Jumat, 30 September 2016

Kisah Uwais Al-Qarni - Penghuni Langit

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.

Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. 

Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: "Cerita ini diambil dari buku '20 Kisah Sahabat dan Thabiin' terbitan Qibla karangan Ummuthoriq el khanzo."
Subhanallah

Minggu, 25 September 2016

Inspirasi dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta

Masjid Jogokariyan merupakan sebuah masjid yang berdiri di pojok perempatan kampung Jogokariyan tepatnya Jl. Jogokariyan, 36, Kampung Jogokariyan, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta.

Sekilas masjid ini tampak biasa saja seperti masjid pada umumnya, ukuran masjid pun tidak terlalu besar.

Beberapa catatan yang istimewa dari masjid Jogokariyan :

Buka 24 Jam

Kebanyakan masjid yang kita jumpai di beberapa lokasi ketika sedang menempuh perjalanan jauh, lantas anda istirahat di sebuah masjid, kita akan menjumpai masjid dikunci, di sana-sini bertulis “dilarang tidur di dalam masjid”. Terkadang kita hanya dapat mengakses ruang serambi masjid untuk sholat karena ruang utama masjid dikunci oleh petugas masjid. Kita kemudian kecewa, bergumam dan gundahgulana. Mengapa ? karena kita tidak mendapatkan “rest area” yang memuaskan serta mampu menjawab dahaga keberagamaan kita di masjid yang kita singgahi sembari melepas lelah dan shalat di masjid tersebut. 

Namun demikian, pengalaman itu tidak akan anda temui jika anda mencoba singgah di masjid Jogokariyan, Yogyakarta, yang 24 jam selalu terbuka untuk ummat. Bahkan di masjid ini disediakan kamar, kasur dan ruang masak sendiri jika ada tamu yang kebetulan singgah dan menginginkan memasak dengan tangan sendiri.

Pusat Kegiatan Umat

Masjid dibangun bukan hanya untuk sholat berjamaah, lebih luas dari sekedar sholat berjamaah. Di masjidlah bermulanya perekonomian ummat tumbuh, di masjidlah masalah-masalah masyarakat yang dinaunginya terselesaikan, di masjidlah pusat-pusat ilmu itu menebar dan masih banyak lagi. Rasulullah SAW membangun masjid Nabawi bukan sekadar untuk sholat berjamaah.

Fungsi masjid jaman Rasulullah sebagai pusat peribadatan, pusat informasimasyarakat,tempat menerima tamu-tamu negara,ruang tunggu resmi tamu-tamu Rasulullah SAW, pusat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq dan shodaqoh, tempat mengatur kegiatan masyarakat Islam, pusat pertolongan ummat, rumah sakit disaat kritis, tempat menginap para musafir, tempat penyelesaian sengketa.

Gerakan Jamaah Mandiri

Masjid Jogokariyan juga menginisiasi Gerakan Jamaah Mandiri. Jumlah biaya setahun dihitung kemudian dibagi 52 pekan, ketemu biaya pekanan dibagi lagi dengan kapasitas Masjid, ketemu biaya perjamaah.lalu disosialisasikan. Jamaah diberitahu bahwa jika dalam sepekan mereka berinfak sebesar itu, maka dia Jamaah Mandiri. Jika lebih, maka dia Jamaah Pensubsidi. Jika kurang.maka dia Jamaah Disubsidi. 

Sosialisasi ditutup kalimat “Doakan kami tetap mampu melayani ibadah Anda sebaik-baiknya.” Gerakan Jamaah Mandiri sukses menaikkan infak pekanan Masjid Jogokariyan hingga 400%, ternyata orang malu jika ibadah saja disubsidi. Demikianlah jika peta, data dan pertanggungjawaban keuangannya transparan (Infak Rp. 1000 pun kita tahu ke mana alirannya). Tanpa dimintapun Jamaah akan berpartisipasi. Tiap kali renovasi, Masjid Jogokariyan berupaya tidak membebani jamaah dengan proposal, Takmir hanya pasang spanduk, “Mohon Maaf Ibadah Anda Terganggu, Masjid Jogokariyan sedang Kami Renovasi.” No.rekening tertera di bawah.

