribadah lebih diutamakan.

II. TAHAP KEDUA: Kesehatan Diri 

1. Jagalah kondisi kesehatan sendiri sebaik mungkin, hidup mandiri (bersama pasangan) tanpa mengandalkan orang lain jauh lebih baik;
2. Agar di usia senja tetap sehat, bugar dan bahagia, serta dijauhkan dari segala bencana, maka:

a. Mengatur kehidupan dan mengurus diri;
b. Sadar diri kalau kita benar-benar sudah tua, perlahan-lahan, stamina dan fisik itu akan melemah, reaksi pun akan semakin lemah bahkan kurang terkendali;
c. Saat makan, makanlah dengan perlahan, jangan sampai tersedak;
d. Saat berjalan juga jalanlah perlahan, jangan sampai terjerembab;
e. Jangan ngoyo atau memaksakan diri lagi, jagalah kesehatan diri baik-baik;
f. Jangan lagi mencampuri masalah ini dan itu, mencampuri masalah anak atau terkadang mencampuri masalah generasi ketiga (cucu);
g. Bertahun-tahun sudah mengurus ini dan itu, kini saatnya harus sedikit egois, mengurus diri sendiri dengan baik;
h. Jalanilah segalanya dengan santai, bahagia, dan jangan lupa bantu bersih-bersih pasangan di rumah;
i. Jaga dengan baik kesehatan dengan berolahraga secukupnya;
j. Usahakan waktu hidup sendiri (atau bersama pasangan) dengan melakukan rutinitas sehari-hari. Hidup tanpa bergantung pada orang lain akan jauh lebih baik;
k. Biasakan bersedekah/bederma kepada orang-orang kecil/miskin, jangan menawar ketika membeli barang pada orang kecil;
k. Dalam beribadah kita senantiasa berdoa memohon ampunan, kesehatan dan keselamatan dunia akhirat.

III. TAHAP KETIGA: Faktor Psikologis

1. Generasi usia senja seperti kita ini telah mengalami segala pahit getir hidup, tentunya kita berharap perjalanan terakhir dari hidup kita juga bisa kita hadapi dengan tenang;
2. Ketika kesehatan mulai memburuk dan butuh bantuan, maka kita harus siap dengan hari “H” (ýaitu hari tibanya kematian). Walaupun untuk sebagian besar orang tidak bisa melewati tahapan ini. Apa yang harus dilakukan?

a. Aturlah dengan baik suasana hati penuh kepasrahan menjelang tibanya hari itu;
b. Hidup, tua, sakit dan mati merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan, jadi hadapilah dengan tenang penuh percaya diri;
c. Ini adalah perjalanan hidup terakhir, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan, yang penting persiapan dalam menghadapinya sudah dilakukan secara maksimal;
d. Siapkan jauh-jauh hari sebelumnya, maka kita tidak akan terlalu bersedih;
e. Bersikap optimis bahwa Tuhan akan mengampuni kita, namun juga tetap khawatir dan takut atas azab Tuhan, atas perbuatan kita selama di dunia.

TAHAP KEEMPAT: Mengandalkan diri sendiri

Ketika otak (pikiran) kita masih jernih, dan saat penyakit mulai melilit dan tak tersembuhkan serta kualitas hidup memburuk. Apa yang harus kita perbuat?

1. Berani menghadapi kematian, bulatkan tekad agar keluarga tidak perlu lagi direpotkan dengan berusaha menyelamatkan;
2. Jangan membiarkan kerabat handai taulan melakukan segala upaya yang sia-sia (karena memang sudah waktunya berpulang kepada-Nya - jangan melawan takdir).

a. Ketika sudah tua, siapa yang diandalkan/diharapkan ?*
b. Diri sendiri - diri sendiri dan - tetap diri kita sendiri.*


Berikut ini adalah cuplikan dari fragmen 'Apa yang Harus Dilakukan saat Sudah Tua' – Yeh Chin-Chuan (Sarjana Kesehatan Masyarakat dan juga seorang politisi Taiwan)

Saya selalu berpikir setiap orang tua hingga bisa mencapai hidup di atas 80 tahun, maka: 

