Jumat, 25 Juni 2021

Filosofi dibalik Kisah Ular dan Gergaji

Seekor ular memasuki gudang tempat kerja seorang tukang kayu di malam hari. Kebiasaan si tukang kayu adalah membiarkan sebagian peralatan kerjanya berserakan dan tidak merapikannya.

Ketika ular itu masuk ke sana, secara tidak sengaja ia merayap di atas gergaji. Tajamnya mata gergaji menyebabkan perut ular terluka. Ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.

Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali. Serangan yang bertubi-tubi menyebabkan luka parah di bagian mulutnya. Marah dan putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya.

Ia pun lalu membelit dengan kuat gergaji itu. Belitan ini menyebabkan tubuhnya terluka amat parah, akhirnya ia pun mati binasa. Di pagi hari si tukang kayu menemukan bangkai ular di sebelah gergaji kesayangannya.

Sahabat, kadangkala di saat marah, kita ingin melukai orang lain. Setelah semua berlalu, kita baru menyadari bahwa yang terluka lebih parah sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Banyaknya perkataan yang terucap dan tindakan yang dilakukan saat amarah menguasai, sebanyak itu pula kita melukai diri kita sendiri.

Tidak ada musuh yang tidak dapat ditaklukkan oleh cinta kasih.
Tidak ada permusuhan yang tidak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tidak ada kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tidak ada batu keras yang tidak dapat di pecahkan oleh kesabaran.

Semua itu haruslah berasal dari diri kita. Dendam, benci, curiga/pikiran negatif apapun itu, sebenarnya bagaikan ular yang membelit gergaji, yang bisa terus menerus muncul dalam pikiran kita, menusuk dan membakar batin kita sendiri.

Latihlah setiap saat dan belajar untuk memaafkan, mampu dengan cepat melepaskan dan membuang sampah pengotor batin dan pikiran kita.

Demikianlah adanya...
Demikianlah kenyataannya...

Minggu, 20 Juni 2021

Surat Al Ashr: Kerugian Manusia dan Kesalehan yang Menghinakan

                                         Bacaan Surat Al Asr

(wal-'asr. innal-insana lafi khusr. illallazina amanu wa 'amilua-saalihaati wa tawaasau bil-haqqi wa tawaasau bis-sabr)


Artinya: “ Demi masa. sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”

Tiga point penting kajian

Dalam kajian terhadap kandungan surat Al-Ashr, terdapat 3 poin penting yang seharusnya kita cermati dan renungkan, yaitu: 

Pertama; Surat itu merupakan sebuah statemen Allah yang sangat serius karena diawali dengan kalimat penegasan (sumpah), yaitu "Demi masa". 

Kedua; Substansi surat itu adalah sebuah statemen dari Allah, bahwa "Manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali..." 

Dan ketiga: Manusia akan benar-benar merugi apabila ia tidak melakukan 3 hal, yaitu (1) beriman, (2) beramal shalih, dan (3) saling menasehati antar sesama manusia.

Statemen Allah itu tidak dinyatakan dengan kalimat "Sesungguhnya manusia yang beruntung adalah yang ...", tetapi dinyatakan dengan kalimat "Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali ...

Hal itu tentu akan sangat berbeda bila disampaikan dengan kalimat "Kalian akan beruntung bila disiplin", karena bisa jadi bila disiplin akan dinaikkan pangkatnya.

Apabila seseorang hanya beriman saja (yakni hanya shalat, dzikir, iktikaf, puasa, dan ibadah mahdhah lainnya), tetapi tidak beramal shaleh (yaitu peduli, empati, membantu, membahagiakan sesama, dst) maka ia akan mengalami kerugian.

Dan demikian pula apabila seseorang hanya beriman dan beramal shaleh, tetapi tidak menasehati atau mengingatkan antar sesama manusia yaitu "amar makruf nahi munkar", maka ia juga dikatakan mengalami kerugian.

