Jumat, 31 Desember 2021

Jangan Menutup Mata atas Kebenaran dan Kesalahan

Saudaraku,
Kita semestinya mengakui kebenaran seseorang tanpa menutup mata atas kesalahannya. Jangan sampai kebencian kita menutup mata kita tentang kebenaran orang lain. 

Demikian pula cinta, hanya karena cinta yang berlebihan menutup kesalahan orang yang dicintainya. Semuanya memiliki kebenaran dan kesalahan, karena itu bertindaklah dengan adil...

Salah satu tantangan berat yang sering menjadi persoalan kita adalah kecintaan dan kebencian secara berlebihan, seringkali dapat menyebabkan kita tidak dapat besikap adil hingga muncul perbuatan zalim...

Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya melarang kezaliman dalam bentuk apapun dan wajib untuk berbuat adil dalam segala sesuatu, Allah Azza wa Jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”
(QS. Al Maidah: 

Saudaraku,
Perbuatan zalim menyebabkan pelakunya mendapat keburukan di dunia dan di akhirat, di antaranya:

Orang yang berbuat zalim akan diqishash pada hari kiamat. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya,

أتدرون ما المفلِسُ ؟ قالوا : المفلِسُ فينا من لا درهمَ له ولا متاعَ . فقال : إنَّ المفلسَ من أمَّتي ، يأتي يومَ القيامةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزكاةٍ ، ويأتي قد شتم هذا ، وقذف هذا ، وأكل مالَ هذا ، وسفك دمَ هذا ، وضرب هذا . فيُعطَى هذا من حسناتِه وهذا من حسناتِه . فإن فَنِيَتْ حسناتُه ، قبل أن يقضيَ ما عليه ، أخذ من خطاياهم فطُرِحت عليه . ثمَّ طُرِح في النَّارِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”. Para sahabat pun menjawab, ”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda”. Nabi bersabda, ”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. 

Kelak segala kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.”
(HR. Muslim no. 2581).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezalimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya.”
(HR. Al-Bukhari no. 2449)

Orang yang berbuat zalim mendapatkan laknat dari Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman,

يَوْمَ لا يَنفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

“Yaitu hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk.”
(QS. Ghafir: 52)

Orang yang berbuat zalim akan mendapatkan kegelapan di hari kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ

“Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.”
(HR. Al Bukhari no. 2447, Muslim no. 2578).

Jangan sekalipun berbuat zalim karena terancam oleh doa orang yang dizalimi. Doa orang yang terzalimi dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla, termasuk jika orang yang terzalimi mendoakan keburukan bagi yang menzaliminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

“Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.”
(HR. Bukhari no.1496, Muslim no.19)

Orang yang berbuat zalim akan jauh dari hidayah Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”
(QS. Al Maidah: 51)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah membuka mata atas kebenaran dan kesalahan, senantiasa berbuat adil dan menghindari kezaliman untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.
Wallahua'lam bishawab...

Minggu, 19 Desember 2021

Penduduk Surga Pergi ke Pasar Setiap Jum'at

Terdengar aneh memang mendengar kalimat “Pasar Surga”. Iya jelas, karena kita masih berada di dunia.

Benarkah Ada Pasar di Surga? Seperti Apa Keadaan dan Keindahannya?
Keindahan dunia saja sudah membuat kita takjub, bagaimana dengan keadaan surga yang penuh kenikmatan dan keindahannya?

Alam surga bukanlah alam dunia, sehingga alamnya tak bisa dinalar dengan pemikiran manusia di dunia. Salah satu hal menakjubkan di surga – sebagaimana riwayat Rasulullah – adalah adanya pasar surga.

Diriwayatkan oleh Sayyidina Ali RA, Rasulullah Saw pernah bersabda: "Sesungguhnya di dalam surga terdapat pasar yang di dalamnya tidak ada pembeli dan penjual, kecuali beberapa bentuk (gambar-gambar) dari laki-laki dan perempuan. Ketika seseorang menginginkan bentuk (seseorang untuk dirinya), maka ia masuk di dalam pasar itu".

Bentuk dan keadaan dari surga-surga Allah Subhanahu wa ta'ala, sudah banyak dijelaskan dalam Al-Qur'an dan As Sunnah. Gambaran didalamnya terdapat kenikmatan dan waktu yang tiada batas . Semua itu diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala semata-mata hanya untuk hamba-hamba-Nya yang pantas mendapatkannya.

Salah satu tempat indah yang ada di surga ini, ternyata adalah pasar. Tentang keberadaan pasar di surga dijelaskan dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri.