1. Tidak perlu membatasi makanannya yang harus serba bening;
2. Tidak perlu menurunkan berat badan;
3. Yang paling penting masih bisa makan (nafsu makan bagus). Makanlah apa yang disukai.
Makanlah makanan yang kita anggap paling lezat, agar bisa menikmati hidup dengan lebih bahagia dan ceria;
4. Membatasi orang tua tidak boleh makan ini dan itu, ini bertentangan dengan sifat alami manusia, dan juga tidak ada dasar ilmiahnya;
5. Sebenarnya, semakin banyak bukti ilmiah, orang tua harus makan lebih baik, dengan mengusahakan sedikit lebih gemuk;
6. Perlu makanan lebih baik, supaya ia memiliki lebih banyak kemampuan untuk melawan penyakit, kemampuan untuk melawan depresi;
7. Saya (Yeh Chin Chuan) mendo’akan setiap orang tua bisa menikmati perjalanan hidup terakhir mereka dengan lebih indah dan mengesankan. Jangan sampai meninggalkan penyesalan yang dibawa sampai ke liang lahat;
8. Ada tambahan, jangan pernah merasa tua, karena apabila merasa tua akan timbul Energi Negatif dalam diri kita yang akan membuat diri kita seolah2 sdh tdk bisa melakukan apa2 lagi.
 
Tetaplah beraktivitas yang bermanfaat bagi diri, keluarga & lingkungan sekitar...
TETAP SEMANGAT, CIPTAKAN BAHAGIA...

Jumat, 22 Oktober 2021

Bahaya Islamphobia Robohkan Keharmonisan Rusak Citra Islam

(Tulisan ini  dibuat dalam rangka Memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021)


By : Nana Suryana

Sungguh sangat menyedihkan ketika umat muslim diperlakukan sebagai ancaman. Hal ini sesungguhnya menunjukkan betapa sangat minimnya informasi dan pemahaman mengenai budaya, cara hidup, dan ajaran Islam yang sebenarnya. Kekerasan yang dilakukan ekstremis menjadi penyebab anggapan bahwa semua muslim adalah ekstremis. Ironis...sungguh ironis...!!

Menyeruaknya isu Islamophobia memang tak dapat dipisahkan begitu saja dari kisah tragedi WTC di New York pada 11 September 2011. Tragedi ini telah memicu berondongan tuduhan pada umat Islam. Umat Islam tercengang. Bingung, terkesima. Tak tahu apa yang harus diperbuat.

Syahdan, seruan peperangan terhadap Islam yang distigma sebagai kaum teroris itu mulai mendengung. Komunitas umat Islam semakin tersudut karena dipandang sebagai penyebab kekisruhan di Amerika. Sejak 1 Oktober 2002, upaya mendiskresditkan umat Islam itu bahkan sampai pada adanya kecurigaan kepada kaum pendatang muslim di Amerika yang berpotensi sebagai teroris. Alamaak..!!

Tidak sampai disitu. Pasca terjadinya bom Bali 12 Oktober 2002, Pemerintah Australia pun melakukan tindakan serupa. Serangkaian aturan anti-terorisme dikeluarkan. Tindakan penggeledahan dilakukan terhadap beberapa rumah muslim. Tidak terkecuali kepada mahasiswa dan warga negara Indonesia yang bermukim di Australia. Pemerintahan Australia mengira jaringan terorisme Al Qaidah memiliki hubungan erat dengan muslim radikal di Indonesia..

Inggris pun tak mau ketinggalan dengan menunjukkan kecemasannya terhadap ancaman terorisme. Pasca robohnya Menara Kembar di New York itu, kaum muslim yang bermukim di Inggris wajib diwaspadai dan dikait-kaitkan dengan terorisme.

Lalu bagaimana dengan yang terjadi di Indonesia? Pasca terjadinya ledakan bom Bali, kekhawatiran mulai merasuk masyarakat Indonesia. Penangkapan terhadap beberapa orang yang dicurigai sebagai teroris mulai dilakukan. Sebut saja Amrozi, Ali Imron, dan Imam Samudra. Bahkan pak tua Abu Bakar Baasyir pun tak luput dari pencokokan. Ditengarai merekah lah sebagai biang kekacauan di negeri ini.

Pemilik rumah sewa atau kos-kosan mulai gusar. Terutama terhadap penghuninya yang berjenggot panjang dan bercelana cingkrang. Pemerintah melalui aparat kepolisian Densus-88 Anti teror semakin aktif bergerak menangkapi yang diduga anggota jaringan teroris di Indonesia. Terutama bagi orang-orang yang terindikasi sebagai anggota Jaringan Islamiah dan organisasi ekstrim lainnya.

Berbagai peristiwa seperti itulah yang semakin meresahkan dan mengancam keharmonisan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keharmonisan NKRI pada gilirannya memang menjadi taruhannya.

