Jumat, 23 Januari 2009

Jabatan adalah amanah

Jabatan adalah amanah. Ya, ungkapan ini sering kita dengar, hingga nyaris terdengar klise. Tapi ketika dikatakan "Jabatan adalah Musibah". Maka orang pun akan mencibir: "Musibah dari Hongkong," katanya. Padahal bagi orang yang faham mengenai hakikat musibah, benar lah adanya kalau jabatan itu adalah amanah yang juga adalah musibah. Sehingga mengharuskan pemilik jabatan itu lebih bersikap "ngati-ati lan waspodo."

Pada umumnya amanah diartikan secara sempit sebagai titipan barang atau ucapan. Padahal Amanah memiliki dimensi pengertian luas sehingga lebih identik dengan sebuah kejujuran.

Namun hakikat amanah di sisi Allah SWT lebih luas, berat dan dalam. Di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Anas bin Malik: Rasulullah berkata, "Tiada iman bagi orang yang tiada amanah dan tiada agama bagi orang yang tidak menepati janji."

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Aisyah: Rasulullah saw bersabda:
"Bahwa sesungguhnya Allah SWT menggemari mereka yang membuat sesuatu pekerjaannya dilakukannya dengan jujur dan cermat".

Rasulullah menjelaskan bahwa seseorang yang sangat berhati-hati dan teliti menjalankan tugas dan kewajibannya dengan memastikan bahwa pekerjaannya itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah dan dia melaksanakannya dengan sempurna dan tanggung jawab serta hasil kerjanya mendatangkan banyak manfaat, maka orang ini akan dikasihi Allah. Dia mendapat kasih Allah karena sifat amanah dan rasa tanggungjawabnya yang begitu terpatri di dalam hatinya.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud Rasulullah bersabda:
"Seseorang yang kita telah lantik untuk menjalankan sesuatu tugas dan kita telah tentukan upahnya sekali, sekiranya dia mengambil sebarang keuntungan selepas itu, maka dia adalah penipu."

Bahkan Allah berfirman di dalam surah Ali-Imran ayat 161:

"...... Dan sesiapa yang berkhianat (menggelapkan sesuatu) ia akan membawa bersamanya pada hari kiamat nanti sesuatu yang dikhianatinya itu, kemudian tiap-tiap seorang akan disempurnakan (balasan bagi) apa yang telah diusahakannya, sedang mereka tidak akan dikurangkan sedikitpun (balasannya)".

Jadi tak ada salahnya, jika kita lebih hati-hati dalam mengemban amanah jabatan. Karena ternyata tanggungjawabnya begitu berat. Tak hanya kepada perusahaan dimana kita menjabat, namun juga pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa...

Kalau demikian adanya, kini benarlah kalau memegang suatu jabatan itu pada hakekatnya adalah tengah menerima sebuah musibah. Resiko dan tanggung jawabnya begitu sangat riskan...

==N425==

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al i...