Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

Tanda Husnul Khatimah dan Su'ul Khatimah

Gambar
Apa saja tanda husnul khatimah dan su’ul khatimah?  Pertama: Mengucapkan kalimat syahadat saat akan meninggal Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ “Barang siapa yang akhir perkataannya adalah kalimat ‘laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud, no. 3116. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Misykah Al-Mashabih, no. 1621). Kedua: Meninggal dunia dengan kening berkeringat Dari Buraidah bin Al-Hashib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَوْتُ المُؤْمِنِ بِعِرْقِ الجَبِيْن “Kematian seorang mukmin dengan keringat di kening.” (HR. Tirmidzi, no. 982; Ibnu Majah, no. 1452, An-Nasa’i, no. 1828, dan Ahmad, no. 23022. Hadits ini adalah lafal dari An-Nasa’i dan Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Hal ini bukan menunjukkan su’ul khati...

Menakar Kualitas Taqwa Pasca Ramadhan

Gambar
Pasca Ramadhan hanya ada dua pilihan; beruntung atau buntung (dalam ketakwaan). Faktanya bermacam-macam kondisi ketakwaan orang-orang beriman selepas mengarungi “lautan mutiara” bernama bulan Ramadhan.  Esensi Ramadhan adalah momentum spesial “karantina suci” satu bulan penuh, menggembleng jiwa-jiwa yang beriman untuk menjadi lebih unggul, dan prestasi puncaknya yaitu menggapai “honoris causa” suci dari Allah swt berupa; takwa.  Identiknya suatu karantina, berkualitas atau buruknya hasil tergantung pada kemauan dan keseriusan pribadi peserta. Pasca karantina bernama Ramadhan, tentu berbeda-beda hasilnya, dari masing-masing “peserta”, ada yang mendapatkan hasil maksimal, ada yang sederhana.  Untuk Apa Takwa Setelah Ramadhan?  Ramadhan bukan momentum kesalehan musiman, kemudian “tidak perlu” saleh di bulan-bulan lainnya, dan hanya akan (kembali) beramal saleh pada Ramadhan tahun berikutnya. Syekh Doktor Ali Jum’ah, mufti besar Mesir beropini: "Orang yang telah berada p...

Mencari Makhluk Paling Hina

Gambar
Di sebuah pondok pesantren, terdapat seorang santri yang tengah menuntut ilmu pada seorang Kyai. Sudah bertahun-tahun lamanya si santri belajar. Hingga tibalah saat dimana dia akan diperbolehkan pulang untuk mengabdi kepada masyarakat. Sebelum Santri pulang, Kyai memberikan sebuah ujian padanya. Pak Kyai berkata pada santrinya. "Sebelum kamu pulang, dalam tiga hari ini, aku ingin meminta kamu mencarikan seorang ataupun makhluk yang lebih hina dan buruk dari kamu." ujar sang Kyai. "Tiga hari itu terlalu lama Kyai, hari ini saya bisa menemukan banyak orang atau makhluk yang lebih buruk daripada saya.” jawab Santri penuh percaya diri. Sang Kyai tersenyum seraya mempersilakan muridnya membawa seseorang ataupun makhluk itu kehadapannya. Santri keluar dari ruangan Kyai dengan semangat, karena menganggap begitu mudah ujian itu. Hari itu juga si Santri berjalan menyusuri jalanan. Ditengah jalan, dia menemukan seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang ...

Etika dalam Pemikiran Sufi

Gambar
Oleh: Abidin Ghozali Al-Grabyagani (Penulis adalah Mahasiswa UIN Syarifhidayatullah Jakarta) “Etika” sebagaimana kita tahu bahwa istilah ini berasal dari kata Yunani kuno. Yang dalam bentuk tunggalnya kata Ethos memiliki banyak arti: kebiasaan; adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak Ta Etha artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terahir ini lah yang menjadi latar belakang terbentuknya kata “Etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.)untuk menunjukan filsafat moral. Etika yang disebut juga filsafat moral, meneliti kaidah-kaidah yang membimbing manusia sehingga dalam jalan yang baik dan benar. Di dunia barat pemikiran tentang dunia ini berawal dari Sokrates, mazwab Stoa, dan Epikurus. Dalam filsafat India pemikiran etik berpangkal pada ajaran Karma dan Dharma. Sedangkan Sufi seorang yang mengerti dan mengamalkan ilmu Tasawuf. Kaum sufi akrab dengan berbagai ritual keagamaan seperti wirid, do’a dan i’tikaf untuk melakukan ritual ...

Dzikrullah, Nutrisi Penyehat Hati

Gambar
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Jika ikan berada di air maka ia akan hidup dan bergembira. Berenang ke mana yang dikehendakinya. Sebaliknya, jika ikan dijauhkan dari air maka ia akan sekarat. Tak lama, ia akan mati. Demikian kedudukan dzikrullah bagi hati, ibarat air bagi ikan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, اَلذِّكْرُ لِلْقَلْبِ كَالْمَاءِ لِلسَّمَكِ، فَكَيْفَ يَكُوْنُ حَالُ السَّمَكُ إِذَا أُخْرِجَ مِنَ الْمَاءِ “Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan. Bagaimanakah kondisi ikan apabila dikeluarkan dari air?” Sebagian ulama menyebutkan, kedudukan dzikir bagi hati seperti makanan bagi tubuh. Apabila dzikir berkurang maka berkurang pula makanan dan nutrisi bagi hati. Berkurangnya dzikir memperlemah imunitas hati. Karenanya, rentan terpapar virus syubuhat dan syahwat. Berbagai penyakit hati akan menyerangnya; seperti nifak, iri, dengki, dusta, bakhil, da...