Kamis, 18 Juni 2020

Jangan biarkan Telkom Mati Suri


Secangkir Anggur Merah (19)
By: Nana Suryana

Tahukah anda bahwa Telkom sering menerima penghargaan atau Award? Ah, rasanya bukan lagi rahasia yang mengundang misteri. Konon, berbagai penghargaan (award) yang diperoleh Telkom itu tidak kurang dari 10 sd 15 kali per tahun. Apalagi jika ditambah dengan yang diterima oleh seluruh unit bisnis dan atau anak perusahaannya, wow, ini tentu saja jauh lebih melimpah ketimbang yang diterima instansi atau perusahaan lain di republik ini. Dalam hal raihan reward atau award, Telkom memang paling unggul dan termasuk jagonya.

Dari rilis yang disampaikan Telkom, dalam bulan ini saja (Juni 2020), Telkom kembali dinobatkan sebagai peringkat pertama dalam peringkat 100 Most Valuable Brand 2020 atau perusahaan paling bernilai di Indonesia yang dirilis Brand Finance bekerjasama dengan Majalah SWA pada awal Juni 2020. Dengan demikian, ini menjadi keenam kalinya Telkom meraih pencapaian yang gemilang sekaligus mengungguli merek-merek top Indonesia lainnya sejak tahun 2015. Hebat gak tuch!

Hasil riset dan penilaian yang dilakukan Brand Finance tersebut juga mencatat, besaran nilai merek (Brand Value/BV) Telkom berdasarkan data kinerja bisnis tahun 2019 adalah USD 4,76 miliar, atau naik 3% dibandingkan besaran BV tahun sebelumnya, USD 4,61 miliar. Adapun proporsi nilai merek terhadap nilai enterprise (Enterprise Value) Telkom sebesar 14%.

Adapun besaran Enterprise Value Telkom mencapai USD 33,93 miliar dengan Brand Rating Triple A (AAA). Selain mengalami peningkatan pada indikator BV, merek BUMN yang listing di bursa New York ini juga mengalami kenaikan dari indikator Brand Strengh Index (BSI) dibandingkan tahun sebelumnya, yakni kenaikan sebesar 2% dengan pencapaian skor BSI 87,45 atau naik dari sebelumnya sebesar 85,54.

Indonesia’s Most Valuable Brand 2020 merupakan pemeringkatan 100 merek perusahaan yang dilaksanakan secara tahunan oleh lembaga riset independen internasional Brand Finance bekerja sama dengan Majalah SWA. Pemeringkatan brand value dilakukan dengan memperhitungkan brand strength index, brand royalty rate, dan brand revenue. Selain itu yang diperhatikan dalam penilaian ini mencakup corporate brand dan product brand.

Apa kata dirut

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan Telkom memandang bahwa nilai merek yang tinggi tidak diperoleh hanya dengan upaya membangun merek semata. Namun Telkom fokus pada peningkatan kualitas layanan prima yang dirasakan oleh pelanggan serta peningkatan kinerja bisnis perusahaan.

“Nilai merek merupakan tolok ukur persepsi pelanggan, investor serta stakeholder lainnya terhadap kualitas layanan yang dirasakan pelanggan dan performansi perusahaan. Dengan kualitas layanan yang baik dan performansi bisnis yang cemerlang, maka nilai merek perusahaan tentunya juga akan meningkat,” kata Ririek

Dikatakan Ririek, Telkom tengah bertransformasi dan memperkuat posisi sebagai perusahaan telekomunikasi digital. Hal tersebut diharapkan menjadi kekuatan bagi Telkom ke depan sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik demi meningkatkan kepercayaan dan kesetiaan pelanggan serta stakeholders lainnya.

Meski tantangan menghadang ada sejumlah peluang yang muncul, untuk itu Telkom terus memperkuat kapabilitas bisnis digital melalui pertumbuhan pendapatan bisnis digital yang menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan serta didukung oleh investasi pada infrastruktur broadband yang berkelanjutan. Menurut Ririek, hal ini juga merupakan upaya Telkom untuk membangun dan meningkatkan merek perusahaan secara kontinyu.

