Jumat, 28 Desember 2018

Tasawuf dan Gerakan Pemalsuan Sufi

Prof. Dr. Sayyid Muhammad alwi al-Maliki dalam bukunya “Pemahaman yang Harus diluruskan” mengatakan bahwa tasawwuf sering dipandang negatif oleh sebagaian muslim. Sufi dengan tasawwufnya adalah bukan bagaian ajaran Islam, oleh karenanya ia adalah bid’ah dholalah.

Padahal hakikat benih-benih ajaran tasawwuf banyak bertaburan dalam al-Qur’an. Menurut Dr. Syamsuddin Arif (peneliti INSIST) banyak bertaburan ayat-ayat yang mengajarkan zuhud, dzikir, tawakkal, mengutamakan kebahagiaan akhirat, pertemuan dengan Allah, dan lain sebagainya, yang semuanya ini adalah bagaian dari konsep tasawwuf.

Masih menurut Dr. Syamsuddin Arif, justru pernyataan yang mengatakan bahwa ajaran para sufistik ini tidak dari rahim Islam adalah pendapat dari para orientalis. Adalah Margareth Smith seorang orientalis yang menyatakan bahwa tasawwuf produk samping dari persinggungan antara Islam dengan tradisi agama-agama tua sekelilingnya semisal Yahudi dan Keristen.

Kemudian Alferd von Kremer, R.C orientalis yang beranggapan bahwa tasawwuf lahir dari ajaran Upanishad dan Vedanta Hindu. Ignaz Goldziher dengan teorinya bahwa tasawwuf pengaruh ajaran Budhaisme karenan mengajarkan prilaku menolak keduniaan atau asketisme dan pola hidup sederhana.

Dan masih banyak teori orientalis lainnya semisal tasawwuf hasil dari akulturasi budaya Helenisme, tasawwuf wujud reaksi nasionalisme Arya terhadap dominasi bangsa Smith dan terakhir bahwa sufisme adalah amalgasi (percampuran) dari ajaran India (Budha dan Hindhu), Persia (zoroastrianisme), Nasrhani, Neo Platonisme, Pseudo-Ariestotelisme, dan Gnotisisme, hasilnya adalah Singkretisme. (Dr. Syamsuddin Arif, Orientalisme dan Diabolisme Pemikiran, hal. 58)

Hakikat sufisme

Beberapa kutipan pernyataan ulama ahli sufi di bawah ini akan menunjukkan bahwa tasawwuf adalah ajaran sah dan bagian dari Islam.

Tasawwuf sendiri menurut Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad adalah hijarahnya seorang hamba dari akhlak tercela menuju akhlak mulia. Seorang sufi kamil (sempurna) adalah orang yang membersihkan amal, perkataan, niat dan akhlak dari riya’, dan segala yang dapat menimbulkan murka Allah, pun pula pendekatan dhohir dan bathin kepada Allah. (Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad, Nafaisu al-uluwiyyah fi al-masail al-shufiyyah wattakhafu al-saail bi jawab al-masaail, hal 103),

Syaid Muhammad alwi al-Maliki ulama’ muhadits menyatakan: “kami mengenal tasawwuf sebagai madrasah ilmiah dan ilmu pengetahuan. Tassawuf juga merupakan metodologi, praktik tasawwuf adalah wawasan tertinggi dari khazanah pemikiran Islam. Tasawwuf juga merupakan sisi yang sempurna dari peradaban dan cita-cita Islam. Ia juga merupakan gambaran kesempurnaan keimanan dan berbagai sisi kehidupan muslim”. (Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Pemahaman yang Harus diluruskan, hal. 67)

Al-Imam Junaid al-Baghdadi imam para sufi berkata: “semua jalan telah tertutup bagi makhluk kecuali mereka yang mengikuti jejak Rasulullah Saw, sunnahnya, dan setia pada jalan yang ditempuh beliau. Karena semua jalan kebaikan terkuak untuk beliau dan mereka yang mengikutinya”. (Al-Hafidz Abi Ahmad bin Abdillah al-Ishhafani, Hilyah al-Auliya’ wa Thaqat al-Ashfiya‘)

Syaikh Dzunnun al-Mishri berkata: ” pokok pembicaraan tasawwuf ada empat yaitu, cinta kepada Allah yang Maha Agung, benci kepada dunia, mengikuti al-Qur’an, khawatir menjadi manusia tercelaka dan takut menjadi kafir”.