Gerakan Shubuh Berjamaah (Shubuhan Seperti Jumatan)

Data jamaah digunakan untuk Gerakan Shubuh Berjama’ah. Pada 2004 dibuat Undangan Cetak layaknya pernikahan by name. UNDANGAN: “Mengharap kehadiran Bapak/Ibu/Saudara …. dalam acara Shalat Shubuh Berjamaah, besok pukul 04.15 WIB di Masjid Jogokariyan. Undangan itu dilengkapi hadits-hadits keutamaan Shalat Shubuh. 

Hasilnya ? Silakan mampir di Masjid Jogokariyan merasakan Shubuh seperti Jumatan. Sholat subuh berjamaah yang berat ini sampai diimingi oleh Allah melalui sabda Rasulullah bahwa Sholat 2 rakaat sebelum shubuh lebih utama dari dunia dan seisinya

Sistem Keuangan

Masjid Jogokariyan juga berbeda dari yang lain. Jika ada Masjid mengumumkan dengan bangga bahwa saldo infaknya jutaan, Masjid Jogokariyan selalu berupaya keras agar di tiap pengumuman, saldo infak harus sama dengan NOL! Infak itu ditunggu pahalanya untuk jadi amal shalih bukan untuk disimpan di rekening Bank. Pengumuman infak jutaan akan sangat menyakitkan jika tetangga Masjid ada yang tak bisa ke Rumah Sakit sebab tak punya biaya berobat atau tidak bisa sekolah. Dengan pengumuman saldo infak sama dengan NOL jamaah lebih semangat mengamanahkan hartanya.

Kegiatan Pengajian

Seiring dengan kegiatan pemberdayaan, fikroh masyarakatpun dibenahi, yang selama ini sering bersinggungan dengan suasana beragam adat istiadat yang menyimpang kini perlahan diluruskan dengan beragam kajian, mulai dari kajian tauhid, sirah sampai kajian meluruskan tradisi. Selain itu masyarakat Jogokariyan yang tidak bisa sholat dan tidak bisa mengaji Al Quran didata,setelah itu dibentuklah kelompok pelatihan sholat dan kelompok Baca Tulis Al Quran di tingkat RT.

Sedekah Beras Dari Jamaah Untuk Jamaah

Program “Sedekah Beras” merupakan program sosial Takmir Masjid Jogokariyan. Program ini sudah berjalan cukup lama sekitar 5 tahun dan sambutan masyarakat sangat baik terhadap masjid. Konsep dari program sedekah beras ini sangat sederhana yaitu “jamaah membantu jamaah”.

Kampoeng Ramadhan Jogokariyan sebagai Alternatif Wisata Ruhani 

Kampoeng Ramadhan Jogokariyan, salah satu program unggulan Masjid Jogokariyan dalam rangka menyemarakan dan menghidupkan bulan Ramadhan dengan berbagai variasi acara dan kegiatan yang bersifat religus, produktif sekaligus rekreatif. Dimulai dengan “Parade Bedug Keliling Jogja”, bentuk syiar dan kegembiraan menyambut Ramadhan. Ada “Pasar Sore” di sepanjang Jl Jogokariyan, yang menjajakan aneka makanan-minuman, pakaian, souvenir, pernak-pernik Islami, dan sebagainya dari berbagai potensi ekonomi warga Jogokariyan dan sekitarnya.

Manajemen Masjid

Dengan manajemen terbuka setiap jamaah bisa mengetahui kondisi keuangan dan manajemen lainnya sehingga anggota masyarakat atau jamaah yang ada ikut memiliki dan memeliharanya. Takmir sejak awal merintis manajemenmasjid melalui beberapa langkah antara lain:
*) Menentukan wilayah dakwah masjid Jogokaryan dengan mengambil wilayah dakwah di dusun Jogokaryan
*) Melakukan pendataan jamaah masjid menurut jenis kelamin, pendidikan, ekonomi, kemampuan ke-Islaman dan sebagainya.
*) Merencanakan kegiatan masjid dengan mengambil jenis kegiatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi jamaah yang ada.
*) Mensosialisasikan kegiatan masjid kepada jamaah atau masyarakat sekitar dengan berbagai strategi.
*) Membuat laporan kegiatan yang dibagikan kepada seluruh warga Jogokaryan tentang kondisi keuangan baik masuk maupun keluar.

MOTO : Pengurus / Takmir merupakan pelayan dari jamaah sehingga setiap pengurus takmir harus bisa melayani jamaah bukan sebaliknya dilayani.

