Sabtu, 26 Januari 2013

Jangan Gunakan Strategi Timing dalam Berinvestasi


Oleh: Safir Senduk
Strategi yang paling sering digunakan orang dalam berinvestasi adalah dengan memperkirakan terlebih dahulu kapan harga dari sebuah produk investasi akan naik, lalu dibeli karena memang diperkirakan harganya akan naik. Dalam Bahasa Inggris, strategi ini disebut timing.

Sebagai contoh, Anda memperkirakan bahwa karena kondisi ekonomi dan lain sebagainya, investasi dalam bentuk properti akan sangat baik untuk waktu mendatang. Anda perkirakan, dalam dua tahun, nilai properti akan naik sekitar 50%. Disinilah Anda putuskan untuk membeli properti. 

Dalam waktu dua tahun, bila memang nilai properti Anda ternyata naik 50%, Anda menjualnya dan mendapatkan untung dari situ, karena Anda perkirakan, bahwa setelah itu harga properti akan turun lagi sehingga sangat tepat untuk menjualnya setelah dua tahun. Strategi ini disebut timing (memperkirakan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual suatu produk investasi).

Strategi timing adalah strategi investasi yang sangat populer. Ini karena kalau Anda bisa melakukan perkiraan dengan benar, maka Anda bisa mengalami untung besar dari investasi Anda. Dalam prakteknya, hanya sedikit saja orang yang betul-betul bisa melakukan perkiraan dengan benar. Kebanyakan orang salah dalam melakukan perkiraan. Nilai dari sebuah produk investasi yang diperkirakan akan naik, ternyata turun.

Sebaliknya, ada juga produk investasi yang diperkirakan akan turun nilainya, ternyata malah naik. Contoh di atas tadi, misalnya, dimana Anda memperkirakan nilai properti Anda akan naik dalam dua tahun. Bila ternyata setelah dua tahun, nilai properti tidak naik, maka Anda akan rugi. Apabila kebetulan Anda sedang membutuhkan uangnya, maka Anda mungkin akan menjual properti itu dengan harga yang lebih rendah dibanding ketika Anda membelinya.

Kebanyakan orang tidak bisa memperkirakan dengan benar. Kalau Anda mau melakukan investasi dengan membeli saham pada hari ini, dengan perkiraan bahwa harga saham itu akan naik besok, maka pertanyaan saya sekarang adalah: "Kalau begitu, Anda juga bisa memperkirakan kapan tepatnya Anda akan mengalami sakit. Betul, kan?".

Jelas. Bila Anda bisa memperkirakan apa yang akan terjadi pada negara ini setahun, lima atau sepuluh tahun mendatang, maka Anda bisa melakukan investasi dengan strategi timing. Bila tidak, jangan menggunakan strategi timing dalam melakukan investasi.

Realistis saja. Bila Anda memang tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di Indonesia dalam waktu enam atau duabelas bulan dari sekarang, lalu apa yang membuat Anda berpikir bahwa Anda bisa memperkirakan naik turunnya harga dari sebuah produk investasi? Apa yang membuat Anda berpikir bahwa harga rumah atau saham akan mencapai titik terendah atau titik tertinggi dalam beberapa waktu mendatang? Jelas, Anda tidak bisa melakukannya. Saya juga tidak bisa, dan tidak ada siapapun yang bisa. Kita bukan peramal, kan?
Tetapi satu hal yang pasti: pasar akan bergerak. Entah turun, entah naik. Masalahnya sekarang adalah Anda tidak tahu kapan itu akan terjadi, dan seberapa besar turun naiknya. Itulah sebabnya, saya tidak menyarankan Anda untuk melakukan investasi dengan menggunakan strategi timing. Memang ada beberapa orang yang bisa melakukan itu, tetapi mereka pun kadang-kadang juga sering salah. 

Jadi, jangan coba-coba memperkirakan kapan harga dari suatu produk investasi akan naik atau turun dalam mengambil suatu keputusan investasi. 

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al i...