Sepanjang tahun 2019 Telkom berhasil membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 135,57 trilliun tumbuh positif sebesar Rp 4,78 triliun (3,7%) dibanding tahun 2018. Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi (EBITDA) Perseroan tahun 2019 tercatat Rp 64,83 triliun dengan Laba Bersih sebesar Rp 18,66 triliun, atau masing-masing tumbuh 9,5% dan 3,5%. Digital Business Telkomsel dan IndiHome tumbuh signifikan dan menjadi kontributor utama pertumbuhan Perseroan.

Selain pemeringkatan brand di Indonesia, Brand Finance juga membuat pemeringkatan Brand Finance Global 500 2020 dengan Telkom berada di posisi 434 (naik dari posisi 446) dan menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam daftar merek paling bernilai di pentas global.

Tidak hanya itu, dalam pemeringkatan brand telekomunikasi yang paling kuat dan bernilai atau Telecom 150, Telkom berada di posisi pertama di Asia Tenggara dan peringkat 33 di dunia, naik dari sebelumnya di peringkat 36.

“Pencapaian ini menjadi kalibrasi bagi Telkom dan memastikan bahwa kami sudah berada di jalur yang tepat. Tentunya apresiasi Most Valuable Brand ini menjadikan Telkom semakin percaya diri dalam meningkatkan kualitas dan nilai brand-nya demi memantapkan posisi Telkom sebagai operator kelas dunia,” ungkap Ririek.

Menyelami makna Award

Namun ada pertanyaan nih, sejauh mana berbagai reward atau Award yang diterima itu itu dapat dikelola secara efektif sehingga mampu mengubah sikap, perilaku dan cara pandang stakeholders terhadap Telkom?

Ada kesepakatan bahwa di alam kompetisi yang sangar ini apapun yang diraih dan dimenangkan haruslah tetap diperoleh dengan cara terhormat. Artinya, jangan sampai ada upaya rekayasa, mengada-ada atau penuh dusta. Misalnya untuk mendapat Award tertentu harus mengeluarkan sejumlah dana kepada si pemberi award.

Tentu saja, sebuah Award bukanlah cerita fiksi bagai sebuah dongeng. Keberadaannya tak boleh dibuat-buat atau dipaksa harus ada. Award harus benar-benar ada karena memang ada prestasi dan sejumlah data yang diakui kevalidannya.

Reward atau penghargaan dalam bentuk Award, seperti the best ini dan itu tentunya akan lebih bermakna lagi manakala realita kualitas manajerial, produk dan layanan itu sudah sesuai standar dan harapan. Namun hingga kini aspek yang satu ini sepertinya masih menyimpan bad news walaupun tidak seburuk dulu. Apalagi dari hasil studi menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara menurunnya kualitas manajerial, produk dan layanan dengan penurunan pendapatan perusahaan.

Rujukan kredibel

Dari sisi karyawan pun sama, yaitu pemeliharaan reputasi membutuhkan keterbukaan informasi dan kejujuran dalam mengelola perusahaan. Sebuah prestasi kiranya dapat dipandang sebagai cermin penilaian obyektif pihak luar terhadap kinerja Telkom. Rujukannya mesti. pada kriteria komprehensif yang biasa digunakan perusahaan-perusahaan besar di dunia.

Misalnya merujuk pada kriteria IQA Foundation yang menggunakan tujuh kriteria Malcolm Baldridge untuk menilai performansi sebuah BUMN, yang meliputi:

(1) Leadership; (2) Strategic Planning; (3) Customer & Market Focus; (4) Measurement, Analysis and Knowledge Management; (5) Human Resource Focus; (6) Process Management; dan (7) Results. Apalagi sejak tahun 2000, Telkom telah menggunakan 7 kriteria Baldrige dimaksud sebagai frame untuk Telkom Quality Management System yang menjadi basis untuk membangun sistem manajemen mutu Telkom.

Nah, apakah di pemberi reward itu sudah merujuk ke arah sana? Harapan kita, tentu saja, semoga serangkaian penghargaan yang diterima itu benar-benar 100% mencerminkan reputasi perusahaan. Pada intinya berarti, tak hanya telah mencerminkan citra dan performansi terbaik, namun juga diharapkan benar-benar telah menunjukkan kepiawaian direksi dan manajemen dalam mengelola perusahaan.