Sesungguhnya esensi dari surat Al-Ashr adalah Allah SWT memberi perintah kepada manusia untuk melakukan 3 hal secara pararel dan seimbang, yaitu (1) beriman, (2) beramal shaleh, dan (3) saling menasehati. Dalam konteks "hablum minallah wa hablum minannas", maka perintah untuk "beriman" adalah hablum minallah (hubungan baik dengan Tuhan). Sedangkan perintah untuk "beramal shaleh" dan "saling menasehati" adalah hablum minannas" (hubungan baik dengan sesama manusia).

Kesalehan yang menghinakan

Kesalehan yang terkait dengan hablum minallah pada hakekatnya merupakan kesalehan individual. Sedangkan kesalehan yang terkait dengan hablum minannas pada hakekatnya merupakan kesalehan sosial.

Kesalehan individual dan kesalehan sosial harus dilakukan oleh manusia secara bersamaan. Tidak dibenarkan seseorang hanya tekun shalat, dzikir, iktikaf, dan puasa, tetapi apatis terhadap persoalan-persoalan sosial. Karena orang tidak peduli dengan persoalan-persoalan sosial akan mendapatkan "kehinaan". 

Allah berfirman: "Ditimpakan atas mereka "kehinaan" dimana saja mereka berada, kecuali kalau mereka berhubungan baik dengan Allah dan berhubungan baik pula dengan sesama manusia" (QS. Ali Imran 112).

Dan apabila seseorang telah melaksanakan ketiga perintah Allah itu, maka ia bisa dikatakan telah beragama (memahami dan mengamalkan) Islam secara Kaffah (menyeluruh).

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh". Pengertian menyeluruh disini adalah melaksanakan Hablum Minallah dan Hablum Minannas.

Kesalehan yang terkait dengan hablum minallah pada hakekatnya merupakan kesalehan individual. Sedangkan kesalehan yang terkait dengan hablum minannas pada hakekatnya merupakan kesalehan sosial.

Kesalehan individual dan kesalehan sosial harus dilakukan oleh manusia secara bersamaan. Tidak dibenarkan seseorang hanya tekun shalat, dzikir, iktikaf, dan puasa, tetapi apatis terhadap persoalan-persoalan sosia. Karena orang tidak peduli dengan persoalan-persoalan sosial akan mendapatkan "kehinaan". Allah berfirman: "Ditimpakan atas mereka "kehinaan" dimana saja mereka berada, kecuali kalau mereka berhubungan baik dengan Allah dan berhubungan baik pula dengan sesama manusia" (QS. Ali Imran 112).

Dan apabila seseorang telah melaksanakan ketiga perintah Allah itu, maka ia bisa dikatakan telah beragama (memahami dan mengamalkan) Islam secara Kaffah (menyeluruh).

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh". Pengertian menyeluruh disini adalah melaksanakan Hablum Minallah dan Hablum Minannas.

Lantas bagaimana dengan sinyalemen para ulama bahwa hanya sedikit di antara kaum muslimin yang memahami dan mengimplementasikan surat Al-Ashr? 

"Orang-orang Muslim banyak yang terjebak dalam masalah-masalah ritual, dan tidak peka terhadap masalah-masalah sosial. Padahal Allah memerintahkan untuk Hablu Minallah Wa Habluminan naas secara seimbang". Hal inilah yang menyebabkan kaum muslimin mengalami ketertinggalan di berbagai bidang.

Dalam agama Islam "hablum minannas" mempunyai posisi yang istimewa. Bahkan kesalehan sosial lebih diutamakan daripada kesalehan individual. Penghambaan seorang hamba tidak akan sampai kehadirat Allah Swt apabila ia tidak berhubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas).

Mereka yang mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk kebaikan (kemaslahatan) umat manusia dikatakan oleh Rasulullah sebagai sebaik-baiknya manusia. Rasulullah bersabda, "Khairunnas anfa'uhum linnas"- Sebaik-baik kalian adalah yang paling banyak manfaatnya buat orang lain - (HR. Ibnu Hajar al-Asqalani).

Semoga kaum muslimin merenungi tiga perintah Allah ini, sehingga akan terwujud Islam sebagai Agama Rahmatan Lil 'Alamin. Agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. Apatah lagi terhadap sesama manusia.///

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al i...