Muncul pertanyaan. Keharmonisan seperti apa yang diharapkan? Mengapa Islamophobia dianggap sebagai salah satu ancaman dalam mewujudkan kehamonisan berbangsa dan bernegara itu? Bagaimana cara Islam memandang harmonisasi? Bagaimana cara memaknai Islamophobia? Apa bahayanya bagi masyarakat, bangsa dan negara? Bagaimana strategi untuk meredamnya? Pihak-pihak mana saja yang bertanggung jawab untuk meredamnya?

Harmonisasi sebagai kebutuhan

Kita mafhum, keharmonisan pada hakekatnya merupakan harapan setiap individu dan masyarakat, serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada satu pun negara pun di dunia yang dalam menjalani kehidupannya dengan kecemasan, kekhawatiran, dan kacau balau. Apalagi jika dikaitkan dengan ancaman terorisme yang dalam aksinya terkadang sangat ekstrim. Tak hanya mengancam jiwa manusia, namun juga bisa meluluh-lantakan sarana dan prasarana.

Bangsa Indonesia terlahir dengan ragam tradisi, bahasa, kebudayaan, ras, etnis, agama dan keyakinan. Keanekaragaman sosial budaya ini tentu bisa bernilai positif sebagai salah satu modal utama bagi bangsa. Namun juga sekaligus menyimpan berbagai tantangannya. Karena ternyata juga mengandung kerawanan-kerawanan yang dapat menimbulkan konflik-konflik kepentingan antar kelompok, antar etnis, antar agama. Bahkan bisa menimbulkan konflik antar wilayah.

Itulah sebabnya mengapa kita membutuhkan harmonisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.

Secara etimologi keharmonisan berasal dari kata harmonis yang berarti serasi atau selaras. Dari aspek terminologi, keharmonisan bisa bermakna sebagai kondisi yang selaras, tenang atau rukun tanpa adanya permusuhan atau pertentangan. Harmoni dapat diartikan juga sebagai kondisi yang saling membantu dan bersatu. Dengan demikian hubungan sosial, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat berlangsung dengan damai, tenang dan tenteram.

Ancaman Islamophobia

Namun demikian untuk mewujudkan kerukunan dan persatuan yang diharapkan bagi seluruh bangsa Indonesia kerap mengalami gangguan. Salah satu penyebabnya masih tersimpan rasa kekhawatiran munculnya gangguan-gangguan radikalisme terhadap agama tertentu, terutama Islam. Kekhawatiran atau ketakutan itu tidak hanya menimpa yang berlainan agama, namun juga terhadap pemeluk agama yang sama. Kondisi yang kita kenal dengan Islamophobia itu efeknya memang sangat mengacam keharmonisan, selain merugikan citra Islam itu sendiri.

Berbagai upaya kriminalisasi dan upaya penekanan yang menyudutkan para tokoh agama atau para ulama merupakan salah satu bukti bahwa Islamophobia memang masih tumbuh subur di Indonesia.

Tindakan dan penilaian seperti itu jelas keliru. Mungkin saja karena kurangnya referensi tentang Islam. Atau bahkan minimnya pengetahuan kesejarahan. Mereka kurang mengetahui betapa besar pengorbanan dan keterlibatan ulama serta umat Islam dalam perjuangan Indonesia.

Menurut Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, bahwa ketidaktahuan terhadap sejarah perjuangan para tokoh Islam perlu diangkat ke permukaan. Peran dan jasa para ulama pada NKRI harus segera diluruskan. Sebab jika dibiarkan akan semakin berbahaya. Akan menjadi semacam bara dalam sekam.

Sejumlah serangan yang terjadi di beberapa negara menjadikan Islam sebagai kambing hitam. Hal ini pun mendapatkan respons dari negara-negara Islam serta ulama-ulama besar. Salah satunya Imam besar yang juga ulama paling senior di Al-Azhar Sheikh Ahmed Al-Tayyeb, yang meminta agar setiap orang berhenti menggambarkan terorisme sebagai Islam.

"Setiap orang harus segera berhenti menggunakan deskripsi itu (terorisme sebagai Islam) karena itu menyakiti perasaan Muslim di seluruh dunia, dan itu adalah deskripsi yang bertentangan dengan kebenaran yang diketahui semua orang," kata Sheikh Ahmed Al-Thayyeb.

Respon serupa disampaikan juga oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang mengajak umat Islam untuk melawan pandangan dunia barat yang menggeneralisasi Islam dengan negatif. Ia menyarankan salah satu cara melawan pandangan negatif itu dengan memperkenalkan ajaran Islam sesungguhnya yang rahmatan lil-alamin. Menurutnya, sumber utama kebencian dunia Barat terhadap Islam adalah ketidaktahuan atau ketidakpahaman terhadap Islam.