Hasil Kunjungan Takmir/Sugeng Sutikno, S.Pd (Bendahara LAZISMU Kota Pekalongan, Sekretaris PCM Pekalongan Barat, Sekretaris PRM Podosugih, Takmir Masjid Al Hikmah Podosugih).

Senin, 12 September 2016

7 Hikmah dan Keutamaan Berqurban

Kita tengah  kedatangan tamu istimewa, Hari Raya ‘Idul Adha, dimana pada hari itu dan hari tasyrik dilakukan penyembelihan hewan qurban. Ada baiknya kita menyimak 7 hikmah dan keutamaan qurban sebagai berikut:

1. Kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”

Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]

2. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

3. Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai Allah Subhanahu Wa Taala


Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]

4. Berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa

“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]

5. Berkurban adalah ibadah yang paling utama

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]
Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”

6. Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al Hajj : 34]

7. Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 – 107]

Sabtu, 03 September 2016

Amalan di bulan dzulhijjah

Berikut beberapa ibadah pada bulan Dzulhijjah:

1. SHAUM AROFAH.

Masih ingat dan melekat dalam ingatan kita, shaum Ramadlan yang diikiuti shaum 6 hari pada bulan Syawal, dimana Rasulullah SAW menyebutkan pahalanya disisi Allah sama dengan shaum selama 1 tahun (360 hari).

Bersukurlah mereka/kita yang telah shaum Ramadlan tamat lalu diikuti shaum Syawal 6 hari sampai selesai, sehingga nanti tinggal menunggu pahalanya, Aamiin.

Begitu memasuki bulan Dzulhijjah, ada shaum lagi yaitu shaum Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah, Rasulullah menjelaskan, dalam hadist Muslim, shaum Arofah akan menghapus dosa 2 tahun, 1 tahun dosa yang telah lalu dan 1 tahun dosa yang akan datang.

Shaumnya cuma 1 hari, tetapi pahalanya menghapus dosa 2 tahun, tentu kita tidak usah bertanya tentang menghapus dosa 1 tahun yang akan datang. Dosa belum dilakukan tapi sudah dihapus, maknanya karena besarnya pahala shaum Arofah, sehingga jika kita melakukan dosa-dosa kecil 1 tahun kedepan itu masih tertutupi, tentu bukan terhadap dosa besar.

Sama seperti pikiran seorang petani, 1 tahun kedepan pasti tidak akan kelaparan, laparnya sudah terjadi belum ? pasti belum ! karena dia melihat lumbung padinya sangat penuh, sehingga stoknya untuk makan 1 tahun yad akan tertutupi.

Shaum Arofah ini merupakan pemberian dari Allah kepada orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, Allah bagi-bagi pahala, dengan rahman dan rahimnya Allah, yang beribadah haji mendapat pahala wukufnya di padang Arofah, yang tidak melaksanakan ibadah haji, mereka disediakan pahala lewat shaumnya pada tanggal 9 Dzulhijjah, karena itu Rasulullah menjelaskan, Rasulullah melarang shaum Arofah di padang Arofah, orang yang sedang wukuf tidak boleh shaum, tapi orang yang diluar Arofah, tidak wukuf disunatkan untuk shaum.

2. T A K B I R.

Ibadah selanjutnya, setelah melaksanakan shaum Arofah tanggal 9 Dzulhijjah, begitu terbenam matahari kita diperintahkan untuk menghiasi hari raya dengan takbir.

Dalam HR At Tabrani dijelaskan, hiasi hari-hari raya kamu dengan takbir.

Takbir pada hari raya Idul Adha ditunjukkan oleh hadits Nabi, Rasulullah takbir pada hari raya Idul Adha itu setelah shalat subuh hari Arofah, berarti shalat subuh hari Arofah tanggal 9 Dzulhijjah, sampai waktu ashar akhir hari tasryiq, tasyriq adalah tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah, jadi takbir pada hari raya Idul Adha panjang yaitu tanggal 9, 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah.

Berbeda dengan hari raya Idul Fitri pada 1 Syawal diperintahkan untuk takbir, setelah terbit fajar sampai dengan imam berdiri untuk berkhutbah, jadi waktu takbir hanya beberapa jam saja.

Oleh karena itu bagi kita yang ingin memanfaatkan waktu dan menambah pahala disunatkan untuk takbir dari tanggal 9 s/d 13 Dzulhijjah. Dan takbirnya tidak harus di masjid, bisa dirumah, sambil duduk, sambil berjalan, lagi istirahat sampai hari tashriq yang ke-3.