Abu yazid al-Bustami berkata: “jika engkau memandang seseorang diberi kelebihan hingga mampu terbang ke udara, janganlah engkau tertipu sampai engkau melihat bagaimana sikapnya kepada perintah dan larangan Allah, menjaga batas-batas yang digariskan Allah dan pelaksanaan terhadap syariah”. Inti tasawwuf ialah istiqamah pada adab syariah dengan dalil yang shahih (istiqamah ‘ala adabi al-syariah al-tsabitati bi al-adillati al-shahihati). (Syaikh Hasyim Asy’ari, al-Duraru al-Muntatsiru fi al-Masaail al-tis’a ‘asyarah”, hal. 06)

Dari beberapa pernyataan para ulama sufi di atas dapat disimpulkan; bahwa hakikat sufisme adalah sebuah metode beribadah kepada Allah dalam rangka menuju ridho Allah, dengan meningkatkan kwalitas tuntunan syariah yang ada. Menurut Dr. Ugi Suharto (Pendiri INSIST), mereka (para sufi) berusaha menerapkan ajaran syariah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasul Saw baik dhohir maupun bathinnya.

Justifikasi Psuedo sufi

Pendapat negatif dan tendensius orientalisme tentang ajaran sufi di atas, ironisnya diamini oleh sebagaian kelompok yang mengklaim dirinya bagian dari sufi. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa tasawwuf dibangun diatas konsep cinta humanistik, perdamaian dan toleransi.

Bagi tareqat yang demikian, aqidah agama dipinggirkan, diganti dengan nilai-nilai humanisme. Yang terpenting bagi aliran tasawwuf ini adalah cinta, damai dan toleransi selalu terwujud, meski akidah hasrus digadaikan. Ujung dari aliran tassawwuf ini adalah pluralism. Aliran tassawuf ini menjustifikasi kebenaran teori Orientalisme yang berasumsi bahwa sufisme adalah amalgasi dari ajaran Hindu, Budha, Zoroastrianisme, Nashrani, Neo Platonisme dan Gnotisisme.

Sebagian kelompok lagi berkeyakinan bahwa apa bila seorang sufi sudah mencapai puncak kecintaan kepada Allah, dan hatinya jernih selalu mengingat kepada Allah tanpa sedikitpun lupa, sehingga ia bisa memilah antara iman dan kufur, maka ia terbebas dari menjalankan syariat perintah dan larangan Allah. Mereka juga berkeyakinan bahwa Allah tidak akan memasukkan ia ke neraka sebab dosa besar yang ia lakukan. Mereka berkata, “kita sudah tidak lagi melaksanakan ibadah dhohir, adapun ibadah kita adalah ibadah dengan berfikir dan melaksanakan kebaikan akhlak batin.

Sebagain lagi berkeyakinan bahwa para sufistik bisa ber-hulul dan ittihad (Allah bisa bertempat pada diri makhluq). Juga ada yang berkeyakinan bahwa adanya proses reinkarnasi (tanasukh al-arwah), dan pindahnya arwah ke alam keabadian dalam diri seseorang dari badan yang satu ke badan yang lain.

Tiga contoh golongan sufi menyimpang di atas adalah bukti justifikasi ajaran sufi atas teori orientalisme terhadap sufisme. oleh karenanya mereka bukanlah sufi yang sejati, tapi tidak lebih dari pseudo sufi (sufi palsu).

Menurut Syaikh Hasyim Asyari dalam kitab Risalah Ahlu sunnah wal Jamaah, kelompok kedua dari pseudo sufi adalah golongan ibahiyyun. Yaitu golongan menyimpang yang membolehkan untuk meninggalkan kewajiban syariat. Menurut Syaik Muhammad dalam syarah Ihya’ golongan demikian ini hukumnya sesat, zindiq dan kufur. Sedangkan golongan ketiga adalah bodoh-bodohnya sufi dan hukum mereka adalah kufur nyata (kufr sharih).