Cara pandang yang selalu mengeneralisasi dan negatif, menurut Ma'ruf, harus dilawan. Namun disaat yang sama umat juga perlu introspeksi.

Islamophobia sebagai ketakutan irrasional

Menurut etimologis Islamophobia terdiri dari kata Islam & Phobia. Menurut College Dictionary, phobia merupakan rasa takut yang tidak memiliki referensi, tidak masuk akal atas sebuah objek, tingkah laku, atau pada kejadian tertentu, yang memotivasi individu untuk menghindar atau takut pada situsi tersebut.

Dengan penjelasan ini, Islamophobia dapat diartikan sebagai ketakutan yang irasional, tidak masuk akal atau tidak beralasan terhadap agama Islam sehingga aktivitas yang bernuansa Islami harus dihilangkan.

Ironisnya warga muslim pun acapkali mengalami tindakan intoleransi Mulai dari perkataan kotor hingga tindakan kriminal. Katakanlah sering terjadinya perusakan tempat ibadah warga Muslim, penembakan dengan senjata api, penistaan terhadap ulama, penghinaan terhadap Nabi Muhammad Rasulullah Shallallalhu Alaihi Wasallam, sampai pada penghinaan terhadap Islam-nya sendiri.

Islamophobia di berbagai negara

Islamophobia terjadi di berbagai negara. Namun efeknya sangat berpengaruh terhadap keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Sebagaimana dilansir Media Umum Republika, berbagai peristiwa Islamophobia di berbagai negara sebagai berikut:

Di London, Ontario, Kanada empat orang Muslim meninggal karena dengan sengaja ditabrak saat sedang berjalan kaki. Insiden ini mengguncang komunitas di London. Bukan hanya bagi warga Muslim, warga setempat pun tidak menyangka aksi teroris ini terjadi di lingkungan mereka.

Di Las Vegas, seorang pria mengoleskan daging babi asap ke tembok rumah tetangga Muslimnya. Saat ditanya polisi, dia tanpa ragu mengatakan alasan tindakannya karena membenci Muslim.

Di New York, dua wanita dan pria Muslim tiba-tiba dipukul saat sedang berjalan kaki. Muslimah kerap menjadi korban karena mudah diidentifikasi dari jilbabnya.

Di Alberta, Kanada kasus penyerangan terhadap Muslimah juga terjadi. Tanpa alasan, seorang pria, menurut Royal Canadian Mounted Police, mendekati para wanita di St. Albert, kemudian meneriakkan hinaan rasial dan menodongkan pisau. Seringnya perempuan Muslim Kanada menjadi korban serangan Islamofobia kemudian mendorong ratusan warga di Edmonton berunjuk rasa menuntut tindakan melindungi wanita Muslim.

Di Austria dibuatnya peta Islam yang melibatkan 623 organisasi muslim, masjid dan asosiasinya. Serta data pribadi individu yang bertanggung jawab atas sejumlah asosiasi di Austria secara rinci. Peluncuran peta ini berpotensi memicu Islamophobia dan penyerangan terhadap Muslim. Peta ini diskriminatif karena hanya menyasar Muslim. Gereja Katolik Austria bahkan mengkritik peta ini. Karena banyak mendapatkan penolakan dan dianggap kontroversial, peta itu kini tidak bisa lagi diakses.

Insiden-insiden itu menjadi gambaran betapa semakin parahnya Islamophobia. Islamofobia mewujud dalam bentuknya yang paling sederhana, yaitu serangan fisik terhadap kaum Muslim.

Di level tinggi, Islamophobia misalnya dalam bentuk kebijakan pelarangan jilbab di tempat umum yang dianut Prancis. Agak aneh sebenarnya mengingat umat Muslim di Prancis justru terbanyak di Eropa.

Hasil penelitian Kelompok Lintas Partai (CPG) Parlemen Skotlandia mengungkap empat dari lima Muslim di Skotlandia secara langsung mengalami serangan islamophobia. Sebanyak 83 persen responden Muslim mengatakan mengalami islamophobia secara langsung dan paling banyak dialami Muslimah.

Di Jerman, Islamophobia meningkat sejak 2009. Laporan Kejahatan Politik yang disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri Jerman dan Kantor Kriminal Federal mencatat kejahatan Islamophobia pada 2020 meningkat delapan persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Islam pembawa berkah dan keharmonisan


Islam sebagai agama mempunyai misi rahmatan lil âlâmîn. Dalam arti membawa keberanekaragaman sebagai salah satu dimensinya. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa pluralitas atau taaddudiyah itu sendiri merupakan fitrah dan pemberian dari Allah Subhanu Wata'ala.