3. SHALAT IDUL ADHA.

Pada tanggal 10 Dzulhijjah, kita keluar rumah untuk melaksanakan shalat idul adha, disunatkan untuk shalat idul adha tidak makan terlebih dahulu. Beda dengan kalau hendak shalat idul fitri disunatkan untuk makan terlebih dulu sebelum berangkat untuk melaksanakan shalat idul fitri, karena idul fitri artinya hari raya makan, bukan kesucian.

Idul Adha adalah hari raya penyembelihan, kita keluar untuk melaksanakan shalat Id, dimana shalat Id nya ? di mushola, tetapi jangan dibayangkan mushola seperti di Indonesia yang artinya mesjid kecil yang tidak dipakai shalat jum'at arti mushola bahasa Rasul adalah tempat terbuka, tanah lapang. Jika kita datang ke mushola apa yang kita lakukan ? Tidak ada yang kita lakukan kecuali shalat dua raka'at, lalu mendengarkan khutbah, tidak ada shalat sebelum dan sesudahnya !

Rasulullah keluar pada hari raya, Rasulullah melaksanakan shalat 2 raka'at shalat Id, tidak shalat sebelum dan sesudahnya.

Berbeda dengan shalat Jum'at, sebelumnya ada shalat takhayatul masjid, ada shalat intidor 2 raka'at terus menerus sampai imam naik mimbar, lalu setelah shalat jum'at ada shalat rawatib.

Sedangkan pada shalat Id, kita datang ke mushola, lalu duduk, shalat dan mendengarkan khutbah. Tetapi kadang kita melihat orang yang datang ke lapang shalat 2 raka'at, tentu pertanyaannya shalat apa ? Karena itu harus kita beri tahu.

4. MENYEMBELIH HEWAN KURBAN.

Rasulullah melaksanakan shalat Id di masjid selama hidupnya hanya satu kali ketika ada hujan. Kita dekat kepada Allah tidak terikat dengan satu tempat yang namanya masjid, dalam kacamata Islam, seluruh bumi yang kita injak adalah masjid, kullu ardin masjidun, bahwa setiap tanah adalah tempat sujud.
Diupayakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha di lapang terbuka.

Mendengarkan khutbah pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha hukumnya sunah, artinya jika kita sesudah mengikuti shalat Id 2 raka'at, apabila kita ada keperluan yang urgen, kita meninggalkan tempat, tidak mendengarkan khutbah, maka sudah dianggap sah melaksanakan shalat Id.

Selesai kita melaksanakan shalat Id, QS. Al Kausar (108):2 "Shalat Id karena Tuhanmu dan ibadah menyembelihlah karena Tuhanmu", Al Qur'an menyebutnya nahar, satu jenis ibadah menyembelih, kita sering menyebut kurban.

Kalau kurban maknanya pendekatan diri kepada Allah, pendekatan diri bisa dengan apa saja, karenanya dulu Nabi Adam kurban tidak hanya dengan hewan saja, tetapi juga dengan hasil bumi, jaman nabi Idris pendekatan diri kepada Allah atau kurban dengan biji-bijian, di jaman nabi Nuh pendekatan diri kepada Allah atau kurban dengan makanan, di jaman nabi Ibrahim pernah dengan roti dan menyembelih binatang.

Itu namanya kurban dengan apa saja, kalau nahar pendekatan diri kepada Allah yang dinamakan kurban salah satu jenis ibadahnya yaitu menyembelih, jadi khusus menyembelih.

Karena ibadahya menyembelih, maka tidak bisa diganti dengan uang, ada suatu wacana, kalau menurut rasio uang lebih praktis, uang 20 jt dapat disakuan, rapih, dan sudah barang tentu uang lebih dibutuhkan, tetapi kalau sapi harus dikasih makan, harus diurus, ada BAB dlsb., ini baru wacana dari sebagian orang.

Kurban bagi umat Muhammad, nafsul ibadahnya adalah nahar, menyembelih, jadi kalau diganti dengan uang, uang mah tidak bisa disembelih !
Makanya kalau kurban diganti dengan uang akan hilang essensi ibadahnya, oleh karena itu akal pikiran manusia jangan terlalu jauh ikut campur karena ibadah tersebut sudah jelas nas nya.

