Minggu, 18 Desember 2011

Do'a Wong Cilik


Secangkir Anggur Merah (Edisi-18)

*) Tulisan ini didedikasikan untuk rekan kita, Alm. Ramlan (semoga arwah beliau mendapat tempat terbaik di sisiNya) yang mempertanyakan masalah kesenjangan perbedaan ini kepada saya)

Apabila kita bertanya pada seseorang, apa yang diharapkan dari kehidupan ini? Jawaban paling top, pasti, ingin mendapatkan kebahagiaan, kelezatan dan kenikmatan hidup di dunia dan akhirat. Ingin beroleh kehidupan tenang, tentram, bahagia, sejahtera, serta terjamin keselamatan dan kesehatannya. Singkat kata, ingin meraih keselamatan di dunia dan akhirat dalam naungan ridho Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Harapan untuk mencapai tujuan hidup itu, tentu berlaku untuk semua orang, tidak terkecuali bagi karyawan. Atau secara khusus bagi karyawan, pasti mengharapkan agar terhindar dari segala macam bentuk musibah dan penyakit. Baik di perjalanan saat pergi dan pulang kantor, maupun di lingkungan saat bekerja. Ujung-ujungnya ingin berkumpul bersama keluarga dan menikmati rezeki yang barokah.

Sekarang, jika kita bertanya pada Manajemen, apa yang diharapkan dari karyawannya? Pastinya berharap agar seluruh karyawan, dapat bekerja dengan tenang, disipilin, terampil, produktif, jujur, dan bertanggung jawab. Bahkan berharap pula agar terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Sebab melalui pekerja yang demikian lah, maka perusahaan akan mampu mencapai tingkat produktivitas perusahaan yang diharapkan.

Dengan demikian jelas lah, bahwa masing-masing pihak sesungguhnya mempunyai harapan sama. Mencapai produktivitas kerja yang tinggi serta terhindar dari segala bentuk musibah dan penyakit. Akhirnya, berharap perusahaan dapat berkembang semakin maju menuju kejayaannya, sehingga seluruh stakeholders, termasuk karyawan didalamnya, lebih sejahtera.

Jika ada kesamaan harapan seperti itu, lantas mengapa Manajamen membedakan perlakuan dalam berbagai hal? Perbedaan dalam perlakuan memberikan fasilitias kesehatan, misalnya, acapkali terlalu senjang. Walaupun itu bisa kita terima dengan sepenuh mafhum. Perbedaan yang terasa mencolok itu antara lain perlakuan kesehatan terhadap band I – III dibandingkan dengan band IV – VII.

Padahal kita belum lagi berbicara tentang perbedaan lainnya yang sepertinya masih belum puas mendera para wong cilik Telkom. Perbedaan dari sisi THP, fasilitas dan tunjangan, misalnya, rupanya masih belum cukup mampu menunjukkan bahwa betapa semakin lebarnya kesenjangan yang terjadi.

Tentu saja kaum wong cilik bukan tidak mensyukuri apa yang telah diterima dari perusahaan selama ini. Apalagi kalau itu terkait dengan limpahan rezeki dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pemeberi Rezeki. Hanya saja barangkali perlu dilakukan penataan dan kebijakan ulang agar kesenjangan menyoal kesejahteraan saat ini tidak terlalu ekstrim.

Terlebih dalam hal kesehatan yang tak hanya merupakan kebutuhan mendasar manusia. Namun juga bagi manajemen ditujukan untuk mencapai tingkat produktivitas kerja yang diharapkan. Lalu mengapa harus terjadi perbedaan, mengapa manajemen harus pelit hanya soal USG saja, misalnya. Belum lagi menyoal biaya rawat-inap, biaya operasi dan obat yang acapkali kaum wong cilik harus nombok biaya dibuatnya. Rupanya falsafah tentang kesehatan perlu direnungkan kembali oleh rekan-rekan HR yang notabene sebagai ”eksekutor” dalam kebijakan ini.

Tampaknya SEKAR pun harus turut ambil bagian memikirkan dan memberikan solusinya. Ingat bahwa ukuran keberhasilan SEKAR itu, tak bisa diukur dari kemampuannya atau keberhasilannya melengserkan Manajemen. Atau melakukan investigasi dan demo akibat kebijakan yang jomplang. Namun yang lebih penting justru bagaimana agar keberadaannya mampu memberikan arti kesejahteraan yang essensial bagi kaum wong cilik.

Beberapa waktu lalu kita diberikan jasprod. Memang berkat perjuangan SEKAR mengalami kemajuan. Kini range atau rentang perbedaan yang terjadi dari yang mendapat jasprod terbesar dengan terkecil adalah empat kali lipat. Padahal sebelumnya mencapai tujuh kali lipat. Ini adalah kisah sukses Sekar yang perlu mendapat ganjaran dua jempol.

Namun sukses sesungguhnya adalah apabila Sekar mampu menjungkirbalikan fakta dimana band VII mendapat empat kali lipat dibanding band I. Misalnya pendapatan jasprod Band VII Rp. 20 jt dan Band I mendapat Rp.5 jt. Jika terjadi seperti ini ha ha ha ha...bukan hanya menunjukkan kehebatan SEKAR. Namun do’a para wong cilik kepada para pejabat yang bijak akan semakin kental dan lebih fokus. Barangkali akan demikian bunyi do’anya:

Terima kasih Ya Allah, Ya Tuhan Kami, Semoga Manajemen yang bijak itu diberikan kesehatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga beliau-beliau itu mendapat limpahan karunia, taufik dan hidayahMu. Semoga mendapat rezeki yang semakin melimpah serta senantiasa mendapat lindunganMu. Kiranya Engkau membukakan pintu hati para Senior Leader, BOD dan BOC itu untuk senantiasa mengambil kebijakan yang sesuai dengan kemurahanMUsehingga melalui tangannya terlahir kebijakan terbijak yang lebih berpihak pada kaum wong cilik dan para pensiunan.

Nah apa para petinggi Telkom tak ingin kah mendapat d’oa-doa’a dari kaum wong cilik seperti itu? Kiranya dapat direnungkan...
===N425


SEPULUH ARGUMENTASI BAHWA MALAM KE-27 ADALAH LAILATUL QODAR

Apakah bisa dipastikan tanggal 27 Ramadan adalah lailatul qodar? Untuk memastikan, barangkali lebih berhati-hati jangan. Tetapi bahwa mayori...