Kesimpulan

Hakikat ajaran sufi memiliki landasan dasar yang kuat dalam sumber hukum Islam, Oleh karenanya ulama’ salaf assholih melaksanakanmya. Gambaran negatif tentang sufisme yang digaungkan sebagaian kelompok anti sufi adalah buah karya teori tendensius para orientalisme. Namun tidak dapat dipungkiri ada golongan sufi menyimpang yang mengamini teori orientalis tersebut. Oleh karenanya mereka yang mengamini teori orientalisme terahdap ajaran sufistik bukanlah sufi, melainkan pseudo sufi.
(Muhammad Saad/tasawufgarislurus.com)

Jumat, 14 Desember 2018

Tukang Kapak Tunggu Mayat 40 Hari

Alkisah seorang Konglomerat yang sangat kaya raya menulis surat wasiat: "Barang siapa yang mau menemaniku selama 40 hari di dalam kubur setelah aku mati nanti, akan aku beri warisan separuh dari harta peninggalanku."
Lalu ditanyakanlah hal itu kepada anak-anaknya apakah mereka sanggup menjaganya di dalam kubur nanti.

Tapi anak-anaknya menjawab, "Mana mungkin kami sanggup menjaga ayah, karena pada saat itu ayah sudah menjadi mayat."

Keesokan harinya, dipanggillah semua adik-adiknya. Dan beliau kembali bertanya, “Adik-adikku, sanggupkah diantara kalian menemaniku di dalam kubur selama 40 hari setelah aku mati nanti? Aku akan memberi setengah dari hartaku!"

Adik-adiknya pun menjawab, “Apakah engkau sudah gila? Mana mungkin ada orang yang sanggup bersama mayat selama itu di dalam tanah.”

Lalu dengan sedih Konglomerat tadi memanggil ajudannya, untuk mengumumkan penawaran istimewanya itu ke se antero negeri.

Akhirnya, sampai jugalah pada hari di mana Konglomerat tersebut kembali ke Rahmatullah. Kuburnya dihias megah laksana sebuah peristirahatan termewah dengan semua perlengkapannya.

Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang Tukang Kayu yang sangat miskin mendengar pengumuman wasiat tersebut. Lalu Tukang Kayu tersebut dengan tergesa-gesa segera datang ke rumah Konglomerat tersebut untuk memberitahukan kepada ahli waris akan kesanggupannya.

Keesokan harinya dikebumikanlah jenazah Sang Konglomerat. Si Tukang Kayu pun ikut turun ke dalam liang lahat sambil membawa Kapaknya. Yang paling berharga dimiliki si Tukang Kayu hanya Kapak, untuk bekerja mencari nafkah.

Setelah tujuh langkah para pengantar jenazah meninggalkan area pemakaman, datanglah Malaikat Mungkar dan Nakir ke dalam kubur tersebut.

Si Tukang kayu menyadari siapa yang datang, ia segera agak menjauh dari mayat Konglomerat. Di benaknya, sudah tiba saatnya lah si Konglomerat akan diinterogasi oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.

Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Malaikat Mungkar-Nakir malah menuju ke arahnya dan bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"

Aku menemani mayat ini selama 40 hari untuk mendapatkan setengah dari harta warisannya", jawab si Tukang kayu.

Apa saja harta yang kau miliki?", tanya Mungkar-Nakir.

"Hartaku cuma Kapak ini saja, untuk mencari rezeki", jawab si Tukang Kayu.

Kemudian Mungkar-Nakir bertanya lagi, "Dari mana kau dapatkan Kapakmu ini?"

"Aku membelinya", balas si Tukang Kayu.

Lalu pergilah Mungkar dan Nakir dari dalam kubur tersebut.

Besok di hari kedua, mereka datang lagi dan bertanya, "Apa saja yang kau lakukan dengan Kapakmu?"

"Aku menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar, lalu aku jual ke pasar", jawab tukang kayu.

Di hari ketiga ditanya lagi, "Pohon siapa yang kau tebang dengan Kapakmu ini?"

"Pohon itu tumbuh di hutan belantara, jadi ngak ada yang punya", jawab si Tukang Kayu.

"Apa kau yakin?", lanjut Malaikat.

Kemudian mereka menghilang.

Datang lagi di hari ke empat, bertanya lagi "Adakah kau potong pohon-pohon tersebut dengan Kapak ini sesuai ukurannya dan beratnya yang sama untuk dijual?"