Berbeda dengan zakat fitrah, bisa dikiaskan, kurma diganti dengan beras, dulu zakat fitrah dengan makanan pokok gandum, kurma, dikiaskan, itu ijtihad, diganti dengan beras, beras diganti dengan uang, ini bisa karena zakat adalah ibadah memberikan, dalam teori fikih namanya ta'wil ba'id.

Contoh lain, kalau kita membeli perhiasan emas, maka kita harus mengeluarkan zakatnya 2,5 persen, kita tidak harus memotong emas itu seberat 2,5 persennya, tetapi bisa diganti dengan uang senilai itu. Kalau kurban, aqiqah, hadyu tidak bisa dita'wilkan karena akan hilang essensi ibadahnya.

Ibadah itu macam-macam, ada ibadah jalan kaki dan lari-lari kecil itu towaf, ibadah lari itu sa'i, ibadah melempar itu jumrah, ibadah tidur itu mabit di Mina dan Musdalifah dan ibadah menyembelih yaitu nahar, aqiqah dan hadyu.

Bagi yang sudah melaksanakan ibadah haji, bila kita pergi ketempat penyembelihan hewan kurban di Arab Saudi kita akan menyaksikan banyak daging domba dan hewan kurban lainnya tidak terbagikan sampai membusuk, kita berpikir sayang, kita juga berpikir apakah kurbannya jadi? kurban penyebelihannya tetap sah, adapun urusan pebagian daging itu urusan ibadah yang berikutnya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, diawal Islam, ibadah menyembelih dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan shalat Id di tanah lapang, jadi menyembelih dulu baru shalat, ini dikarenakan kondisi masyarakat pada waktu itu masih miskin, imannya masih lemah, oleh karena itu Nabi bersama istrinya, Siti Khodijah mengajak masyrakat "mari makan, setelah makan baru ngaji", karena kalau mari ngaji baru makan akan banyak yang tidak hadir. Jadi yang berkaitan dengan kurban, pada waktu itu "mari menyembelih, mereka pada hadir, setelah itu baru shalat Id".

Namun sesudahnya turun QS Al Kausar (108) : 2, Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah), maka ayat ini menghapus (nasih) terhadap hukum sebelumnya menjadi shalat Id terlebih dulu, sesudah itu baru menyembelih hewan kurban dan berlaku sampai sekarang.

5. JENIS HEWAN KURBAN YANG DISEMBELIH.

QS Al Hajj (22) : 36, "Dan unta-unta itu kami jadikan untukmu bagian dari syiar Agama Islam, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu menyembelihnya). Kemudian apabila telah rebah (mati) maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikian kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersukur"

Karena ibadah itu ibadah nahar, ibadah menyembelih, apa yang disembelih, maka Al Hajj ayat 36 menunjukkan kepada kita tentang apa yang dikurbankan bagi ummat Muhammad, tujuan berkurban, manfaat dari binatang, cara menyembelih, kapan makan daging kurban, dan siapa yang berhak menerima daging kurban.

Ummat Muhammad kurban dengan hewan, tidak dengan makanan atau hasil bumi seperti ummat-ummat sebelumnya.

Didalam ayat lain dijelaskan binatang yang bagaimana, sebab binatang itu banyak, disitu dijelaskan binatang ternak yang berkaki empat.

Ayam tidak boleh untuk kurban walau diternak karena kakinya cuma dua, gajah tidak boleh untuk kurban, karena gajah binatang liar, bagaimana kalau kuda ? Diwaktu jaman Nabi kuda, sapi, sudah ada, tetapi Nabi tidak menyuruh kurban dengan kuda, karena Allah menyebut dalam Al Qur'an, kuda, himar dan bigol itu binatang kendaraan untuk ditunggangi, karenanya tidak boleh kurban dengan kuda, karena tidak ada keterangannya.
Selanjutnya, bolehkah kurban dengan kerbau ? kakinya 4, kerbau diternak, kerbau binatang sejenis sapi cuma beda warna kulitnya. Dalam teori fikih bila kita kurban dengan kerbau, diqiaskan dengan sapi, karena sama-sama binatang ternak berkaki 4.

Apa tujuan kurban ?