Dalam prakteknya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah menjadikan faham pluralitas ini sebagai dasar dalam membangun masyarakat Madinah yang kemudian pada dekade terakhir ini menjadi rujukan bagi masyarakat madani.

Bagaimana tidak, latar sosial-budaya masyarakat Madinah saat itu yang sangat plural, penduduknya terbagi ke dalam kelompok-kelompok etnik, ras, dan agama yang berbeda, mampu disatukan oleh Rasulullah saw. dibawa bendera Piagam Madinah.

Melihat proses penyusunannya, Piagam Madinah adalah dokumen politik penting yang dibuat oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai perjanjian antara golongan Muhajirin, Anshar, dan Yahudi serta sekutunya. Dokumen itu mengandung prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan penting yang menjamin hak-hak mereka dan menetapkan kewajiban-kewajiban mereka sebagai dasar bagi kehidupan bersama dalam kehidupan sosial politik.

Oleh karena itu, diakui agama Islam mampu membawa keharmonisan sehingga bangunan masyarakat yang bersatu dari berbagai multi-etnik, multi-agama dan multi-kultural dapat terbangun. Hal Itu tidak lain karena nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ketika membangun masyarakat tersebut tidak hanya memperhatikan kepentingan dan kemaslahatan masyarakat Muslim, melainkan juga memperhatikan masyarakat non-Muslim.

Bahaya Islamophobia Terhadap Keharmonisan NKRI

Islamophobia memang tidak dapat dipisahkan dari problema prasangka terhadap orang muslim dan orang yang dipersepsi sebagai muslim. Prasangka anti muslim didasarkan pada sebuah klaim bahwa Islam adalah agama “inferior” dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai yang dominan pada sebuah masyarakat (Abdel-Hady, 2004).

Phobia dan ketakutan terhadap Islam yang terjadi merupakan karakteristik dari pandangan yang tertutup terhadap Islam (closed views), sementara ketidaksetujuan yang logis dan kritik serta apresiasi maupun pernghormatan merupakan pandangan yang terbuka terhadap Islam (open views).

Dari beberapa deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa Islamophobia adalah bentuk ketakutan berupa kecemasan yang dialami seseorang maupun kelompok sosial terhadap Islam dan orang-orang Muslim yang bersumber dari pandangan yang tertutup tentang Islam serta disertai prasangka bahwa Islam sebagai agama yang “inferior” tidak pantas untuk berpengaruh terhadap nilai-nilai yang telah ada di masyarakat.

Solusi Meredam Islamophobia untuk Keharmonisan

Dalam sudut pandang berbeda, bahwa keharmonisan di dunia ini tercermin pada keharmonisan tata alam semesta yang dalam terminologi Al-Qur'an di sebut dengan al-Mizân. Allah Subahanahu Wata'ala sebagai khalik Yang Agung adalah Zat yang Maha Indah dan mencintai segala yang indah. Semua itu dapat diamati pada setiap ciptaanNya.

Di antara keagungan dan keindahan ciptaan tersebut, teramati dalam keharmonisan tatanan alam semesta serta kemajemukan kehidupan yang dijumpai di dalamnya. Semuanya terjamin dalam pemeliharaanNya. Apabila terjadi kerusakan dan terjadi perubahan dari tatanan aslinya, maka semuanya itu disebabkan oleh intervensi dan ulah tangan manusia.

Realitas menunjukkan, bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan berbagai agama, etnik, dan kelompok-kelompok sosial yang dimiliki. Heldred Geerts, sebagaimana yang dikutip Khamami Zada secara amat menyakinkan telah menggambarkan kemajemukan bangsa Indonesia, bahwa “Terdapat lebih dari tiga ratus kelompok etnis yang berbeda-beda di Indonesia, masing-masing kelompok mempunyai identitas budayanya sendiri-sendiri, dan lebih dua ratus lima puluh bahasa yang berbeda-beda dipakai. Hampir semua agama besar diwakili.”

Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 256: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Menurut Quraish Shihab, bahwa yang dimaksud dengan tidak ada paksaan dalam menganut agama adalah dalam hal menganut akidahnya. Karena itu, jika seseorang telah menetapkan satu akidah, maka dia akan terikat dengan segala aturan dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Dan dia akan terancam sanksi bila melanggar ketetapannya.

Dari penjelasan ayat di atas dapat dipahami bahwa Al-Qur'an telah menjamin kebebasan individu untuk memilih agamanya masingmasing tanpa boleh ada seseorang yang menekannya. Kebebasan memilih suatu agama yang dianut merupakan kebebasan manusia yang sedemikian tinggi tingkatannya dalam pandangan AlQur'an.

