Minggu, 06 Oktober 2019

Makna berkholwat dan beruzlah

Menyendiri dari pengaruh duniawi (khalwat) adalah sifat orang-orang yang mensucikan diri. Sedangkan mengasingkan diri (‘uzlah) adalah lambang orang yang wushul kepada-Nya. Memisahkan diri dari manusia sangat diperlukan bagi murid pada awal kondisi ruhaninya, dan selanjutnya mengasingkan diri pada akhir kondisi ruhani, karena telah mencapai keakraban sukacita ruhani. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah (Abdurrahman bin Shakhr Ad Dausy, 21sH-59H/602-679M, seorang sahabat sejak ia yatim, masuk Islam tahun 7H, dan senantiasa mendampingi Nabi SAW, serta meriwayatkan 5.374 hadits) bahwa Nabi SAW bersabda :

“Diantara cara-cara terbaik bagi manusia dalam mencari penghidupan adalah seseorang mengendarai kuda di jalan Allah, dan apabila ia mendengar suara-suara manusia yang panik atau ketakutan dalam peperangan, ia memacu kudanya mencari mati syahid atau kemenangan di medan jihad, atau seseorang mengembalakan biri-biri dan kambing-kambingnya di puncak gunung atau di kedalaman lembah, namum tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan beribadah kepada Allah sampai datang keyakinan. Tidak ada urusan dengan sesama manusia kecuali didasarkan pada kebaikan. (HR Muslim).

Sikap seorang yang layak ketika memutuskan untuk memisahkan diri dari manusia adalah meyakini bahwa masyarakat akan terhindar dari kejahatan dirinya (dengan tindakan memisahkan diri dari mereka), bukan bahwa ia akan terhindar dari kejahatan mereka. Sikap pertama adalah hasil dari seseorang yang memandang rendah dirinya sendiri, sedangkan pada sikap yang kedua adalah akibat seseorang merasa bahwa dirinya lebih baik dari masyarakat. Orang yang menganggap dirinya tidak berharga adalah rendah hati, dan orang yang menganggap dirinya lebih berharga ketimbang orang lain adalah takabur.

Seorang rahib pernah ditanya oleh seseorang : “ anda seorang rahib?” sang rahib menjawab : “Bukan. Aku adalah anjing penjaga. Jiwaku adalah seekor anjing yang menyerang ummat manusia. Aku telah menjauhkannya dari mereka supaya mereka aman.”

Pernah pula seseorang lewat di hadapan Syeikh yang shaleh. Sementara Syeikh itu bergegas merapatkan jubahnya supaya tidak bersentuhan dengah pakaian orang tersebut. Orang tersebut bertanya : “mengapa anda menarik jubah anda? Pakaian saya tidak kotor”. Syeikh itu menjawab : “Dugaan anda salah. Saya menarik jubah supaya tidak menyentuh pakaian anda karena jubah saya kotor, kalau tidak, jubah saya pasti mengotori pakaian anda. Jadi bukan karena saya bermaksud menjaga jubah saya supaya tidak kotor.”

Untuk dapat ber-uzlah dengan tepat, kamu harus mempunyai pengetahuan agama yang benar dan menyeluruh untuk memantapkan tauhid kamu, agar setan tidak menggodamu dengan bisikan-bisikannya. Kamu juga harus mempunyai pengetahuan yang kamu dapat dari syariat tentang kewajiban-kewajibanmu agar segala urusanmu berada di atas dasar yang kokoh.

Sesungguhnya Uzlah adalah meninggalkan sifat-sifat hina dan mengganti sifat-sifat hina itu dengan sifat-sifat mulia, bukannya menjauhkan diri lewat jarak dan tempat. Itulah sebabnya mengapa lahir pertanyaan : siapakah orang arif itu? Mereka menjawab : “orang yang ada dan yang jelas, yakni ada bersama makhluk, jelas namun jauh dari mereka lewat rahasianya”.

Syeikh Abu Ali Ad Daqqaq berkata : “Aku memakai pakaian sebagaimana orang banyak memakainya, makan makanan yang seperti mereka makan. Namun aku menyendiri dari mereka dalam rahasia. Kemudian dia berkata : “Ada orang yang datang kepadaku dan bertanya, engkau datang dari jarak yang jauh? Saya menjawab : “pembicaraan ini bukannya peristiwa bepergian dengan jarak dan ukuran perjalanan. Berpisahlah dari diri anda sendiri dalam satu langkah saja, dan anda pasti mencapai tujuan anda”.

Abu Utsman Al Maghriby berkomentar : “Adalah wajar bagi seseorang yang memutuskan memisahkan diri dari kesertaan bersama sesamanya supaya bebas dari segala jenis pengingatan kecuali pengingatan kepada Allah, terbebas dari semua hawa nafsu kecuali keingingan mencari ridha Allah, dan terbebas dari tuntutan diri akan segala sebab duniawi. Apabila tidak demikian maka tindakannya berkhalwat hanya akan melemparkannya ke dalam cobaan atau petaka”.

Ditanya tentang uzlah, Abu Muhammad Al Jurairy menjawab : “Uzlah adalah anda masuk ke dalam kumpulan orang banyak sambil menjaga batin anda supaya tidak diharu-biru oleh mereka. Anda menjauhkan diri dari dosa-dosa, dan batin anda berhubungan dengan Al Haq”.

Salah seorang sufi ditanya Dzun Nuun Al Mishry : “kapan uzlah yang tepat bagi diriku?” ia menjawab : “ketika anda sanggup memisahkan diri anda dari diri anda sendiri’. Ditanyakan kepada Ibnul Mubarrak : “apakah obat bagi hati yang sakit?’ ia menjawab : “berjumpa dengan sesama manusia sejarang mungkin”.

Dikatakan pula : “Apabila Allah hendak memindahkan hamba-Nya dari kehinaan kekafiran menuju kemuliaan ketaatan, Dia menjadikannya intim dengan kesendirian, kaya dalam kesederhanaan, dan mampu melihat kekurangan dirinya. Siapa yang telah dianugerahi semua ini berarti telah mendapatkan yang terbaik dari dunia dan akhirat.
(baitulakhlaq.blogspot.com)

Fikih Puasa yang Wajib Diketahui

Makna puasa Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al i...