Bahwa kurban itu adalah syiar Alah, untuk meramaikan, menghidupkan ajaran Allah, apa manfaat binatang kurban itu ? Pada binatang kurban banyak sekali manfaatnya, binatang itu bisa dimanfaatkan tenaganya, bisa diambil dagingnya, bisa dipakai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sapi siap untuk melepaskan nyawanya yang hidup hanya sekali didunia demi kepentingan manusia, agar manusia bisa beribadah. Kita patut bersukur, bukan sukur kepada sapi, tetapi sukur kepada yang menciptakan binatang itu, karena kalau dibalikkan belum tentu kita siap "dipeuncit" untuk kepentingan sapi ! Pntn.

6. CARA PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN

Bagaimana cara penyembelihannya menurut syari'at Islam ?
"Sebut nama Allah", kalau tidak menyebut nama Allah berarti sembelihannya itu haram, ada bacaan yang panjang, yang pertengahan dan ada yang pendek :

1. Bismillahi Allohu Akbar Allohumma minka wa ilaika. (Demi namaMu ya Allah, Engkau Maha Besar, binatang ini dari Mu, dan binatang ini dipakai ibadah kepadaMu).
2. Bismillahi Allohu Albar.
3. Bismillah.

Binatang ini mati atas nama Allah, kalau sudah baca Bismillah tidak boleh dipotong lagi.
Kalau memahami ayat diatas QS Al Hajj 36, menyembelih unta sambil berdiri, memang cara menyembelih unta begitu, algojonya menyembelih leher bagian bawah, dekat perutnya, nanti unta akan rebah sendiri kalau sudah lemas dan mati.
Sedangkan untuk cara penyembelihan sapi, domba, kerbau dalam keadaan berbaring.

Kapan kita boleh memakan daging kurban ?
Apabila binatang itu telah betul-betul mati, silahkan makan dagingnya, artinya jangan sekali-kali mengambil daging dari binatang kurban itu, apa telinganya, kakinya, ekornya atau apa saja dalam kondisi binatang itu belum betul-betul mati, maka binatang itu bangkai dan haram untuk dimakan. Kenapa ? Karena akhir hayatnya bukan dari sembelihan tadi tetapi akhir hayatnya dekat dengan pisau yang mengambil bagian tubuh itu.

Sama halnya dengan menyembelih ayam, ayamnya belum mati dimasukkan air panas dan mati oleh air panas itu, maka ayam itu adalah bangkai dan haram untuk dimakan.
Ada suatu teori fikih : Pokok dalam setiap kejadian itu, diukur dengan waktu yang paling dekat, jadi jika sapi matinya karena pisau yang memotong telinganya (misal), ayam mati karena air panas bukan oleh pisau sembelihan, maka itu bangkai.

Beda ceritanya, apabila kita akan menyembelih kerbau, kerbaunya ngamuk lari kejalan, kerbau ketabrak stum, sebelum kerbau mati kita ambil silet, kita sembelih kerbau itu dengan niat menyembelih dan menyebut nama Allah, maka kerbau itu halal. Sekalipun walau tidak dipotong dengan silet kerbau itu akan mati.

Karena itu Al Qur:an menjelaskan jangan sekali-kali mengambil daging kurban sebelum betul-betul mati, apabila binatang sudah mati, silahkan makan karena sudah halal.
Rasulullah kalau kurban bikin tungku, daging dibakar diatas tungku (disate), sedangkan Ali bin Abi Thalib kalau makan daging kurban dicampur dengan air (digulai).

7. YANG BERHAK MENERIMA DAGING KURBAN.

Ada 3 golongan yang berhak menerima daging kurban :

1. Yang berkurbannya ; jangan salah persepsi yang berkurban tidak boleh makan daging kurban, bukankah itu syiar ? sedang mera!aikan.

2. Berikankanlah kepada koni, koni itu banyak.
- Al Muta'afif ; orang miskin yang menjaga diri ketika kurban disembelih, dia tidak keluar rumah, termasuk jaga dengan anak-anaknya, karena mall kepada orang lain, takut disangka mau daging.
- Man khaulaka ; orang disekitar kita, tetangga muslim maupun non muslim.
- Al Ghani ; orang kaya, jadi orang kaya pun boleh diberi daging kurban, cuma Ibn Mas'ud memberikan etika, kalau kepada orang miskin namanya shodaqoh, kepada orang kaya namanya hadiah.
Bagaimana kalau orang kaya itu juga menyembelih kurban ? Rasulullah menjelaskan, sekalipun tetangga menyembelih, orang kaya menyembelih, bagilah daging kurban dari kita, dan barangkali tetangga kita juga akan membagi kepada kita.