Dalam upaya menciptakan keharmonisan umat, sikap lapang dada merupakan sikap batin yang perlu dilahirkan dalam diri, dan sikap ini lahir dari rasa kebebasan dan kesabaran. Filosofi dan watak tersimpan berada di balik lapang dada adalah untuk menciptakan keselamatan dan kerukunan antar pemeluk agama hingga tercapai kehidupan yang harmoni.

Untuk itu, dengan meminjam beberapa kaidah ushul, yakni Dar’u al-mafâsid muqaddamun ‘alâ jalbi al-maşâlih, yakni mencegah (menghalangi) kemudharatan, kerusakan, huru hara, lebih diutamakan dari pada meraih kemashlahatan.

Dalam kaitan ini, umat Islam mampu menghidupkan kehidupan yang harmonis di antara sesama bahkan antara umat beragama lainnya. Dalam konteks problematika sosial, kaidah itu berarti lebih baik mencegah konflik, perselisihan dan pertentangan, pertengkaran dan permusuhan daripada secara bersikeras meraih kemanfaatan dan kegunaan. Kedua, kaidah al-dhararu yuzâl yakni kemudharatan harus selalu dihindari. Kaidah ini akan selalu menuntut umat Islam menjalani kehidupannya dalam konteks pribadi dan berbangsa, sehingga kekacauan atau kegiatan yang sifatnya mengancam ketidak harmonisan hubungan, dapat dihindari.

Dengan demikian, beragama bertujuan untuk menciptakan sikap saling menghormati dan menghargai bukan untuk memaksa kehendak. Ini merupakan prinsip dalam beragama, yakni kebebasan memeluk agama, memuliakannya, menghargai kehendaknya, pemikirannya dan perasaannya, serta membiarkannya mengurus urusannya sendiri. Prinsip kebebasan merupakan ciri manusia yang paling spesifik dan asasi Islam mengutamakan kebebsan dan melindungi haknya sebagai manusia. Agama boleh menawarkan jalan kebenaran, tapi tidak boleh merasa paling benar, agama boleh menawarkan kemenangan, tapi tidak boleh cenderung ingin menang sendiri.

Selanjutnya, Al-‘Adâlah (Keadilan). Dalam konsep Islam, merupakan keharusan dalam menetapkan keputusan hukum diantara manusia. Menegakkan keadilan adalah kemestian yang merupakan hukum objektif, tidak tergantung kepada kemauan pribadi manusia.

Menurut Quraish Shihab, terdapat empat macam makna adil, seperti yang dikutip oleh Achmad Abubakar. Pertama, adil dalam arti sama, yaitu adil yang dimaknai secara proporsional dengan tidak melihat bagian-bagian yang harus sama. Adil dalam pengertian ini tidak mengandung makna persamaan mutlak terhadap semua orang secara sempit tanpa memperhatikan adanya perbedaan kemampuan, tugas, dan fungsi seseorang.

Kedua, adil dalam arti seimbang, yakni perimbangan atau dalam keadaan seimbang, tidak pincang. Intinya satu kesatuan yang harus seimbang menuju tujuan yang sama, ukuran yang tepat, persyaratan yang sama, sehingga dapat bertahan sesuai fungsinya. Keadilan dengan makna keseimbangan adalah lawan dari kekacauan atau ketidakserasian. Demikian juga halnya keserasian sosial, harmonisasi kehidupan bermasyarakat, keamanan dan ketertiban bisa terwujud melalui sistem politik yang adil.

Makna ketiga adil, adalah perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak itu kepada pemiliknya. Pengertian inilah yang didefinisikan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya atau memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat. Lawannya adalah kezaliman, dalam arti pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain. Dengan demikian ,menyirami tumbuhan adalah keadilan dan menyirami duri adalah lawannya. Pengertian keadilan seperti ini, melahirkan keadilan sosial.

Keempat, adil yang dinisbahkan kepada Allah swt. dalam artian bahwa kemurahan Allah Subhanahu Wata'ala dalam melimpahkan rahmatNya kepada sesuatu atau seseorang.

Dalam konteks masyarakat harmonis, prinsip keadilan merupakan dasar yang perlu ditegakkan. Prinsip ini memberikan motivasi hidup rukun dan damai diantara warga masyarakat, karena mereka akan hidup tanpa saling curiga mencurigai atau saling hakim menghakimi jika saja prinsip ini dapat terealisasi dengan baik.

Pentingnya Peranan MUI

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, mengungkapkan solusi atas permasalahan yang dihadapi dunia Islam, termasuk Islamophobia bisa dilakukan melalui Wasathiyah Islam.