Pasar di surga ini bahkan sudah disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadis yang diriwayatkan shahabat Anas bin Malik, nabiyullah bersabda,

“Sungguh di surga ada pasar yang didatangi penghuni surga setiap Jumat. Bertiuplah angin dari utara mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah, engkau semakin bertambah indah dan tampan.’ Mereka pun berkata, ‘Kalian pun semakin bertambah indah dan cantik’.” (HR. Muslim).

Lantas seperti apa pasar di surga ini? Apa yang diperjualbelikannya? Siapa pembeli dan penjualnya?

Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, yang dimaksud pasar dalam hadis nabi ialah tempat berkumpulnya penduduk surga. Di sana, para ahli surga berbincang dengan akrab. “Yang dimaksud pasar ialah tempat berkumpulnya manusia, sebagaimana manusia di dunia berkumpul di pasar,” jelas An Nawawi.

Dari penjelasan Imam An Nawawi tersebut, diketahui bahwasannya para penduduk surga saling bertemu di pasar surga. Mereka mengobrol dengan kerabat dan sahabat di dunia. Membicarakan tentang beratnya amal salih yang terbalas dengan surga.

Hal ini diperkuat dengan fatwa para ulama dalam Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, “Pasar di surga adalah tempat bertemunya kaum muslimin satu sama lain supaya bertambah kenikmatan mereka. Mereka merasakan kelezatan saling berbincang, saling mengenang apa yang terjadi di dunia dan membicarakan apa yang mereka dapatkan di akhirat. Mereka bertemu setiap Jumat sebagaimana pada hadits, agar mereka bisa saling berjumpa satu sama lain,”

Namun, fungsi pasar di surga jelas tidak sama dengan pasar di dunia. Pasar surga bukanlah tempat jual beli. Ia merupakan tempat “nongkrong” para penduduk surga.
Namun terdapat perbedaan pendapat tentang hal ini.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa surga memang memiliki pasar, namun tidak ada transaksi di dalamnya. Penduduk surga boleh berbelanja bebas, mengambil barang yang diinginkan tanpa harus membayar.

Sebenarnya, para penduduk surga tak perlu berbelanja ke pasar. Mengingat apapun yang diinginkan di surga, dapat langsung memintanya. Namun bagi sebagian orang, berbelanja menjadi kenikmatan tersendiri dan kenikmatan tersebut akan didapatkan di surga.
Allah Ta’ala berfirman,

يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ ۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ ٱلْأَنفُسُ وَتَلَذُّ ٱلْأَعْيُنُ ۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az Zukhruf: 71).

Menurut Imam Nawawi, bahwa hadis nabi disebutkan bahwa penduduk surga pergi ke pasar setiap hari Jum’at, hanyalah perkiraan waktu.

Pasalnya, di surga tidak mengenal siang dan malam, serta tidak ada matahari dan bulan.
“Maksud (ucapan nabi) ‘mereka mendatangi setiap hari Jumat’ ialah perkiraan lama waktu setiap Jumat atau sepekan. Tidaklah sepekan memiliki makna yang sebenarnya, karena tidak ada matahari, siang dan malam di surga,” jelas sang Imam dalam Syarh Muslim.

Rasulullah Saw juga menyebut tentang angin utara dalam hadis beliau tentang pasar di surga. Makna angin utara tersebut sesuai dengan budaya bangsa Arab yang terbiasa menanti angin utara dari arah Syam. Angin dari arah utara tersebut dinantikan bangsa Arab karena biasanya membawa air hujan.

Karena itulah angin utara dianggap sebagai kabar gembira. Angin sejuk menggembirakan itu, akan dirasakan penduduk surga saat mereka menjalin keakraban di pasar.
Itulah gambaran pasar surga yang dikabarkan oleh Rasulullah Saw melalui Sabdanya.
Pasar tersebut hanya bisa dirasakan dan dinikmati bagi mereka yang memiliki amal baik dan Allah berikan rahmat untuk masuk ke surga. Sebaliknya tidak diperuntukan untu hamba Allah yang tidak menjalankan perintah dan tidak menjauhi larangan-Nya.

Bagaimana apakah kalian menginginkan berkunjung ke pasar surga yang sudah diisyaratkan oleh Rasulullah Saw tersebut?

Jawabannya tidak ada lain kecuali harus mempertebal amal-amal baik agar diri kita pantas untuk dimasukkan ke surga-Nya.

Semoga Bermanfaat (KH. E. Sunidja)
16122021

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al i...