Secara tidak langsung sesungguhnya mencerminkan pula kompetensi, kerjasama dan kebersamaan segenap jajaran TELKOM yang telah menunjukkan jerih payahnya melalui pengerahan tenaga dan pikiran serta optimalisasi sumberdaya lainnya, sehingga Telkom menunjukkan reputasinya, baik secara nasional maupun dalam skala global.

Kenali posisi diri

Kiranya raihan sejumlah reward itu akan semakin memotivasi seluruh jajaran Telkom untuk bekerja lebih produktif. Atau setidaknya memacu menjadi lebih tahu posisi Telkom saat ini menurut perspektif pihak luar. Baik dalam hal manajerial, maupun kualitas dan profesionalisme dalam mengelola perusahaan. Pengetahuan mengenai posisi ini, memang, penting sebagai dasar bagi manajemen untuk melakukan peningkatan mutu demi mewujudkan visinya menjadi operator terdepan di tingkat regional.


Selain itu berbagai prestasi yang berhasil diukir Telkom selama ini diharapkan pula mampu menginspirasi guna mewujudkan obsesi menjadi role model bagi seluruh BUMN di Indonesia. Tidak terkecuali role model bagi seluruh korporasi di Indonesia dan regional pada umumnya. Sehingga mampu menunjukkan bahwa Telkom sebagai the real champion di sektornya.

Jangan biarkan mati suri

Namun yang terpenting adalah makna dibalik semua penghargaan itu. Kata orang bijak bahwa keberhasilan adalah hasil dari kerja keras yang tidak berkesudahan. Berusaha lebih giat setiap hari maka akan ada hari esok yang membawa berkah dan keberhasilan. Keberhasilan itu bukan sekadar didasarkan pada obsesi, namun juga butuh imajinasi, daya kerah dan ketulusan bekerja.

Kini semuanya terpulang pada seluruh jajarannya. Maukah untuk senantiasa mengoptimalisasi segala daya dan upaya. Sanggupkah setiap individu karyawan lebih peduli untuk merespon segala keluhan kastamer di memdia sosial. Atau pada saatnya, setelah terbebas dari Covid-19, relakah untuk turun ke jalanan untuk menyatu dengan market dan kastamer. Relakah atau ikhlaskah untuk mengoptimalkan kendaraan dinas untuk memonitor market dan kastamer. Lalu, sudikah seluruh jajarannya untuk mencurahkan segala cipta, rasa dan karsa untuk kemajuan perusahaan. Atau setidaknya lebih sadar dan peduli pada nasib perusahaan terkini dan mencintainya dengan penuh ketulusan??

Kalau warga perusahaan masih ogah-ogahan dan tetap bermain pamrih-pamrihan pada perusahaan. Kalau masih menjual gengsi dan tak sudi merespon keluhan pelanggan di media sosial. Atau meneteskan keringat dan berdesakan untuk sekadar menyapa kerumunan kastamer tentang produknya. Kalau masih ngotot jaga prestise dan tak berani hengkang dari zona nyaman (comfort zone). Atau kalau masih suka planga-plongo alias bengong bersaksi atas hebat dan lincahnya manuver kaum competitor lokal dan asing. Maka lebih baik biarkanlah perusahaan ini mengerdil hingga mati suri.

Atau biarkanlah label the real champion itu menjadi impian berkepanjangan. Lalu biarkanlah visi agung yang kerap didengang-dengungkan itu menggantung di langit tertinggi menjadi kelap-kelip fatamorgana. Kemudian biarkanlah itu menjadi mimpi-mimpi indah hingga pensiun atau pendi menyapa. Karena merasa bahwa problem perusahaan itu bukan urusannya. Duh, please dech!! (nana suryana).

SEPULUH ARGUMENTASI BAHWA MALAM KE-27 ADALAH LAILATUL QODAR

Apakah bisa dipastikan tanggal 27 Ramadan adalah lailatul qodar? Untuk memastikan, barangkali lebih berhati-hati jangan. Tetapi bahwa mayori...