Jumat, 26 Oktober 2018

Pasang Surut Keimanan

Futur adalah satu penyakit yang sering kali menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu, sehingga seseorang menjadi malas, enggan dan lamban. Bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan, dimana sebelumnya ia sangat rajin, bersungguh-sungguh dan penuh semangat.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ عملٍ شِرَّةً ، ولِكُلِّ شِرَّةٍ فترةٌ ، فمنْ كان فترتُهُ إلى سنتي فقدِ اهتدى ، ومَنْ كانَتْ إِلى غيرِ ذَلِكَ فقدْ هَلَكَ

"Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai masa semangat, dan setiap masa semangat mempunyai masa jenuh. Maka barangsiapa masa jenuhnya kepada "SUNNAHKU" maka sungguh ia telah mendapat petunjuk, dan barangsiapa masa jenuhnya kepada yang selain itu (BID'AH), maka sungguh ia telah binasa"

*(HR. Ahmad no. 6764, Ibnu Khuzaimah no. 2105 dan Ibnu Hibban no. 11, hadits dari Abdullah bin 'Amr, Shahiihul Jaami' no. 2152)*

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى

"Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai masa semangat dan masa jenuhnya. Maka barangsiapa yang masa jenuhnya kepada "BID'AH", maka sungguh ia telah tersesat, dan barangsiapa yang masa jenuhnya kepada "SUNNAH" (ajaran Rasul), maka sungguh ia telah mendapat petunjuk"
*(HR. Ahmad V/409, lihat Ashlu Shifatish Sholaah II/524)*

Insya Allah agar tidak mudah futur, maka hendaknya melakukan berbagai macam cara agar seseorang mampu menguatkan iman dan memotivasi semangat beramal, yaitu :

(01). Selalu berusaha mengikhlaskan niat
(02). Selalu beramal shalih yang syar'i
(03). Selalu menuntut ilmu yang bermanfaat
(04). Dunia di tangan dan akhirat di hati
(05). Meninggalkan dosa dan maksiat
(06). Rumah tinggal di lingkungan yang baik
(07). Membaca siroh Nabi dan salafush shalih
(08). Bersabar menjalankan sunnah (syariat)
(09). Tidak menyendiri (selalu shalat berjama’ah)
(10). Sering melihat tanda kekuasaan Allah
(11). Sering mengingat adzab Allah yang pedih
(12). Berteman dengan orang-orang yang shalih, bertaqwa dan terlihat sekali pada diri mereka rasa takut yang tinggi kepada Allah, karena teman sangat berpengaruh terhadap agama, akhlak dan ibadah seseorang.

(13). Berusaha memiliki pasangan hidup yang shalih atau shalihah, yang akan membantu dan mengingatkan kepada Allah Ta'ala

(14). Mencari guru yang nasihatnya selalu membekas, dan memberikan sentuhan rasa takut kepada Allah, serta ingat akan akhirat

(15). Sering mendatangi majelis ta'lim yang khusus membahas tentang tazkiyatun nafs, yang diharapkan dapat menggugah dan menggetarkan jiwa

(16). Sering membaca kisah-kisah akhir hayat dan siksa kubur dari pelaku dosa dan maksiat serta penghuni Neraka

(17). Sering ziarah kubur untuk mengingat kematian, melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut, tertimpa musibah dll

(18). Selalu memanfaatkan waktu untuk perkara yang bermanfaat, dan tidak melihat atau mendatangi sesuatu yang bisa menyebabkan iman tergoda.

(19). Banyak berdoa agar istiqamah, membaca istighfar dan dzikir, serta berlindung kepada Allah dari gangguan syaitan

(20). Beristirahat beberapa saat dengan tetap terus menjaga diri dari kemaksiatan. Misalnya refreshing untuk mengembalikan semangat, berwisata bersama keluarga dll

Dzun Nun rahimahullah (w 246 H) berkata :

سقم الجسد في الاوجاع و سقم القلوب في الذنوب ،
فكما لا يجد الجسد لذَّةَ الطعام عند سقمه ، كذلك لا يجد القلبُ حلاوةَ العبادة مع الذنوب

"Jasad sakit karena penyakit, dan hati sakit karena dosa. Maka sebagaimana jasad tidak akan bisa merasakan lezatnya makan ketika sakit, begitu pula dengan hati, ia tidak mampu mengecap nikmatnya ibadah karena berbagai dosa" (Shifatus Shafwah IV/316).
(Sumber kajian: Mulia dengan Sunnah)

SEPULUH ARGUMENTASI BAHWA MALAM KE-27 ADALAH LAILATUL QODAR

Apakah bisa dipastikan tanggal 27 Ramadan adalah lailatul qodar? Untuk memastikan, barangkali lebih berhati-hati jangan. Tetapi bahwa mayori...