![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi67qBdk3XpFy4aZX_RRFb81rlFzlacD-YXzU_smSPn7ttvBc-ro3R_UJJCQeO1boQGe4SnEZdKB8c6GO5GVvzue4moIANhGhcVOzIIxDVV8i4JswURsDLmkIeXWhh7cqW5PZOgHg0s6J-d/s320/smile1-287x300%255B1%255D.jpg)
Berikut contoh untuk memaknai sebuah senyum:
Senyum renyah pada pelanggan Telkom: "Maaf, ya, kalau pelayanan kami ada yang kurang berkenan di hati, walau kami berupaya untuk melayani dengan setulus hati dan sepenuh jiwa."
Senyum pada anak lelakinya: "Hai malaikatku, rupanya kau mirip denganku bapaknya, lumayan lah ga terlalu jelek."
Senyum pada Guru: "Walaupun aku sebel ma guru matematika ini, tapi tetap harus kuhotmati;"
Senyum pada Ibu/bapak: "Pengabdianmu begitu tulus, ingin kubalas budi, walau mungkin tak akan pernah terbalas;
Senyum pada kekasih: "Ah, sayangku, tunggu malam minggu depan ya pasti deh kan kucumbu lagi!" (he..he..awas kucing garong!).
Senyum pada Tetangga: "Engkaulah saudara terdekatku marilah kita hidup rukun dan damai dan jangan lupa bayar dulu donk hutangmu!"
Senyum pada Pengemis: "Nich, cuman ada cepek!" (hehehe pelit koq dipelihara!!)
Senyum pada Pembantu: "Kucermati, bahenol juga neh pembokat!" (hehehe ini die salah satu contoh tuan mata keranjang);
Senyum pada orang Sekar: "Hehehe tetap berjuanglah bung jangan impoten dan jadi para pengecut...!!"
===kangnana