3. Mu'tar ; orang yang minta-minta, orang miskin yang menampakkan diri lalu minta.

Selanjutnya, bagaimana terhadap yang namanya panitia ? Didalam ibadah kurban berbeda dengan zakat fitrah, ada amil zakat, tapi dalam ibadah kurban tidak ada "amil kurban".
Panitia boleh diberi, tapi dalam kategori karena dia tetangga, atau orang kaya, atau mungkin karena syi'arnya yang disebut kategori koni.
Disini mesti diluruskan, sebab kalau tidak diluruskan nanti ada anggapan bahwa panitia ada hak untuk menerima, padahal dalam ibadah kurban tidak ada yang namanya seperti "amil kurban".

Kesimpulannya, daging kurban dibagi 3 :
1/3 untuk yang berkurban ;
1/3 untuk koni ;
1/3 untuk mu'tar.
Untuk yang berkurban lebih sedikit dari 1/3 nya itu lebih baik.

8. KRITERIA HEWAN KURBAN/PERUTUKANNYA.

Hewan kurban mesti baik, mulus, bagus, sehat, Rasulullah berkurban dengan seekor gibas, tanduknya rangeteng (bhs sunda), branggah (bhs jawa), tidak patah, tidak dikebiri, binatang itu makan dengan mulutnya yang hitam (rampus), sehat, berjalan dengan kaki yang hitam (tidak pincang), melihat dengan mata yang hitam (tidak buta).
Seekor hewan kurban untuk berapa orang ?
Ibnu Abbas menjelaskan, kami beserta nabi, dan kami berada dalam suatu penyembelihan, sapi untuk 7 orang, unta untuk 10 orang dan kambing untuk satu orang.

Muncul ijtihad, kenapa sapi untuk 7 orang, unta untuk 10 orang dan kambing untuk satu orang, akal berpikir, karena perbedaan dagingnya, akhirnya jadi melebar, kalau ada sapi sebesar unta, bisa untuk berkurban sejumlah 10 orang, kalau ada domba sebesar sapi maka bisa untuk berkurban 7 orang.

Berarti kalau ukurannya pada besar dan kecilnya daging, kalau beli sapi sebesar domba, harus untuk satu orang, tapi akal tetap menjawab, walaupun jika ada domba sebesar sapi namanya tetap domba dan kalau ada sapi sebesar domba tetap namanya sapi. Karena sudah disebut jenis binatangnya, akal jangan terlalu ikut ngatur tentang ijtihad, takut salah karena nas nya sudah begitu.

Kalau begitu, mending ku sapi leutik keur 7 an, sehingga uang tidak besar, sekecil-kecil apapun tetep sapi untuk 7 an, adapun urusan yang kecil 15 jt, yang besar 25 jt, urusan besar kecil pahala adalah urusan Allah, yang penting kita berkurban dengan binatang yang sah, bukankah ada infak dan ada infak yang baik ? Infak yang baik, jika menginfakkan sesuatu, menginfakkan barang kita cintai, menginfakkan barang yang tidak kita cintai infaq juga. Berkurban dengan kambing yang kecil sah, dengan kambing sebesar sapi juga sah, urusan pahala adalah urusan Allah, jadi kurban dengan sapi yang besar belum tentu diterima, tapi kurban dengan sapi kecil mungkin diterima, karena ukurannya bukan dagingnya tapi ketakwaannya.

Kalau bisa kurban yang bagus, tapi hakekatnya ketakwaan, bahwa tidak sampai kepada Allah darah dan dagingnya, tapi yang sampai kepada Allah adalah ketakwaan.

9. MEMAKAN DAGING KURBAN.

Makan daging kurban jangan lebih dari 3 hari, jadi kalau pada hari ke 4 masih ada daging kurban tdk boleh dimakan, pasti ngahuleng nya !
Ini untuk ummat terdahulu, dahulu yang berkurban sedikit, yang menerima banyak, maka sabda Rasulullah, barangsiapa yang berkurban, maka tidak boleh lebih dari 3 hari dirumahnya masih ada sisa daging.
Ketika yang berkurban banyak, hukum dirubah, silahkan makan daging kurban itu, sesudah dimakan oleh kita masih ada sisa berikan kepada orang lain, masih ada sisa simpan di freezer, masih ada sisa dibuat dendeng.
Kenapa aturan dirubah ?
Karena jaman dulu ummat banyak yang miskin, banyak yang perlu bantuan, sedangkan yang kurban sedikit, sedangkan perkembangan selanjutnya, banyak yang berkurban, masyarakat makin makmur, karenanya bagi yang kurban sekarang pintu depan dan belakang terbuka untuk menerima daging kurban dari mana-mana bisa diterima tanpa ada batas waktu.