Menurut Amirsyah di internal umat Islam tengah berusaha mempromosikan Wasathiyah Islam. Secara eksternal, kaitannya dengan saudara kita agama lain, kita ingin menampilkan Islam yang ramah, santun dan bisa menjadi wasit, sehingga memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi dunia Islam, termasuk di berbagai negara.

Ia menyebut konsep wasathiyah Islam ini telah dijelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 143:“Dan yang demikian ini Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kalian.”

Dari berbagai tafsir yang ada atas ayat tersebut, salah satunya menjelaskan bahwa umat Islam harus mampu menegakkan nilai-nilai keadilan. Menjadi seorang wasit bukanlah perkara mudah. Unsur penting yang harus diperhatikan adalah keadilan yang mampu menjadi penengah dari pemikiran ektrem, baik ekstrim kanan maupun kiri.

Amirsyah Tambunan lantas menyebut tidak ada perintah dalam Alquran yang menyebut mendirikan sebuah negara yang bernama negara Islam. Yang ada, adalah bagaimana bernegara dengan prinsip dasar ajaran Islam. "Kita (Muslim) harus bisa mengambil jalan tengah. Ketika ada ekstrem kanan atau kiri, maka Islam harus bisa memberikan solusi," kata dia.

Pentingnya peranan media

Penguasaan media yang baik dan kemampuan berkomunikasi yang prima menjadi kata kunci dalam membentuk persepsi publik tentang suatu masalah. Hal itu dialami umat Islam di AS dan sejumlah negara Barat lain yang menghadapi apa yang disebut sebagai Islamophobia.
Stigma buruk tentang Islam yang dibangun pihak barat selama ini tidak terlepas dari konstruksi yang dibangun sejak lama di masyarakat barat. Hal itu diperkuat dengan pemberitaan media yang banyak merugikan umat Islam, terutama terkait kekerasan atau peperangan yang terjadi di Timur Tengah. "Kebenaran tidak pernah berubah, tapi cara menyampaikan harus dengan cara yang benar. Menghadapi media perlu kejelian, ini public relations yang baik di AS," kata Dr Imam Shamsi Ali, Lc MA Presiden Nusantara Foundation AS.

Kekuatan yahudi dengan lobinya dan uang bisa menguasai media. Melalui media mereka bisa merubah keadaan yang hitam menjadi putih dan sebaliknya. Peran media dan Islamophobia bukanlah barang baru. Sikap ini akan selalu hadir dalam setiap dakwah yang dilakukan umat islam dimanapun berada. Kebencian pada Islam bagian integral dakwah. Jangan berfikir Islamophobia akan selesai, karena sifatnya naik turun. Islamophobia bagian dari gerakan dakwah Islam dimana ada dakwah disitu ada sikap Islamophobia. Semua perang selalu dikaitkan dengan Islam sebagai agama identik dengan teroris. "Building image yang dilakukan sitematis," kata Imam Shamsi.

Melihat kondisi tersebut peran media menjadi suatu yang strategis dalam membangun persepsi publik. Media adalah kekuatan politik, sehingga mereka yang berkepentingan akan memanfaatkan media. Umat Islam perlu manfaatkan media seoptimal mungkin untuk kepentingan dakwah Islam.

Dengan memiliki media, ada kekuatan untuk melawan Islamophobia. Apablia tidak memiliki media, bisa dilakukan dengan membangun relasi dengan media dan kalangan politik. Media dan sistem poltik ada keterkaitan satu dengan lainnya sehingga bagi Islam perlu untuk menguasai media. "Kita harus bersahabat dengan media sehingga gagasan yang dibangun tentang Islam tidak akan merugikan umat Islam itu sendiri. Adanya pemikiran Islamophobia bisa diatasi atau diluruskan," kata Harmonis.

Media memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi, mengedukasi masyarakat, alat kontrol sosial bagi eksekutif, yudikatif dan legislatif dibanyak negara. Peran media yang begitu masif mampu menciptakan satu perspektif tertentu yang membentuk pandangan masyarakat. Apapun yang disajikan media dipastikan akan memberikan pengaruh.

Sekelompok ahli hubungan antar ras atau suku bangsa di Inggris mulai membentuk sebuah komisi khusus dan mempelajari serta menganalisis Islamophobia. Komisi yang meneliti tentang muslim di Inggris dan Islamophobia melaporkan bahwa Islam dipersepsikan sebagai sebuah ancaman, baik di dunia maupun secara khusus di Inggris.