"Aku potong dikira-kira saja, mana mungkin ukurannya bisa sama rata", tegas tukang kayu.

Begitu terus yang dilakukan Malaikat Mungkar Nakir, datang dan pergi sampai tak terasa sekarang 39 hari sudah. Dan yang ditanyakan masih berkisar dengan Kapak tersebut.

Di hari terakhir yang ke 40, datanglah Mungkar dan Nakir sekali lagi bertemu dengan Tukang kayu tersebut. Berkata Mungkar dan Nakir, "Hari ini kami akan kembali bertanya soal Kapakmu ini".

Belum sempat Mungkar-Nakir melanjutkan pertanyaannya, si Tukang kayu tersebut segera melarikan diri ke atas dan membuka pintu kubur tersebut. Ternyata di luar sudah banyak orang yang menantikan kehadirannya untuk keluar dari kubur tersebut.

Si Tukang Kayu dengan tergesa-gesa keluar dan lari meninggalkan mereka sambil berteriak, "Kalian ambil saja semua bagian harta warisan ini, karena aku sudah tidak menginginkannya lagi."

Sesampai di rumah, si Tukang Kayu berkata kepada istrinya, "Aku sudah tidak menginginkan separuh harta warisan dari mayat itu. Di dunia ini harta yang kumiliki padahal cuma satu Kapak ini, tapi Malaikat Mungkar-Nakir selama 40 hari yang mereka tanyakan dan persoalkan masih saja di seputar Kapak ini. Bagaimana jadinya kalau hartaku begitu banyak? Entah berapa lama dan bagaimana aku menjawabnya."

Dari Ibnu Mas’ud RA dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda, "Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, yaitu umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan kemana dibelanjakannya, ilmunya sejauh mana diamalkan?" (HR. Turmudzi)

Tasawuf Menuju Akhlak Baik

Tasawuf*: ialah mengeluarkan diri daripada akhlak yang buruk dan masuk dalam setiap akhlak-akhlak yang baik.

Apabila setiap hamba menghiaskan dirinya dengan sebaik-baik akhlak seperti yang dilakarkan dalam sunnah an-nabawiyah, serta menjauhkan dirinya dari akhlak lawannya daripada sifat-sifat mazmunah, maka inilah dinamakan sebagai seorang sufi.

Maka sesungguhnya tasawuf adalah runtunan daripada akhlak yang murni. Sesiapa yang menambah baik (mengajar) kamu tentang akhlak, maka mereka telah menambah (mengajarkan) kamu tentang tasawuf.

Di dalam sebuah hadits:

*أَثْقَلُ مَايُوْ ضَعُ فِي مِيْزَانِ ٱلْعَبْدِ يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ حُسْنُ ٱلْخُلُقِ*

Artinya: _”Amalan yang paling berat sekali yang akan ditimbang pada hari kiamat kelak adalah akhlak mulia.”_ [ Riwayat Imam Abu Daud (4799) dan Imam at-Tirmidzi (2003) daripada hadits Sayyidina Abu ad-Darda’ ]

Dalam riwayat lain:

*إِنَّ ٱلْمُؤْمِنَ لَيُدْ رِكَ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ ٱلصَّائِمِ ٱلْقَائِمِ*

Artinya: _”Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai derajat orang yang berpuasa di siang hari dan shalat di tengah malam.”_ [ Riwayat Imam Abu Daud (4798) daripada hadits ummul mu’minin Sayyidah ‘Aisyah ]

Al-Imam Al-Ghazali _rahimahullah_ telah menggariskan 10 sifat-sifat yang terpuji, iaitu:

1) Taubat

2) Khauf (Takut)

3) Zuhud

4) Sabar

5) Syukur

6) Ikhlas

7) Tawakal

8) Mahabbah (Kasih
Sayang)

9) Ridha

10) Dzikrul Maut
(Mengingat Mati)

*ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟﺼَّﻮَاﺏِ*
.
[ Hidayah At-Tholibin Fi Bayan Muhimmat Ad-Din_ lil Al-‘Allamah Al-Muhaqqiq Ad-Da’illallah Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith/aswajagarislurus.com ]

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al i...