Jumat, 02 September 2022

Kisah Sang Bajingan dan Orang Saleh

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, dalam pengajian yang diselenggarakan Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi'iyah (IKSASS) Rayon Bondowoso menceritakan, kisah orang saleh dengan seorang bajingan ini untuk dijadikan ibrah agar seseorang dalam menjalankan perintah agama harus selalu menjaga hati agar tidak sombong terhadap orang lain.

Ini adalah cerita hikmah yang bisa kita jadikan pedoman dalam menjalankan ibadah seraya menjaga gerak hati.

Cucu dari Pahlawan Nasional KHR As'ad Syamsul Arifin ini menceritakan, orang yang saleh itu tinggal di pegunungan yang hidupnya lebih banyak diisi dengan ibadah. Pegunungan itu agaknya memberi gambaran bahwa orang saleh itu jauh dari gangguan kondisi sosial masyarakat sehingga hidupnya lebih banyak diisi dengan ibadah kepada Allah.

Sementara, si bajingan hidup di sebuah perkampungan dekat pasar. Karena di daerah pasar, tentu saja ramai dan hidup banyak orang dengan berbagai latar belakang. Si bajingan itu adalah preman pasar yang pekerjaannya memalak para pedagang.

Dilansir Antara, secara syariat, tentu saja bajingan ini jauh dari predikat sebagai hamba yang baik. Ia justru menjadi sampah masyarakat.

Kisah pemutarbalikan "status" kemuliaan di hadapan Allah ini bermula ketika suatu hari si orang saleh turun dari pegunungan dan pergi ke pasar guna membeli kebutuhan hidupnya. Entah beras, lauk pauk atau sayur mayur.

Di perjalanan si orang saleh dan si bajingan ini berjumpa, namun dalam jarak yang agak jauh. Dua orang yang sudah saling tahu perilaku masing-masing itu tidak bertegur sapa. Sebaliknya, mereka justru tampak saling membuang muka.

Secara fisik, perilaku keduanya sama. Sama-sama membuang muka, namun motif atau niat yang ada di hati mereka yang justru berbeda.

Si orang saleh yang sudah merasa bersih dan banyak berbuat kebajikan di hadapan Allah itu membuang muka karena memandang hina si bajingan, sementara si bajingan merasa malu untuk menatap orang saleh karena merasa dirinya kotor. "Saya terlalu kotor, saya tidak pantas melihat wajah orang saleh itu," begitu bisik hati si bajingan.

Menurut Kiai Azaim, seketika itu Allah membalikkan status keduanya. Si bajingan menjadi orang mulia yang kemudian menjadi orang bertaubat dan si orang saleh menjadi orang hina karena kesombongannya memandang orang lain.

Karena itu, ulama muda yang juga dikenal sebagai penyair ini mengingatkan agar kita selalu membaca doa, "Yaa muqollibal quluub". Artinya, "Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati".

"Tapi jangan berhenti di yaa muqollibal quluub itu. Teruskan dengan "tsabbit qolbi 'alaa diinika," katanya.

Arti dari doa tsabbit qolbi 'alaa diinika itu kurang lebih,"Teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."///**

SEPULUH ARGUMENTASI BAHWA MALAM KE-27 ADALAH LAILATUL QODAR

Apakah bisa dipastikan tanggal 27 Ramadan adalah lailatul qodar? Untuk memastikan, barangkali lebih berhati-hati jangan. Tetapi bahwa mayori...