Islam disebut sebagai pengganti kekuatan Nazi maupun komunis yang mengandung gambaran tentang invasi dan infiltrasi. Hal ini mengacu pada ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan berlanjut pada ketakutan serta rasa tidak suka kepada sebagian besar orang-orang Islam. Kebencian dan rasa tidak suka ini berlangsung di beberapa negara barat dan sebagian budaya di beberapa negara.

Dua puluh tahun terakhir ini rasa tidak suka tersebut makin ditampakkan, lebih ekstrim dan lebih berbahaya (Runnymede Trust, 1997). Istilah Islamophobia muncul karena ada fenomena baru yang membutuhkan penamaan. Prasangka anti muslim berkembang begitu cepat pada beberapa tahun terakhir ini sehingga membutuhkan kosa kata baru untuk mengidentifikasikan. Penggunaan istilah baru yaitu Islamophobia tidak akan menimbulkan konflik namun dipercaya akan lebih memainkan peranan dalam usaha untuk mengoreksi persepsi dan membangun hubungan yang lebih baik (Young European Muslims, 2002; Islamophobia dan Strategi Mengatasinya ISSN : 0854 – 7108 Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, Desember 2004 75).

Mengapa orang benci atau takut kepada komunitas Islam? Sebuah jawaban sederhana yang dapat menjelaskan mengapa orang membenci fihak lain adalah perasaan kalah dan tidak mengetahui bagaimana cara untuk menang. Prasangka sosial akan muncul ketika seseorang berperilaku dan bersikap negatif terhadap seseorang karena keanggotaannya pada kelompok.
Memiliki penduduk mayoritas muslim, fenomena terjadinya Islamophobia menjadi suatu hal yang menarik karena dalam komunitas Islam juga terjadi ketakutan terhadap Islam tersebut. Budaya Indonesia yang relatif condong pada kolektivitas, interdependensi antar individu, serta menjaga keharmonisan, umumnya menghindari konflik yang terbuka. Dengan demikian, konflik yang laten antar kelompok dapat menjadi suatu potensi masalah yang berbahaya, seperti halnya kasus di Ambon dan Poso.

Implikasi lain juga akan muncul pada bidang politik, keamanan, dan kesempatan kerja. Inti kedatangan Islam adalah menyempurnakan pendekatan etik (kasih sayang) dengan pendekatan penegakan hukum atau aturan, sehingga hubungan antar manusia pun ada aturan yang melindungi agar tidak terjadi ketidakadilan. Prasangka atau sikap negatif terhadap Islam muncul karena beberapa sebab. Secara individual ketika anak-anak ditanamkan kebencian atau ketidaksukaan kepada Islam akan menjadi benih munculnya prasangka, dan ini akan menyebabkan individu memiliki perasaan ketakutan akan munculnya Islam sebagai suatu kekuatan.

Dari aspek kognitif, prasangka muncul karena kekeliruan atau ketertutupan informasi tentang Islam. Pandangan seperti ini, yaitu pandangan yang tertutup terhadap Islam, akan memudahkan munculnya fenomena Islamophobia.

Sebongkah harapan

Islamophobia sejatinya pembahasan tentang ketakutan yang irasional terhadap Islam. Keberadaannya harus dijauhi atau disingkirkan. Islamophobia tidak hanya mengkaji masalah anggapan dan prasangka yang muncul akibat tragedi Menara Kembar, tapi lebih dari itu Islamophobia berakar pada masalah paradigma ideologi yang dianut oleh pemerintahan AS, aliansinya di dalam negeri dalam menyebarkan sentimen, isu-isu & tingkah laku Islamophobia.

Oleh karena itu pemahaman mengenai Islam harus terus digencarkan. Caranya dengan membuka diri dan informasi seluas-luasnya. Tunjukkan juga bahwa Islam adalah agama damai. Bahwa Muslim bisa bersosialisasi dan berkontribusi dengan baik di masyarakat. Media pun memainkan peran penting dengan menyajikan berita tanpa bias terhadap Muslim. Inilah tantangan yang dihadapi Muslim yang menjadi minoritas.
Islamofobia yang sedang berkembang saat ini justru semakin kompleks dan semakin dahsyat. Terutama didukung oleh kekuatan yang sangat modern seperti media massa, media sosial, politik dan ekonomi. Islomophobia terjadi memang sebagai akibat masih adanya ketidaktahuan dan ketidafahaman tentang Islam.

Tampaknya, kita harus berbuat dan bertindak lebih gencar, terukur dan elegan. Turut berperan memberikan solusi dalam meredam Islamophobia. Anda siap ?!!///**n425

(Catatan: Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ustadz Adi Hidayat 2021 dalam rangka Memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021)




Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

* بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ* * السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه* * اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى س...