Hadits riwayat Ahmad menjelaskan "jangan sekali-kali daging kurban itu dijual, jangan kamu menjual daging hadyu, daging kurban, tetapi makan dan shodaqohkan".
Jadi tidak boleh menjual daging kurban, andaikata ada hewan kurban disembelih, lalu disisit, dagingnya sudah keluar sekian kilo, lalu kita berpikir daripada kita repot, jual saja daging itu ke jagal, kemudian jadi uang, dibagikan, itu tidak boleh, sebab akan menghilangkan essensi ibadahnya.

Namun jika saya menerima daging kurban dari beberapa orang qurbani, daging kurban yang terkumpul sudah bukan daging kurban lagi, tetapi daging milik saya. Kalau sudah menjadi milik saya, mau dimakan boleh, mau diberikan kepada orang lain boleh, mau dijual juga silahkan, jadi disini yang sangat penting lepaskan dulu kepemilikannya dari status daging kurban menjadi daging milik seseorang.

Bersenang-senanglah dengan kulitnya dan jangan pula dijual, namun Imam Nawawi dengan ijtihadnya, boleh dijual, tapi nas nya adalah, bersenang-senanglah dengan kulitnya dan jangan dijual.

Di masyarakat umum yang berkurban kulitnya suka dijual, tapi karena ada nas ini, silahkan dijual tapi daging atau kulit itu harus jadi kondisi menjadi bukan daging kurban lagi.
Solusi lainnya yang berkaitan dengan kulit hewan kurban, seperti kita ketahui bahwa dari 3 golongan yang berhak menerima daging kurban ialah yang berkurban, koni dan mu'tar, misalnya kulit itu diberikan kepada yang minta-minta, oleh orang tersebut dijual itu tidak masalah. Coba bandingkakan jika kulit itu dijual ke jagal oleh yang berkurban, ini jelas sekali bedanya dengan dijual oleh yang menerima shodaqoh kulit itu.

Karena itu untuk menyelamatkan alur-alur ibadah ini, maka lakukanlah alur itu, daging dan kulit diberikan kepada yang menerima, setelah diberikan mau diapakan silahkan.

10. KURBAN DENGAN HEWAN BETINA.

Dulu ada orang sangat miskin, dia datang kepada Rasulullah, lalu dia bertanya : "Rasulullah, aku hanya punya seekor binatang, itupun betina, apakah aku mesti menyembelihnya ?" Rasulullah menjawab"Tidak usah, tapi jangan sampai kamu tidak berbuat sesuatu, potonglah kukumu, guntinglah kumismu, gundulilah rambut kemaluan kamu, dengan cara itu sempurnalah kurban kamu disisi Allah".

Orang lain potong domba, kita potong kumis, kenapa ? Saking tidak adanya untuk kurban, artinya begini, kurban itu kan ajaran nabi Ibrahim yang dilanjutkan oleh ajaran Muhammad, ajaran nabi Ibrahim itu banyak, potong kuku, gunting kumis, mencabut bulu ketiak, menggunduli rambut kemaluan, khitan, maka disaat orang lain sedang melaksanakan milah Ibrahim, masih ada milah Ibrahim yang lain yang dapat kita lakukan.

Jangan sampai tidak dapat melakukan sama sekali, milah Ibrahim yang mahal bikin masjid, yang sedang ibadah haji, milah Ibrahim yang tidak bermodal potong kuku, potong kumis, karena itu jangan memaksakan diri kalau seandainya kita tidak mampu.
Peringatan dari nabi kepada orang yang punya keleluasan tetapi tidak berkurban, nabi menjelaskan dekat-dekat ketempat shalat kami.

Wal-'Llahu a'lam.

(Dirangkum dari kuliah dhuha 6 September 2015 di Masjid Istiqomah, pemateri KH Dr. Dedeng Rosyidin, M.Ag.)

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al i...